“Saat berkunjung ke Jakarta pada tanggal 29 Agustus, kami mengalami sedikit sesak saat bernafas dan ada gejala pilek juga. Seluruh badan juga sakit dan pegal-pegal. Pokoknya kami harus pakai masker apabila hendak bepergian, polusi udara di sini sudah sangat berbahaya untuk kesehatan.”
(SJ, salah satu warga Jawa Timur yang berkunjung ke Jakarta pada Selasa, 22 Agustus 2023)
“Hari Senin kan balik ke kos di Depok soalnya udah masuk kuliah, tapi malamnya langsung pilek dan badan sakit semua. Wah, polusi udara di Depok udah krisis banget ini.”
(SA, salah satu mahasiswa FEB UI yang mengalami gejala serupa pada 28 Agustus 2023)
Kota Jakarta dan Depok yang menjadi wilayah dengan polusi udara terparah di dunia. Berdasarkan data Air Quality Index (AQI) pada 3 September 2023, Jakarta menempati posisi ke-2 untuk kota besar paling berpolusi di dunia dengan tingkat AQI sebesar 162 yang masuk ke kategori kualitas udara tidak sehat dan Depok menempati posisi pertama di Indonesia dengan AQI sebesar 198. Hal ini terlihat dari peta polusi udara di Jawa Barat, khususnya wilayah Jakarta dan Depok dengan indeks AQI rata-rata di atas 150.
Implikasi Polusi Udara Tidak Main-Main
Tingginya indeks AQI yang mengindikasikan buruknya polusi udara Kota Jakarta yang berpotensi beracun memberikan berbagai dampak negatif dalam jangka panjang bagi warga setempat. Fenomena ini berpotensi memperburuk pernapasan, penurunan produktivitas kerja, stunting, hingga kematian.
Sebuah studi dari Asian Development Bank pada tahun 2002 memperkirakan bahwa polusi udara berdampak pada lebih dari 90 juta kasus gejala pernapasan dengan estimasi kerugian ekonomi sekitar Rp1,8 triliun1S. Syahril, B. P. Resosudarmo, and H. S. Tomo, “Study on air quality in Jakarta, Indonesia: future trends, health impacts, economic value and policy options,” ADB, Jakarta, 2002.. Selain itu, penelitian oleh Resosudarmo dan Napitupulu juga mengungkapkan adanya 3.000 kasus kematian dan 90 juta kasus gejala pernapasan yang diakibatkan oleh paparan polusi udara2B. P. Resosudarmo and L. Napitupulu, “Health and Economic Impact of Air Pollution in Jakarta,” Economic Record, vol. 80, no. s1, pp. S65–S75, Sep. 2004, doi: https://doi.org/10.1111/j.1475-4932.2004.00184.x.. Enam tahun setelahnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga melaporkan bahwa 57,8% warga DKI Jakarta turut terdampak berbagai penyakit kardiovaskuler dan infeksi pernapasan akibat paparan dari polusi udara3A. Safrudin et al., Cost Benefit Analysis for Fuel Quality and Fuel Economy Initiative in Indonesia. 2013..
Terdapat hubungan non linier antara polusi udara dan produktivitas tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan adanya eksternalitas negatif dari polusi udara terhadap produktivitas tenaga kerja yang dipengaruhi oleh faktor physical health, mental health, dan cognitive performance4https://www-sciencedirect-com.translate.goog/science/article/pii/S2666933121000216?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc. Dalam hal ini, polusi udara akan berpotensi menurunkan kualitas dari ketiga aspek tersebut yang dapat berimplikasi pada penurunan produktivitas tenaga kerja.
