Introduction
Ketidakjujuran individu memiliki dampak besar bagi ekonomi dan masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kesenjangan seperti dalam penetapan jumlah pajak dan biaya penipuan asuransi yang tinggi. Oleh karena itu, memahami faktor-faktor yang memengaruhi perilaku tidak jujur sangatlah penting. Jurnal ini meneliti mengenai implikasi jangka panjang individu dalam sistem ekonomi tertentu terhadap perilaku curang individu.
Penelitian ini menggunakan subjek pembanding dari sistem ekonomi yang berbeda, yaitu sosialisme dan kapitalisme, dengan menggunakan peristiwa sejarah pembagian Jerman Timur sosialis dan Jerman Barat kapitalis sebagai studi kasus. Dalam menentukan perilaku ketidakjujuran, jurnal ini menggunakan eksperimen lapangan artifaktual untuk mengukur perilaku curang dengan die task yang telah diadaptasi dari penelitian serupa sebelumnya Jiang (2013) dan Mann et al. (2016), di mana peserta dibayar berdasarkan jumlah titik pada dadu yang dilaporkan.
Differences between former East and West Germany
Tembok Berlin memisahkan satu negara menjadi dua rezim ekonomi dan politik yang sangat berbeda, yaitu sosialisme (Jerman Timur) dan kapitalisme (Jerman Barat) dari tahun 1961 hingga 1989. Sistem sosialisme digambarkan memiliki kelangkaan yang ekstrem dan diberi tekanan agar masyarakat bekerja di sekitar hukum resmi. Freedom of speech bukan merupakan sebuah prinsip yang diutamakan dan sering kali masyarakat harus menyembunyikan perasaan mereka untuk menghindari terjadinya penindasan.
Studi terdahulu menunjukkan bahwa masyarakat Jerman Timur secara signifikan memiliki rasa solidaritas yang lebih rendah dari Jerman Barat setelah keduanya bersatu kembali. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan yang lambat pada perilaku sosial dikarenakan perlunya koordinasi norma sosial dalam masyarakat. Dibandingkan Jerman Barat, masyarakat Jerman Timur memiliki kepercayaan sosial yang lebih rendah dan merupakan risk-lovers.
Materials and Methods
a. Experimental Setup
Dilakukan dua sesi eksperimen identik di tiga kota di Jerman. Sesi 1 fokus di Berlin sementara sesi 2 fokus di daerah Leipzig. Pada sesi 1, dikumpulkan data dari daerah perbatasan (Neukolln, Mitte, dan Pankow) dan daerah yang dahulunya merupakan pedalaman Jerman Timur serta Barat (Zehlendorf, Steglitz, dan Weissensee). Sesi satu berhasil mengumpulkan 259 partisipan. Sementara itu, terkumpul 275 sampel dari sesi 2 (139 di Leipzig dan 136 di Dortmund).
b. Partisipan
Rata-rata umur partisipan adalah 37,8 tahun dengan standar deviasi 14,1 tahun dengan 48% di antaranya adalah perempuan.
c. Experimental protocol
Eksperimen dilakukan secara independen serta diminta persetujuan untuk terlibat. Penelitian mencakup tiga bagian: behavioral cheating task, kuesioner (latar belakang, demografi, dll), dan kesempatan donasi secara anonim.
d. The die task
Partisipan melempar dadu sebanyak 40 kali dan hadiah akan ditentukan oleh pilihan acak dari salah satu lemparan. Mereka menyelesaikan tugas secara privat dan mendapatkan 1 EUR per titik setiap lemparan. Partisipan dapat berbuat curang dengan berbohong bahwa mereka mendapat sisi dadu yang memungkinkan mereka mendapat bayaran lebih besar. Jika mereka jujur, average payoff adalah 3.50 EUR (sama dengan memilih sisi high-paying sebanyak 20 kali). Kombinasi lemparan seharusnya terdistribusi secara sama jika partisipan jujur. Jika kombinasi lemparan angka 1 dan 6 lebih banyak dilaporkan daripada kombinasi 5 dan 2 atau 3 dan 4, maka dapat disimpulkan bahwa partisipan memalsukan lemparan mereka.
e. Kuesioner
Terdapat lima pendekatan berbeda dalam kuesioner: latar belakang keluarga, tempat lahir, tempat tinggal pada tahun 1980-an dan 1990-an, serta kategorisasi self-appraised partisipan.
Result
Perbandingan hasil dari sesi 1 dan 2 mengungkapkan bahwa perbedaan perilaku antara kedua kelompok hanya berlaku untuk partisipan yang tinggal di Berlin. Hal ini dapat terjadi karena mereka memilih sisi yang memberikan bayaran tinggi pada 60% lemparan dadu (dengan latar belakang keluarga Jerman Timur) dibandingkan dengan 55% lemparan dadu (dengan latar belakang keluarga Jerman Barat) secara berturut-turut. Perbedaan kecurangan pada sampel Berlin (sesi 1) secara statistik signifikan pada tingkat konvensional (p = 0.013, Prob > z = 0.011). Sebaliknya, partisipan dari Leipzig dan Dortmund (sesi 2) tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam tingkat kecurangan antara latar belakang keluarga Jerman Timur dan Jerman Barat.
