“Rumah adalah tempat di mana aku merasa bisa pulang.” – Dimas Suryo, Pulang karya Leila S. Chudori
Leila S. Chudori yang dikenal sebagai penulis dari novel best-seller berjudul Laut Bercerita menulis novel historical fiction lainnya yang berjudul Pulang. Pulang mengisahkan tentang kehidupan para eksil politik, teman, dan keluarganya. Tak hanya itu, Pulang berlatarkan sejarah Indonesia pada periode tahun 1965 hingga akhir Orde Baru.
Pulang menarasikan serangkaian peristiwa penting dalam sejarah Indonesia melalui sudut pandang para tokoh di dalamnya. Novel Pulang dibuka dengan prolog yang menggambarkan penangkapan Hananto Prawiro, sosok yang pro PKI di masa penculikan para jenderal terjadi. Novel dilanjutkan oleh karakter bernama Dimas, seorang eksil politik yang tidak bisa kembali ke Indonesia karena dituduh terlibat peristiwa G30S. Dimas serta kawan-kawannya yang lain tidak bisa kembali ke Indonesia karena paspor yang dicabut oleh pemerintah Orde Baru. Sementara itu, ketika gejolak politik berkecamuk di Indonesia, Hananto menjadi buron dan istri serta anaknya ditahan untuk ditanyai hingga akhirnya Hananto pun menjemput ajalnya oleh eksekusi.
Tak hanya itu, Pulang juga dibumbui oleh berbagai kisah asmara. Sebelum menikah dengan Hananto, Surti Anandari–istri Hananto–pernah menjalin kisah asmara dengan Dimas. Akan tetapi, kisah tersebut tidak berakhir mulus. Dimas yang menganggap dirinya sebagai pengelana bebas belum siap untuk hidup berkeluarga. Dimas masih memiliki keinginan untuk mempelajari berbagai pengetahuan di dunia, berkeliling dunia, dan masih banyak lagi perjalanan yang ingin ia tempuh. Meski begitu, hal tersebut tentunya tidak berjalan mulus dikarenakan ia berakhir menjadi eksil politik di Paris. Di Paris, ketika kondisi politik juga berkecamuk, ia bertemu dengan Vivienne. Mereka akhirnya menikah dan memiliki anak bernama Lintang.
Di sisi lain, Surti di Indonesia ditahan oleh pemerintah Orde Baru untuk terus diinterogasi mengenai kegiatan Hananto. Ketiga anaknya, Kenanga, Bulan, dan Alam terpaksa hidup di dalam kekejaman rumah tahanan selama berbulan-bulan. Kenanga yang saat itu menginjak usia remaja bahkan terpaksa untuk membersihkan sisa darah akibat penyiksaan yang dilakukan oleh salah satu tentara terhadap tahanan lain yang dituduh berkaitan dalam peristiwa G30S. Hal tersebut sangatlah miris dan tragis.
Demi bertahan hidup di Paris, Dimas serta kawan-kawannya, Tjai, Risjaf, dan Nugraha pun membangun restoran Indonesia di Paris. Berkat bakat Dimas dalam memasak, Restoran Tanah Air pun berdiri. Restoran tersebut menjadi tempat di mana Lintang tumbuh mencintai masakan Indonesia meski tak pernah menginjakkan kaki di tanah airnya.
Waktu pun berjalan, Dimas dan eksil politik lainnya bertahan hidup di Paris dan Hananto yang telah tewas di eksekusi meninggalkan Surti bersama anak-anaknya hidup di Jakarta. Dimas yang tidak pernah selesai akan kerinduannya dengan Indonesia akhirnya bercerai dengan Vivienne. Lintang pun tumbuh menjadi mahasiswa yang berkuliah di Universitas Sorbonne. Demi menyelesaikan tugas akhirnya, Lintang mengambil topik tentang sejarah Indonesia yang menyebabkan ayahnya menjadi eksil dan tak pernah bisa menginjak kembali tanah Indonesia. Pada kerusuhan 1998, Lintang pun ke Indonesia untuk pertama kalinya dan bertemu dengan Alam. Terjalinlah kisah asmara antara mereka berdua, meskipun Lintang sudah memiliki kekasih di Paris bernama Nara. Meski begitu, perjalanan tapak tilas Lintang di Indonesia membuka berbagai perspektif mengenai bagaimana Indonesia pasca 1965. Lintang juga menemui orang-orang terdekat ayahnya semasa dulu. Tak hanya itu, kerusuhan 1998 juga membuka mata Lintang mengenai Indonesia, tanah airnya.