Sejumlah penelitian epidemiologi menemukan adanya korelasi antara paparan polusi udara dengan peningkatan risiko pada kelahiran bayi normal, seperti berat badan yang rendah, kelahiran prematur, dan kasus stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak yang berpotensi menurunkan fungsi kognitif anak5Y. Liu, J. Xu, D. Chen, P. Sun, and X. Ma, “The association between air pollution and preterm birth and low birth weight in Guangdong, China,” BMC Public Health, vol. 19, no. 1, p. 3, 2019, doi: 10.1186/s12889-018-6307-7.. Nyatanya, polusi udara juga dapat memicu terjadinya stunting, hal ini terjadi ketika polusi udara yang masuk melalui saluran pernapasan anak mengalir ke otak dan mengakibatkan peradangan serta penurunan fungsi otak6https://mediaindonesia.com/humaniora/608073/polusi-udara-bisa-picu-anak-stunting-perlu-pencegahan#:~:text=Jika%20anak%2Danak%20terpapar%20oleh,asap%20rokok%2C%20hingga%20limbah%20pabrik.. Begitu pun dengan orang dewasa, polusi udara mampu menyebabkan penyakit fatal hingga kematian.
Aktivitas Manusia dan Fenomena Alam Sebagai Penyebab
Kronisnya polusi udara dipicu oleh aktivitas manusia dan natural phenomenon itu sendiri. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menunjukkan bahwa sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar di Jakarta, diikuti industri energi 31%, lalu manufaktur industri 10%, sektor perumahan 14%, dan komersial 1%.
Sumber: ISPU, Sumber Polusi Udara di Jakarta tahun 2015
Grafik tersebut menunjukkan sumber polusi udara di Jakarta pada tahun 2015 yang berasal dari empat sumber utama, yaitu pembangkit listrik, industri manufaktur, transportasi darat, dan residensial. Dalam hal ini, transportasi darat menjadi penyumbang terbesar untuk polutan karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), dan PM2,5 diikuti dengan industri manufaktur sebagai penyumbang terbesar dalam polutan sulfur dioksida (SO2). Hal ini terlihat bahwa transportasi darat dan industri manufaktur menjadi dua aspek yang memiliki pengaruh signifikan terhadap tingginya polusi udara di jakarta.
Padatnya lalu lintas Kota Jakarta juga menunjukkan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang memicu emisi. Salah satu penyebabnya adalah karena transportasi publik yang telah disediakan tidak mampu menampung penduduk Jakarta yang semakin tinggi. Alhasil, sebagian besar pekerja memutuskan untuk menggunakan kendaraan pribadi.
Di samping itu, industri peleburan, kimia, manufaktur, dan PLTU yang berada di sebelah timur atau tenggara dari Jakarta menyumbang sekitar 2,6% terhadap polusi udara. Angka tersebut memang tidak signifikan, tetapi jika tidak dilakukan upaya penanggulangan, maka polusi udara di Jakarta akan semakin buruk7https://katadata.co.id/lonaolavia/berita/64f5cf72c282c/kualitas-udara-di-jakarta-masih-buruk-pakar-ini-3-penyebab-utamanya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI menyatakan bahwa angin muson timur membawa massa udara kering dari Benua Australia menuju Benua Asia. Dalam hal ini, Jakarta merupakan wilayah urban sehingga kondisi tersebut menimbulkan fenomena lapisan inversi yang menahan pengangkatan udara ke atas (konveksi) sehingga dapat mengakibatkan terkumpulnya energi di dekat permukaan dan dilepaskan dalam bentuk thunderstorm yang kuat. Lapisan inversi ini akhirnya menyebabkan cuaca yang berkabut dan menahan polutan berada di dekat permukaan8https://www.antaranews.com/berita/3676725/klhk-sebut-angin-muson-timur-meningkatkan-pencemaran-udara-di-jakarta. Hal ini didukung dengan data KLHK yang menunjukkan angka konsentrasi partikulat (PM2.5) tertinggi saat musim kemarau berlangsung.
Sumber: Kompas, Polusi Udara di Indonesia Terburuk di Asia Tenggara
Kebijakan Jakarta
Grafik tersebut menunjukkan jumlah hari dengan level kualitas udara sesuai dengan status ISPU. Hal ini terlihat jika jumlah hari dengan kualitas udara yang baik semakin menurun, bahkan sangat kecil pada tahun 2019. Ditambah lagi, jumlah hari dengan kualitas udara moderat juga semakin berkurang. Sebaliknya, jumlah hari dengan kualitas udara tidak sehat meningkat cukup drastis di tahun 2018.
