Latar Belakang
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi (MPKT) merupakan mata kuliah wajib yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa setiap mahasiswa/i Universitas Indonesia diharuskan mengambil mata kuliah MPKT. MPKT bertujuan untuk membentuk pola pikir, karakter, logika, kreativitas, serta jiwa berbangsa dan bernegara mahasiswa. Hal ini tercermin dari materi-materi yang diberikan seperti materi filsafat, logika, pendidikan pancasila, hingga pemahaman mengenai alam dan seisinya.
Berdasarkan Buku Bauran MPKT, materi yang terkandung dalam MPKT meliputi 9 nilai UI yakni nilai-nilai kebangsaan, negara, warga negara berdasarkan Pancasila, pemecahan masalah dalam sains, teknologi, kesehatan, dan manusia sebagai manajer alam dengan menggunakan penalaran dan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Metode pembelajaran MPKT menggunakan pendekatan student centered learning (SCL) yang berarti kegiatan pembelajaran dilakukan dengan melaksanakan diskusi kelompok, latihan tugas mandiri, dan terpusat pada mahasiswa. (Ratna et al., 2022)
Pada tahun 2020, terdapat perubahan kurikulum yang berdampak pada mata kuliah MPKT. Sebelum perubahan kurikulum 2020, MPKT terbagi menjadi MPKT A pada semester 1 sebesar 6 SKS dan MPKT B pada semester 2 sebesar 6 SKS. Akan tetapi, setelah perubahan kurikulum 2020, MPKT dipersingkat menjadi 5 SKS pada semester 2. 1https://scele.cs.ui.ac.id/pluginfile.php/1279/block_html/content/HighlightKurikulumSI_Reg-2020-v1.1-2feb21.pdf
Meski begitu, hingga saat ini masih banyak terdengar keluhan dari para mahasiswa mengenai mata kuliah MPKT. Maka dari itu, Tim Cerita Data melakukan observasi dan survei mengenai pandangan mahasiswa UI terhadap efektivitas MPKT dalam pengembangan karakter mahasiswa.
Keluhan Soal MPKT dan Profil Responden
Berdasarkan observasi lapangan dan mayoritas jawaban responden, Tim Cerita Data menemukan beberapa keluhan yang paling sering dirasakan oleh para mahasiswa UI selama menjalani mata kuliah MPKT. Pertama, keluhan mengenai tugas, di mana mahasiswa sering mendapatkan banyak tugas per minggunya yang cukup membebankan. Selanjutnya, terkait dengan bobot SKS, MPKT dinilai memiliki bobot SKS yang terlalu tinggi, yaitu 5 SKS, dimana dirasa tidak sesuai dengan materi yang diberikan. Beberapa responden berpendapat bahwa materi yang diajarkan terlalu dasar, bahkan sudah dipelajari di luar perkuliahan dan bangku pendidikan sebelumnya. Oleh karena itu, kurang relevan jika mata kuliah ini memiliki bobot SKS sebesar 5. Tak hanya itu, keluhan juga berkaitan dengan kinerja kelompok. Beberapa responden mengaku menghadapi kesulitan karena adanya anggota kelompok yang kurang aktif.
Survei yang dilakukan Tim Cerita Data menggunakan bantuan Google Form dan berhasil mengumpulkan total 267 responden yang tersebar dari angkatan 2019 hingga angkatan 2022. Jumlah responden tertinggi berasal dari angkatan 2022, yaitu 125 orang, diikuti oleh angkatan 2021 sebanyak 112 orang, angkatan 2020 sebanyak 18 orang, dan angkatan 2019 sebanyak 12 orang.
Selanjutnya, responden juga terbagi di berbagai fakultas. Jumlah responden tertinggi berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) sebanyak 50 orang, diikuti oleh Fakultas Teknik (FT) dengan 37 orang, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dengan 24 orang, Fakultas Farmasi (FF) dengan 23 orang, Fakultas Psikologi (FPsi) dengan 21 orang, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dengan 20 orang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan 19 orang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dengan 15 orang, Fakultas Hukum (FH) dengan 14 orang, Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) dengan 13 orang, Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) dengan 12 orang, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dengan 6 orang, Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dengan 5 orang, Fakultas Kedokteran (FK) dengan 4 orang, dan VOKASI dengan 4 orang.