Berbagai rangkaian kisah yang disajikan oleh novel Pulang, seperti kehidupan Dimas sebagai eksil politik, Lintang sebagai anak eksil politik yang tak pernah mengenal tanah airnya, Alam sebagai anak dari eks-tapol, dan masih banyak lagi membuka mata mengenai sejarah Indonesia. Betapa kejamnya pemerintahan Orde Baru dengan berbagai pelanggaran HAM yang dilakukannya. Bagaimana politik dapat menjadi suatu hal yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Bagaimana kerinduan yang sangat mendalam akan tanah air yang tak pernah lagi diinjak dan dikenali.
Bagian yang paling emosional adalah ketika Leila menggambarkan kerinduan mendalam yang Dimas miliki akan Indonesia, keinginannya untuk dimakamkan di tanah air, dan toples kaca di apartemennya yang selalu ia isi dengan kunyit dan cengkih agar membantu mengobati kerinduannya. Dimas dan kerinduannya akan Indonesia adalah suatu hal yang sangat emosional dan menyayat hati.
Novel Pulang memberikan berbagai perspektif mengenai sejarah Indonesia mulai dari periode 1965 hingga akhir Orde Baru. Perspektif tersebut diselipkan ke dalam kisah-kisah yang dialami oleh berbagai tokoh yang terdapat di dalamnya. Tak hanya Dimas sebagai eksil politik, perspektif Bimo sebagai anak dari Nugroho–eksil politik bersama Dimas–yang ibunya memilih untuk menikah kembali dengan tentara yang memaksakan Bimo menonjolkan sisi maskulinitasnya melalui perkelahian ketika dirundung juga menjadi perspektif penting. Begitu juga dengan perspektif Alam–anak Hananto–yang tumbuh dengan cap anak eks-tapol yang ia bawa kemana-mana sepanjang perjalanan hidupnya.
Leila S. Chudori tidak hanya berfokus kepada satu perspektif tokoh. Leila dengan berani melakukan eksplorasi pada tiap-tiap tokohnya. Setiap tokoh yang ia tulis seakan memiliki bobot dan kisah tersendiri yang begitu berarti, juga membawa pesan dan perspektif baru bagi pembaca. Dengan berbagai sudut pandang tersebut, pembaca dapat memahami perasaan tiap karakter lebih mendalam sehingga pembaca dapat dengan khidmat memahami berbagai emosi, perasaan, dan pengalaman yang dimiliki oleh berbagai karakter. Leila seperti biasa seakan mencengkeram pembaca untuk ikut serta merasakan atmosfer yang ia gambarkan dan emosi yang intens.
Sejarah Indonesia dalam perspektif baru yang dibumbui oleh drama dan romansa ditulis dengan indah oleh Leila dengan diksi-diksi yang indah dan puitis. Walaupun begitu, pembaca tidak akan merasa kesulitan dalam memahami karena kalimat-kalimat yang ditulis masih mudah dipahami.
Meski begitu, terdapat beberapa hal yang mungkin akan membuat pembaca tidak bisa menikmati secara utuh. Terdapat bagian di mana ada adegan intim antara beberapa tokoh yang mungkin dapat membuat pembaca merasa tidak nyaman. Sudut pandang karakter yang beragam juga bisa membuat pembaca bingung, terlebih dengan tokoh-tokoh yang cukup banyak.
Secara keseluruhan, Pulang merupakan novel yang dapat membuka mata para pembacanya mengenai sejarah Indonesia yang mungkin tidak pernah didapatkan selama menempuh pelajaran sejarah di sekolah formal. Pulang adalah salah satu novel yang wajib dibaca. Melalui Pulang, pembaca dapat mempelajari sejarah Indonesia dan mengenali makna menjadi orang Indonesia. Tak hanya itu, Pulang juga mengajak pembaca untuk memaknai arti menjadi Indonesia.
Ilustrasi oleh Viona Avinda Zahran
Editor : Aribho Rahman, Qisthan Ghazi, dan Yasmine Nathifa Zahira
Discussion about this post