Ironisnya, kualitas udara tidak sehat di Jakarta terus bertambah sejak tahun 2015. Berbagai kebijakan dan Undang-undang pun telah dirancang oleh pemerintah, seperti UU No. 32 Tahun 2009 mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1999 mengenai pengendalian pencemaran udara, tetapi hal tersebut tidak menghasilkan dampak yang signifikan dalam pengendalian pencemaran udara di Jakarta. Berikut beberapa kebijakan,
Pengendalian Pencemaran Udara (Peraturan Daerah DKI Jakarta No.2/2005)
Kebijakan ini mewajibkan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) untuk kendaraan operasional pemerintah dan transportasi publik. Peraturan ini juga mengatur mengenai pengembangan ruang terbuka hijau, pelaksanaan car free day (CFD), perizinan emisi untuk industri dengan evaluasi rutin, dan pajak emisi.
Transportasi Ramah Lingkungan (Peraturan Daerah DKI Jakarta No.5/2014)
Peningkatan transportasi publik yang ramah lingkungan dan mengatur peremajaan bus umum secara periodik, penggunaan energi bersih untuk kendaraan umum, pengujian emisi, serta penerapan congestion pricing (sistem tarif bagi kendaraan bermotor di jalan tertentu).
Penetapan Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak di Provinsi DKI Jakarta (Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.670/2000)
Peraturan ini mengatur standar baku mutu (emisi yang boleh diproduksi) sumber tidak bergerak termasuk industri pengolahan dan pembangkit listrik.
Insentif Pembelian Mobil Listrik (Peraturan Menteri Keuangan No 38 Tahun 2023)
Pembelian mobil listrik akan mendapatkan diskon PPN sebesar 10% dengan kewajiban PPN mobil listrik sebesar 11%. Alhasil, PPN yang dibayar hanya 1% dengan syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) harus di atas 40%. Sementara, bus listrik dengan nilai TKDN sebesar 20-40% akan diberikan PPN DTP sebesar 5% sehingga PPN yang harus dibayar hanya 6%. Dalam hal ini, TKDN merupakan nilai dari penggunaan barang atau jasa yang bersumber dari dalam negeri atas sebuah kegiatan.
Program Ganjil Genap (Peraturan Gubernur Nomor 88 Tahun 2019)
Ketentuan ganjil genap di Jakarta hanya mengizinkan kendaraan bermotor berplat nomor ganjil untuk melintasi jalan tertentu pada tanggal ganjil dan plat nomor genap pada tanggal genap di jalan rawan macet, seperti Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin, dan hanya pada waktu tertentu. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk membatasi volume kendaraan pada beberapa ruas jalan, termasuk yang berhubungan dengan gerbang keluar masuk tol. Kebijakan ini juga menekan emisi dengan mengecualikan beberapa kategori kendaraan yang bebas dari peraturan ini, seperti kendaraan listrik.
Kebijakan Work From Home (WFH)
Kronisnya polusi udara di Jakarta yang sangat membahayakan kesehatan penduduknya membuat pemerintah memberlakukan kembali kebijakan Work From Home (WFH) yang wajib bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan harapan untuk menurunkan polusi udara Jakarta.
Modifikasi Cuaca melalui Hujan Buatan
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa Indonesia akan melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengatasi polusi udara. Hal ini merupakan wujud atas pemanfaatan Gelombang Rossby yang cukup aktif di sekitar Jawa Barat. Gelombang Rossby merupakan gelombang yang membawa massa udara hangat dari wilayah ekuator menuju wilayah kutub dan meningkatkan intensitas penguapan di beberapa wilayah yang dilalui sehingga akan meningkatkan curah hujan. Proses tersebut diawali dengan penyemaian garam pada ketinggian 8.000 kaki di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Akibat modifikasi cuaca, wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi mengalami hujan ringan hingga sangat lebat beberapa hari lalu9https://www.bbc.com/indonesia/articles/cd1zgxq79n4o.