Relevansi Mata Kuliah MPKT
Sebelum mengambil sebuah mata kuliah, beberapa mahasiswa tentu memiliki ekspektasi maupun bayangan tersendiri terhadap mata kuliah tersebut. Mayoritas berekspektasi bahwa MPKT fokus pada pengembangan karakter mahasiswa dan materi yang diajarkan akan mirip dengan mata pelajaran PKN yang didapatkan saat masih duduk di bangku sekolah. Sebagian lainnya juga sudah mengira bahwa mahasiswa akan diberikan tugas yang banyak, terutama tugas kelompok, mengingat bobot SKS MPKT yang lebih besar dari rata-rata bobot SKS mata kuliah lainnya. Banyak juga yang berpikir bahwa mahasiswa akan diajarkan perihal logika secara mendalam, cara berpikir kritis, bagaimana caranya menumbuhkan rasa nasionalisme, hingga beberapa juga berekspektasi bahwa MPKT akan lebih banyak praktik dibandingkan teori. Tidak hanya itu, ada juga yang berekspektasi bahwa mata kuliah ini akan menjadi mata kuliah yang membosankan, menyeramkan, cenderung berat, hingga merasa kurang relevan dengan jurusan yang ditekuni.
Sebanyak 87 mahasiswa atau sekitar 32,6% cenderung berpendapat netral terkait peran MPKT terhadap pengembangan karakter mahasiswa. Sementara itu, sebanyak 79 mahasiswa atau 29,6% merasa setuju bahwa MPKT penting, dan 13,1% merasa sangat setuju dengan pentingnya MPKT untuk pengembangan karakter mahasiswa.
Namun, walaupun sebagian besar mahasiswa merespon positif bahwa MPKT memang penting untuk pengembangan karakter mahasiswa, rasa terbebani oleh jumlah tugas MPKT yang terus diberikan setiap minggunya sangatlah besar. Sebanyak 29,6% merasa sangat setuju bahwa mereka terbebani oleh tugas MPKT. Sementara itu, sebanyak 29,1% merasa cukup setuju. 72 mahasiswa merasa netral dengan tugas MPKT yang dibebani kepada mahasiswa.
MPKT memiliki cakupan materi yang cukup luas. Mulai dari materi mengenai karakter, filsafat, logika, etika, kewarganegaraan, implementasi nilai Pancasila, hingga kebudayaan. Walaupun memiliki cakupan materi yang sangat luas, sebanyak 99 responden mahasiswa UI (37,1%) merasa setuju bahwa materi MPKT masih mudah untuk dipahami. 88 mahasiswa merasa netral, dan sebanyak 13,5% merasa bahwa materi MPKT sangat mudah untuk dipahami.
Sementara itu, berkebalikan dengan sejumlah keluhan yang sering ditemui mengenai kinerja anggota kelompok MPKT, survei ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (32,6% atau 87 mahasiswa) merasa puas dengan kinerja anggota kelompok MPKT mereka. Sementara itu, 76 mahasiswa merasa sangat puas dengan kinerja anggota kelompok MPKT mereka. Hanya sekitar 7,1% atau 19 mahasiswa yang merasa sangat tidak puas dengan kinerja anggota kelompok MPKT mereka.
Pertanyaan berikutnya mengevaluasi pendapat mahasiswa terkait manfaat MPKT dalam meningkatkan kemampuan kerja sama tim. Dalam MPKT, sebagian besar kegiatan mulai dari tugas hingga pengerjaan UTS dan UAS dilakukan secara berkelompok. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa merasa MPKT meningkatkan kemampuan kerja sama tim mereka, dengan 36% mahasiswa menyatakan setuju dan 20,2% mahasiswa menyatakan sangat setuju bahwa MPKT membantu meningkatkan kemampuan kerja sama mereka.
Namun, terkait dengan kesesuaian bobot SKS pada MPKT, opini mahasiswa menjadi terbagi. 69 mahasiswa atau 26% menyatakan netral, sedangkan 65 mahasiswa atau 24,3% menyatakan tidak setuju, dan 14,2% mahasiswa ikut menyatakan sangat tidak setuju bahwa bobot SKS pada MPKT sudah sesuai. Meskipun MPKT memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kerja sama tim, kekhawatiran mahasiswa terkait kesesuaian bobot SKS dapat dipertimbangkan kembali.
