“Hari ini merupakan suatu kemenangan kecil. Setelah tiga tahun, akhirnya kita berhasil masuk ke gedung ini (PAUI). Cuma itu loh, se-simple itu harapan kita. Itu kemenangan kecil. Jadi, ke depannya ada kemenangan yang lebih besar, yaitu kita bertemu dengan Rektornya,” ujar Melki.
Dalam rangka menuntut banyaknya permasalahan yang belum diselesaikan oleh Universitas Indonesia, aliansi BEM se-UI menyelenggarakan Aksi PR UI Masih Banyak pada Kamis (31/08) di Gedung Pusat Administrasi (PA) UI. Aksi ini turut diikuti oleh mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di UI.
Terdapat beberapa tuntutan yang disuarakan untuk UI pada aksi kali ini, yaitu menuntut transparansi dan rasionalisasi perubahan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) UI, mewujudkan UI sebagai ruang aman antikekerasan seksual, menuntut UI untuk memberikan jaminan keadilan dalam kasus Akseyna serta kasus-kasus serupa, memperbaiki birokrasi peminjaman fasilitas di UI, serta memberikan aksesibilitas untuk kaum disabilitas di UI.
Aksi Berjalan Tanpa Ada Keributan hingga di depan PAUI
Massa aksi berkumpul di Lapangan FISIP UI terlebih dahulu sebelum akhirnya melakukan long march menuju PAUI. Mereka juga melakukan pemberhentian sementara di Tugu Makara UI untuk melakukan penutupan lambang makara sebagai bentuk kekecewaan massa aksi terhadap UI.
Massa aksi melanjutkan long march sembari menyanyikan lagu-lagu pembakar semangat serta mengangkat poster-poster yang berisi tuntutan mereka untuk pihak kampus.
Sesampainya di depan PAUI, terlihat pihak Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK) UI telah menyiapkan barikade untuk menghalangi jalan para massa aksi menuju ke PAUI. Menanggapi hal tersebut, massa aksi tidak terima dan terjadi perselisihan antara kedua belah pihak. “Pak, kita butuhnya rektor, Pak! Bapak apa maksudnya menghalang-halangi?!” seru salah satu massa aksi melalui pengeras suara.
Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, massa aksi berhasil untuk melewati barikade milik PLK UI. Tepat di depan pintu masuk PAUI, massa aksi berkumpul sembari terus menyuarakan lagu-lagu pembakar semangat. Aksi juga diisi dengan penampilan orasi dari beberapa perwakilan fakultas yang hadir.
Desakan Mahasiswa untuk Diberikan Kesempatan Berkomunikasi
Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang (Melki), meminta PLK untuk memberikan kesempatan untuk mahasiswa dapat memasuki PAUI guna mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dengan pihak rektorat.
“Kita harus masuk (ke dalam PAUI) untuk berkomunikasi, kan. Kalau enggak masuk, gimana kita mau berkomunikasi?” ujar Melki saat diwawancarai terkait desakan untuk dapat masuk ke gedung PAUI.
Karena tidak ada jawaban dari pihak rektorat, massa aksi pun mulai menggedor pintu PAUI memohon untuk masuk. Akibat dari adanya dorongan antara massa aksi dengan PLK UI, pintu masuk PAUI pecah dan beberapa pecahan kaca mengenai Melki. Bukan itu saja, terdapat massa aksi juga yang menendang kaca lain hingga pecah.
Massa Aksi Berhasil Diberi Kesempatan untuk Masuk ke Gedung PAUI
Setelah terjadi insiden kaca pecah, BEM se-UI semakin menuntut pihak Rektorat untuk membukakan pintu PAUI untuk massa aksi guna berdiskusi dengan mereka. Pada akhirnya, perwakilan setiap fakultas diberikan kesempatan untuk masuk serta melakukan negosiasi dengan pihak Rektorat.
“Duduk doang, Pak. Bedanya, di sini (di dalam Gedung PAUI) lebih aman, Pak. Enggak akan ada yang rusak lagi, enggak akan ada yang berdarah lagi,” ucap salah satu perwakilan fakultas saat bernegosiasi dengan Badrul Munir (Munir) selaku Direktur Kemahasiswaan UI.
Setelah melalui negosiasi yang cukup panjang, sekitar pukul 19.30 WIB, seluruh massa pun diizinkan untuk memasuki Gedung PAUI. Di dalam PAUI, orasi terus digaungkan oleh perwakilan dari masing-masing fakultas sembari menunggu perwakilan pihak Rektorat untuk menghadapi massa.
Salah satu massa aksi mempertanyakan mengenai tanggapan pihak Rektorat ketika Munir menyampaikan aspirasi mereka. “Semua concern itu ditindaklanjuti. Memang ada dinamika-dinamika,” jawab Munir.
Terkait tidak didanainya Satgas PPKS UI, Munir mengaku bahwa di akhir tahun 2022 terdapat pengurangan dana bagi setiap unit di UI. Ia berpendapat, “Namun, isu itu sudah kita selesaikan dan Satgas PPKS sudah bisa beroperasi kembali.”
Sementara itu, terkait BOP UI yang dianggap terlalu tinggi dan tidak transparan, Munir berujar bahwa hal tersebut karena adanya Peraturan Menteri di tahun 2022 serta peraturan di tahun 2020 yang belum diimplementasikan oleh UI karena adanya pandemi COVID-19. Munir menjelaskan, “Kalau dari kami (pihak kemahasiswaan), kami mencoba meminimalkan dampaknya, salah satunya dengan prinsip berkeadilan.”
Munir juga menerangkan, “Intinya, semua unit di berusaha untuk bekerja sebaik-baiknya. Pimpinan juga sebetulnya tidak abai terhadap perkembangan-perkembangan yang ada.”
Langkah yang Akan Diambil oleh BEM UI ke Depannya
Karena massa aksi gagal kembali untuk bertemu Rektor UI, Ari Kuncoro, maka Melki berujar, “Besok kita (BEM UI) akan meminta kejelasannya apakah Pak Munir dan Pak Dibyo sudah berhasil bertemu Rektor, serta hasilnya bagaimana. Baru kemudian kita akan rancang lebih baik dan lebih banyak lagi daripada hari ini.”
Editor: Anindya Vania
Discussion about this post