Tiongkok: Dulu Digadang Kiamat Karena Polusi Udara
Kasus serupa nyatanya juga dialami oleh China di masa lalu. Fenomena ini dikenal dengan “Airpocalypse” yang menunjukkan bahwa polusi udara di Negara Tirai Bambu itu mencapai level ekstrem di tahun 2013 dan mencapai AQI sebesar 300-500 mikrogram (µg) per meter kubik (m3)10https://qz.com/159105/2013-will-be-remembered-as-the-year-that-deadly-suffocating-smog-consumed-china (Herman Wong, 19 Desember 2013). Hal ini didukung dengan penemuan dari Greenpeace yang menyatakan bahwa pada tahun 2011 pembangkit listrik tenaga batu bara menewaskan 9.900 orang di Beijing, Tianjin dan Hebei, termasuk 40 bayi di ibu kota.
Gambar: Seorang bayi menerima terapi inhalasi di Beijing, 28 Januari 2013 (sumber: China Daily)
Gambar: Anak-anak yang menderita penyakit pernapasan menerima perawatan di sebuah rumah sakit di Hangzhou, provinsi Zhejiang, 9 Desember 2013 (sumber: China Daily)
Gambar: Distrik Keuangan Pudong di Shanghai, 21 Januari 2013 (sumber; Aly Song)
“Pada saat itu, Beijing mengalami apa yang kami sebut ‘akan kiamat’, dengan polusi ekstrem yang membuat orang sadar akan masalah tersebut,” kata Christa Hasenkopf, direktur program kualitas udara di EPIC dan salah satu penulis laporan tersebut, kepada BBC Mundo11https://www.bbc.com/indonesia/dunia-62046737.
Kebijakan China Berhasil Perbaiki Kualitas Udara
Tingginya polusi udara di China membuat pemerintah setempat mendeklarasikan perang melawan polusi udara. Dalam menanggulangi polusi udara, pemerintah berkolaborasi dengan penduduk setempat dan sektor swasta. Hal ini diwujudkan salah satunya melalui penerbitan kebijakan Environment Protection Law (EPL). Selain itu, pembersihan polusi Beijing juga terbagi atas 3 tahap dalam tiga periode, yaitu:
Tahap I (1998-2008)
Pada tahap awal, Beijing melakukan identifikasi masalah terperinci dan penetapan target, seperti:
- Menghentikan operasional pabrik besar yang memakai batu bara sebagai sumber energi dan mengubahnya ke energi ramah lingkungan.
- Menggunakan gas alam padat atau Compressed Natural Gas (CNG) sebagai sumber energi terbarukan menggantikan batu bara yang polutif.
- Pemerintah memberikan insentif pajak dan iuran bagi perusahaan yang mengeluarkan biaya lebih untuk berinvestasi di sektor energi dan hal ini pun menghasilkan pengaruh yang cukup signifikan dimana setidaknya sepuluh pabrik besi baja berhenti beroperasi dan pindah ke negara lain, termasuk Indonesia.
Tahap II (2009-2012)
Tahap selanjutnya berfokus pada restrukturisasi sumber energi perumahan yang meliputi:
- Peralihan penggunaan batu bara ke gas oleh 700.000 rumah tangga.
- Penetapan target menurunkan empat jenis polutan dalam udara Beijing, yaitu sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari pembakaran energi industri dan perumahan, nitrogen dioksida (N2O) dari asap kendaraan bermotor, serta polutan di bawah 2,5 mikrogram (PM2,5) dan 10 mikrogram (PM10) dengan menekan penggunaan kendaraan pribadi di kota-kota besar, meningkatkan kuantitas dan kualitas transportasi publik, mengurangi aktivitas industri besi baja, dan lainnya.
Tahap III (2013-2017)
- Mereduksi polusi dengan beralih ke teknologi ramah lingkungan dengan menambah dua jenis polutan yang harus dikurangi, setelah sulfur dioksida dan nitrogen dioksida, yaitu ozon (O3) dan nitrogen oksida (NOx). Pada 2013, jumlah SO2 mencapai 95.000 ton, N2O sebanyak 218.000 ton, dan gabungan PM2,5 plus PM10 sebanyak 349.000 ton. Pemerintah China fokus pada pengurangan enam polutan ini karena paling membahayakan kesehatan manusia12https://www.forestdigest.com/detail/293/cara-cina-menurunkan-polusi-beijing.
- Penanaman pohon dan perluasan taman-taman publik di area perkotaan.