Pencapaian Kompetensi MPKT pada Mahasiswa UI
Berdasarkan Buku Panduan MPKT, terdapat 8 poin kompetensi pada mahasiswa yang harus dicapai dari mata kuliah MPKT. Bagian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang akurat mengenai pendapat mahasiswa UI terkait pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam mata kuliah MPKT. Hasil dari pengisian pada bagian ini mampu dijadikan sebagai bahan evaluasi maupun umpan balik bagi para mahasiswa maupun pengajar, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan kompetensi selanjutnya.
Pada pertanyaan ini, hasil survei menunjukan bahwa pendapat dari mahasiswa masih beragam terkait bagaimana MPKT dapat membantu mereka dalam menganalisis masalah kehidupan akademis dan sehari-hari. Mayoritas responden, sebanyak 85 mahasiswa atau 31,8% menyatakan sikap netral dan 72 mahasiswa atau 26,96% menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat keraguan dari sejumlah mahasiswa terhadap poin kompetensi MPKT dalam konteks menganalisis masalah kehidupan akademis dan sehari-hari. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil survei menunjukan bahwa kompetensi pertama dari MPKT ini sejauh ini belum tercapai.
Pada poin kompetensi ini MPKT menekankan mahasiswa untuk mengembangkan solusi yang tidak hanya logis, tetapi juga mempertimbangkan implikasi sosial, moral, dan etis dari tindakan yang diambil. Dalam konteks ini, sebagian besar mahasiswa sebanyak 32,2% atau 68 mahasiswa memiliki pandangan netral. Sementara itu, 25,4% mahasiswa menyatakan tidak setuju, 23,2% setuju, 10,8% sangat tidak setuju, dan 8,2% sangat setuju. Meskipun ada perbedaan pendapat, mayoritas mahasiswa memiliki pandangan negatif atau netral terhadap manfaat mempelajari MPKT dalam mencari solusi yang tepat. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian mahasiswa masih belum merasakan pentingnya manfaat MPKT dalam mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menghasilkan solusi yang logis dan etis terutama untuk menghadapi permasalahan di bidang akademis maupun sehari-hari atau dengan kata lain, kompetensi ini belum berhasil tercapai.
Melalui mata kuliah MPKT, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan penalaran kritis yang penting dalam menghadapi permasalahan kebangsaan dan kenegaraan yang dinamis. Berdasarkan data survei, sekitar 30,7% mahasiswa setuju dan 29,5% netral. Sedangkan, 25,8% tidak setuju terhadap manfaat pada poin ini. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar menganggap bahwa MPKT berperan penting dalam membantu mahasiswa membangun penalaran kritis terhadap masalah kebangsaan dan kenegaraan. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil survei, poin kompetensi ini telah berhasil tercapai.
Pada poin keempat, pembelajaran MPKT menargetkan mahasiswanya untuk bisa berkarya dengan mencerminkan sila-sila pancasila dalam karyanya. Namun, untuk poin ini, mayoritas responden, sebanyak 99 orang atau 37,1% responden menjawab netral. Meskipun begitu, sebanyak 28,8% responden merasa setuju bahwa poin keempat ini tercapai, dan 8,2% sangat setuju. Disisi lain, 17,6% responden merasa tidak setuju dan 8,2% sangat tidak setuju. Mayoritas mahasiswa yang merasa ragu akan ketercapaian kompetensi ini menjadikan tidak dapat dipastikan tercapai atau tidaknya kompetensi ini.
Poin kompetensi berikutnya adalah kemampuan menganalisis fenomena alam dan permasalahannya. Hasil survei kembali menunjukan mayoritas mahasiswa atau sebesar 36,3% dari total responden menjawab netral. Disusul dengan 24,7% merasa tidak setuju, 22,8% setuju, 8,2% sangat tidak setuju, dan 7,9% sangat setuju. Maka dari hasil survei yang telah dilakukan, tidak dapat dipastikan secara jelas apakah poin kompetensi ini benar-benar tercapai atau tidak karena mayoritas mahasiswa merasa ragu (netral) akan tercapai atau tidaknya poin kompetensi ini.
Target kompetensi keenam adalah kemampuan menganalisis peran diri sendiri dalam menjaga alam baik secara individu maupun kelompok. Sebanyak 103 responden atau 38,6% responden merasa setuju bahwa kompetensi ini benar-benar didapatkan melalui pembelajaran mata kuliah MPKT, disusul dengan 10,5% responden merasa sangat setuju. Meskipun begitu, terdapat 26,2% responden yang menjawab netral, 17,2% tidak setuju, dan 7,5% sangat tidak setuju. Melihat mayoritas responden merespon positif atas pencapaian kompetensi ini, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil survei, mata kuliah MPKT berhasil menambahkan kompetensi ini pada mayoritas mahasiswa.