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan regresi Probit dengan lemparan dadu berbayaran tinggi atau rendah sebagai variabel terikat dan menggunakan estimasi panel random effects untuk memperhitungkan pengelompokan efek khusus dalam individu. Oleh karena itu, variabel dummy digunakan untuk latar belakang keluarga (dummy = 1 jika partisipan memiliki latar belakang keluarga Jerman Timur, 0 sebaliknya), variabel dummy untuk lokasi, yaitu sesi 1 versus sesi 2 (dummy = 1 jika lokasinya di Berlin, 0 sebaliknya), dan istilah interaksi dari kedua variabel dummy (istilah interaksi = 1 jika partisipan memiliki latar belakang keluarga Jerman Timur dan eksperimen dilakukan di Berlin, 0 sebaliknya).
Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar variabel penjelas hanya memiliki korelasi yang lemah, sehingga masalah multikolinearitas tidak menjadi perhatian dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengontrol faktor-faktor lain yang berpotensi memengaruhi kecurangan seperti latar belakang keluarga atau tinggal di Berlin itu sendiri tidak mengubah probabilitas peserta melaporkan sisi dadu yang memberikan bayaran tinggi. Namun, interaksi antara memiliki latar belakang keluarga Jerman Timur dan tinggal di Berlin signifikan (p = 0,020), menunjukkan peningkatan probabilitas peserta melakukan kecurangan sebesar 8,1%. Efek ini lebih kuat untuk peserta dengan latar belakang keluarga Jerman Timur yang juga lahir dan tinggal di Jerman Timur. Probabilitas kecurangan meningkat sebesar 9,5% (p = 0,018).
Dalam hal variabel kontrol, ditemukan bahwa variabel usia memiliki dampak signifikan pada kecurangan, dengan jika usia meningkat satu tahun, maka probabilitas peserta melaporkan sisi dadu yang memberikan bayaran tinggi akan meningkat sebesar 0,2% (p < 0,003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kecurangan pada kelompok usia yang lebih tua lebih besar antara peserta dengan latar belakang Jerman Timur dan Jerman Barat.
Peserta yang lahir sebelum pembubaran Jerman Timur memiliki peluang 12,6% lebih tinggi untuk melakukan kecurangan (p < 0,002), sedangkan peserta yang tinggal setidaknya 10 tahun di masyarakat sosialis memiliki peluang 17,1% lebih tinggi (p < 0,003), dan peserta yang tinggal selama 20 tahun atau lebih di bawah sosialisme memiliki peluang 20,7% lebih tinggi (p < 0,007) untuk melakukan kecurangan dibandingkan dengan peserta Jerman Barat dari kelompok usia yang sama pada sesi yang sama.
Discussion
Karakteristik Warga Berlin:
Dalam penelitian, terdapat perbedaan yang terdokumentasi dalam kecurangan pada sampel Berlin, yang kemungkinan disebabkan oleh karakteristik khusus warga Berlin. Namun, ada tiga argumen yang menunjukkan bahwa efek yang diamati pada sampel Berlin seharusnya tidak terkait dengan karakteristik tidak teramati khusus dari kelompok ini.
Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir separuh partisipan Berlin juga tinggal atau lahir di kota lain di seluruh Jerman, yang menjamin bahwa efek tersebut tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor spesifik terkait sebagai penduduk asli Berlin. Kedua, efek kelompok usia pada penelitian ini mendukung gagasan bahwa perbedaan perilaku yang diamati ditentukan oleh variabel yang terkait dengan tinggal di Jerman Timur dalam waktu yang lama, bukan sekadar sebagai penduduk asli Berlin.
Conclusion
Menggunakan die-rolling task sebagai abstrak, diketahui bahwa masyarakat Jerman Timur lebih mungkin berbuat curang dibandingkan dengan Jerman Barat yang lebih sering berinteraksi sosial. Perilaku curang lebih sering dilakukan oleh kelompok usia yang lebih tua. Hal ini menandakan bahwa makin lama seorang partisipan hidup di lingkungan sosialisme, maka ketidakjujuran juga akan makin besar. Selain itu, rezim sosialisme kemungkinan besar juga dapat memberikan dampak buruk pada moral individu.
Reviewed from:
Ariely, D., Garcia-Rada, X., Godker, K., Hornuf, L., & Mann, H. (2019). The Impact of Two Different Economic Systems on Dishonesty. European Journal of Political Economy, 59, 179–195. https://doi.org/10.1016/j.ejpoleco.2019.02.010
Ilustrasi oleh: Gregory Ibrahim
Editor: Rayhan Xavier, Maura Gita, Amira Nisa, dan Siwi Rosari
Discussion about this post