- Dalam dua puluh tahun terakhir, sulfur dioksida turun sebesar 97%, N2O turun 86%, dan PM2,5 turun 98%. Dalam empat tahun selama 2013-2017 PM2,5 turun 36,8% dari 98.5 mikrogram per meter kubik menjadi 58 mikrogram per meter kubik.
Di samping itu, pemerintah juga menetapkan sejumlah kebijakan dalam bidang lingkungan dan ekonomi untuk memerangi polusi udara tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendukung tiga tahap program pemerintah tersebut.
Duta Lingkungan
Pemerintah membangun awareness masyarakat untuk mendukung kebijakan pemerintah. Hal ini diwujudkan melalui perekrutan sepuluh duta lingkungan yang bertanggung jawab dalam membentuk sebuah tim relawan untuk kampanye penyadaran penduduk terhadap polusi sekaligus mempromosikan program pemerintah terkait polusi udara.
Subsidi Kendaraan Listrik
Pemerintah memberikan diskon harga 60% bagi penduduk yang ingin membeli mobil listrik ramah lingkungan. Bahkan, perusahaan taksi juga didorong untuk menghentikan operasional taksi yang masih menggunakan bahan bakar batu bara dan beralih ke taksi berbahan bakar gas dengan pemberian insentif pajak. Selain itu, dilakukan pula pembatasan pembelian bus dan mobil baru yang hanya sebesar 20.000 unit per tahun.
China: Angin Segar Pasca Kebijakan
Berbagai program pemerintah yang dicanangkan selama bertahun-tahun itu menghabiskan biaya sebesar 1,35 triliun yuan pada tahun 2017 (setara dengan sekitar 2.700 triliun rupiah pada waktunya), 20% dana berasal dari sektor swasta. Hal tersebut nyatanya memberikan dampak yang signifikan bagi perbaikan kualitas udara yang dibuktikan dengan naiknya pemakaian energi terbarukan sebesar 35% dan penurunan pemakaian 2,5 juta ton batu bara selama 2013-2017. Sementara itu, perubahan sumber energi di 700.000 rumah mengurangi pemakaian konsumsi batu bara hingga satu juta ton per tahunnya.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh Energy Policy Institute dari Universitas Chicago (EPIC), penurunan polusi udara yang ekstrem di China membutuhkan waktu yang cukup singkat, yaitu hanya dalam kurun waktu tujuh tahun. Kasus lain, Amerika Serikat, membutuhkan waktu tiga dekade untuk mencapai jumlah penurunan polusi udara yang sama sejak kebijakan menurunkan emisi industri dan kendaraan yang dikenal dengan Clean Air Act pada tahun 197013https://www.bbc.com/indonesia/dunia-62046737.
Perbaikan kualitas udara juga memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi di China yang stabil di angka 6,85% atau naik 10,8 kali lipat dalam kurun waktu dua puluh tahun selama kebijakan perang terhadap polusi. Ditambah lagi, pendapatan bruto (GDP) Beijing mencapai US$ 20 juta per kapita per tahun. Pemerintah China mengklaim penurunan polusi telah mendorong lebih banyak lowongan kerja baru.
Sumber: PBB, Parameter Polusi Beijing Tahun 1998-2017
Sumber: PBB, Perbandingan konsentrasi PM2,5 di Beijing tahun 2013 dan 2017
Sumber: PBB, Keadaan Sosial Ekonomi Beijing Tahun 1998-2017
Perbandingan Kebijakan Jakarta & China
Kebijakan yang diupayakan oleh pemerintah Jakarta dan China nyatanya menghasilkan pengaruh yang cukup kontras, dimana penurunan polusi udara China sangat signifikan sementara Jakarta masih terus harus berperang menghadapi polusi udara. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, berikut adalah sejumlah faktor yang mungkin menyebabkan hal tersebut:
- Subsidi mobil listrik Jakarta yang dinilai kecil oleh sebagian Masyarakat karena hanya memberikan insentif PPN 10%, sementara China memberikan diskon 60% dari harga mobil listrik.
- Jakarta belum menegakkan atau menetapkan target yang jelas dalam menurunkan polutan berbahaya, seperti sulfur dioksida (SO2)yang berasal dari pembakaran energi industri dan perumahan, nitrogen dioksida (N2O) dari asap kendaraan bermotor dan polutan di bawah 2,5 mikrogram (PM2.5) dan 10 mikrogram (PM10).