Mayoritas mahasiswa atau sebesar 40,5% responden memberikan respon positif bahwa melalui MOOCs pada pembelajaran MPKT mereka mampu menerapkan pengetahuannya untuk merancang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Dari 40,5% responden yang merespon positif, 30% setuju dan 10,5% sangat setuju. Di sisi lain, 31,8% menjawab netral, 18,7% tidak setuju, dan 9% sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil survei yang menunjukkan sebagian besar responden memberikan respon positif, maka dapat disimpulkan bahwa poin kompetensi ketujuh ini tercapai.
Poin kompetensi terakhir yang ingin dicapai mata kuliah MPKT adalah membantu mengasah kemampuan merancang PKM yang baik dengan dasar logika dan etika. Sebanyak 103 responden (42,3%) memberikan respon positif, terdiri dari 83 orang setuju dan 30 orang sangat setuju. Sedangkan 87 mahasiswa menjawab netral, 48 mahasiswa menjawab tidak setuju, dan 19 mahasiswa menjawab sangat tidak setuju. Melihat mayoritas responden memberikan respon positif, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan survei yang telah dilakukan, sebagian besar mahasiswa merasa kompetensi kedelapan dari mata kuliah MPKT ini terpenuhi.
Kesimpulan
Berdasarkan data dari responden mahasiswa/i Universitas Indonesia yang diperoleh, terdapat beberapa poin yang menjadi poin kritik mengenai MPKT, antara lain: MPKT memiliki bobot SKS yang terlalu besar dengan materi yang sangat dasar sehingga dirasa tidak sesuai dengan materi yang diberikan. Selain itu, terdapat juga keluhan mahasiswa yaitu anggota kelompok yang kurang aktif dalam berkontribusi dalam pengerjaan tugas. Meskipun banyak kritikan mengenai bobot SKS dan tugas yang memberatkan, mayoritas mahasiswa cenderung netral bahkan beberapa mahasiswa merasa puas dengan kinerja kelompoknya. Hal ini menunjukkan kolaborasi antar mahasiswa dianggap sudah efektif.
Selain itu, terdapat perbedaan pendapat di antara mahasiswa mengenai relevansi MPKT dalam pengembangan karakter dan kemampuan kerja sama tim. Beberapa mahasiswa melihat manfaat yang signifikan dalam pengembangan aspek tersebut, sementara yang lain meragukan pencapaian kompetensi MPKT terkait analisis masalah kehidupan dan solusi yang logis dan etis. Hal ini tergambar dari hasil survey yang menunjukan bahwa hanya 4 dari 8 target kompetensi mata kuliah MPKT yang telah berhasil dicapai.
Terdapat beberapa poin penting yang dapat menjadi perhatian untuk Universitas Indonesia terhadap MPKT. Pertama, diperlukan evaluasi mengenai bobot SKS pada MPKT agar sesuai dengan tingkat kesulitan dan kedalaman materi. Kedua, dosen pengajar atau fasilitator MPKT juga perlu memperhatikan tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi dan memastikan agar materi yang diajarkan tidak terlalu dasar. Sedangkan, saran untuk para mahasiswa adalah diperlukannya juga penguatan mekanisme pembagian tugas dalam kelompok MPKT guna meminimalisasi kesulitan mengerjakan tugas akibat anggota kelompok yang kurang aktif.
Dengan saran dan kritik di atas, diharapkan bobot SKS MPKT dapat disesuaikan dengan dengan tingkat kesulitan dan kedalaman materi. Seperti yang diketahui pula, materi-materi yang diajarkan dalam MPKT memiliki relevansi yang kuat dengan pengembangan karakter dan kerja sama tim. Dalam hal ini, diharapkan adanya inovasi dalam metode pembelajaran MPKT yang membuat materi pembelajaran menjadi menarik dan efektif.
Penting bagi Universitas Indonesia untuk menerima dan merespons kritik-kritik yang ada sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa dalam mata kuliah MPKT. Dengan adanya Cerita Data yang menjadi media evaluasi yang berkelanjutan dan dialog yang terbuka antara mahasiswa dengan pihak universitas, diharapkan akan membantu meningkatkan kualitas mata kuliah ini agar lebih sesuai dengan kebutuhan mahasiswa demi mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Discussion about this post