- Pemerintah kurang gencar dalam membangun awareness penduduknya sehingga mereka cenderung belum memahami bahayanya polusi udara bagi kesehatan dalam jangka panjang.
- Pengimplementasian transisi energi batu bara ke energi terbarukan (gas) yang cenderung lambat di Jakarta karena sejumlah industri ataupun transportasi masih melanggar peraturan tersebut.
- Implementasi gasifikasi (perubahan bahan bakar padat secara termokimia menjadi gas) yang sangat lambat dimana baru ditargetkan beroperasi di 2027 mendatang14https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/gasifikasi-batubara-ke-dme-ditargetkan-beroperasi-di-2027.
Kesimpulan
Perbaikan kualitas polusi udara di China saat ini nyatanya dilatarbelakangi oleh komitmen yang tinggi dari pemerintah dan penduduknya dalam memerangi polusi udara yang ekstrem. Hal ini terlihat dari implementasi kebijakan yang konsisten, cepat, dan tanggap. Di sisi lain, kebijakan pemerintah di Jakarta cenderung tidak konsisten ditambah minimnya komitmen dalam implementasi program yang telah dirancang. Akhirnya, kesadaran masyarakat akan bahaya polusi udara Jakarta cukup terlambat. Dalam hal ini, Indonesia dapat berkaca, mempertimbangkan untuk menerapkan strategi kebijakan China, seperti peningkatan insentif bagi perusahaan yang beralih ke teknologi dan sumber daya terbarukan, reduksi polutan yang berbahaya secara ketat, dan meningkatkan subsidi harga beli mobil listrik.
Editor: Qisthan Ghazi, Alifia Yumna M., Dhia Rana Nugraha
Referensi
↵1 | S. Syahril, B. P. Resosudarmo, and H. S. Tomo, “Study on air quality in Jakarta, Indonesia: future trends, health impacts, economic value and policy options,” ADB, Jakarta, 2002. |
---|---|
↵2 | B. P. Resosudarmo and L. Napitupulu, “Health and Economic Impact of Air Pollution in Jakarta,” Economic Record, vol. 80, no. s1, pp. S65–S75, Sep. 2004, doi: https://doi.org/10.1111/j.1475-4932.2004.00184.x. |
↵3 | A. Safrudin et al., Cost Benefit Analysis for Fuel Quality and Fuel Economy Initiative in Indonesia. 2013. |
↵4 | https://www-sciencedirect-com.translate.goog/science/article/pii/S2666933121000216?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc |
↵5 | Y. Liu, J. Xu, D. Chen, P. Sun, and X. Ma, “The association between air pollution and preterm birth and low birth weight in Guangdong, China,” BMC Public Health, vol. 19, no. 1, p. 3, 2019, doi: 10.1186/s12889-018-6307-7. |
↵6 | https://mediaindonesia.com/humaniora/608073/polusi-udara-bisa-picu-anak-stunting-perlu-pencegahan#:~:text=Jika%20anak%2Danak%20terpapar%20oleh,asap%20rokok%2C%20hingga%20limbah%20pabrik. |
↵7 | https://katadata.co.id/lonaolavia/berita/64f5cf72c282c/kualitas-udara-di-jakarta-masih-buruk-pakar-ini-3-penyebab-utamanya |
↵8 | https://www.antaranews.com/berita/3676725/klhk-sebut-angin-muson-timur-meningkatkan-pencemaran-udara-di-jakarta |
↵9 | https://www.bbc.com/indonesia/articles/cd1zgxq79n4o |
↵10 | https://qz.com/159105/2013-will-be-remembered-as-the-year-that-deadly-suffocating-smog-consumed-china (Herman Wong, 19 Desember 2013 |
↵11, ↵13 | https://www.bbc.com/indonesia/dunia-62046737 |
↵12 | https://www.forestdigest.com/detail/293/cara-cina-menurunkan-polusi-beijing |
↵14 | https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/gasifikasi-batubara-ke-dme-ditargetkan-beroperasi-di-2027 |
Discussion about this post