Pernahkah kamu mendengar atau melihat kasus kematian kucing di lingkungan Universitas Indonesia?
Akhir-akhir ini, fenomena kematian kucing-kucing di UI menjadi hal yang ramai diperbincangkan. Fenomena ini beberapa kali dilaporkan oleh sivitas UI kepada komunitas UI Peduli Hewan. Sesuai dengan namanya, UI Peduli Hewan merupakan komunitas yang peduli akan keberlangsungan hidup hewan-hewan di UI, terutama kucing dan anjing liar.
Berangkat dari ramainya fenomena tersebut, Badan Otonom Economica berkesempatan mewawancarai Renny Marina (Renny) selaku salah satu pendiri komunitas UI Peduli Hewan pada Sabtu (13/5). Yuk, simak penuturan Renny mengenai fenomena ini!
Kembali Ramainya Lingkungan UI Menjadi Salah Satu Alasan Maraknya Kasus Kematian Kucing di UI
Laporan mengenai kasus kematian kucing-kucing ini mulai marak terjadi sejak dimulainya kembali perkuliahan offline pasca-pandemi COVID-19. Menurut Renny, masa perkuliahan daring selama dua tahun membuat para kucing di UI terbiasa dengan lingkungan yang sepi tanpa kendaraan yang melintas. “Tiba-tiba sudah mulai ramai lagi, mereka yang biasanya rebahan di pinggir jalan ya masih belum terbiasa,” ujar Renny.
Renny menyebutkan setidaknya ada sepuluh laporan kasus kematian kucing yang sudah ia dapatkan. “Yang enggak ketahuan (kasusnya) lebih banyak lagi mungkin. Karena kalau saya lagi keliling, ada laporan dari petugas kebersihan kalau kucing mati dan ketabrak itu sudah banyak,” tambahnya.
Terungkap bahwa penyebab maraknya kematian kucing-kucing ini disebabkan oleh pengendara mobil dan motor yang berkendara di lingkungan UI dengan kecepatan melebihi batasan yang seharusnya serta kurang awasnya pengendara akan lingkungan sekitar. Selain itu, Renny juga menyebutkan bahwa suhu Kota Depok yang akhir-akhir ini cukup tinggi membuat kucing-kucing tersebut suka berteduh di kolong mobil dan para pengendara mobil seringkali tidak mengecek keberadaan kucing di sana, sehingga kucing-kucing yang berteduh di kolong mobil pun rentan terlindas.
UI Peduli Hewan Sigap Menanggapi Laporan Kematian Kucing di Lingkungan UI
UI Peduli Hewan sering menerima laporan kematian kucing di sekitar jalan luar Fakultas Hukum (FH) dan di i-CELL Fakultas Teknik (FT). Renny mengatakan, “Saya sering lihat di luar i-CELL, ada tiga hingga empat kali (kucing) yang tertabrak di situ.”. Menurutnya, hal ini mayoritas disebabkan oleh banyaknya kucing yang hendak menyeberang jalan, sedangkan jalan di depan FH dan i-CELL FT merupakan jalan yang ramai dilalui kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Laporan-laporan tersebut seringkali diterima oleh UI Peduli Hewan melalui direct message di Instagram @uipedulihewan. “Laporan kebanyakan dari security, anggota PLK UI, dan juga mahasiswa,” tambah Renny. Tak hanya itu, laporan kematian kucing yang berada di daerah fakultas seringkali dilaporkan melalui Instagram komunitas pencinta hewan fakultas masing-masing, contohnya adalah akun Instagram @kucingfhui. Biasanya, informasi tersebut akan diteruskan kembali ke UI Peduli Hewan.
Dalam menindaklanjuti laporan-laporan tersebut, UI Peduli Hewan berusaha sebisa mungkin untuk langsung membawa kucing yang masih bisa diselamatkan ke klinik hewan untuk segera mendapatkan pertolongan. “Kalau (kucingnya) sudah mati, kita biasanya minta tolong satpam, petugas kebersihan, atau pelapor untuk dikuburkan dengan layak,” ujar Renny mengenai kucing yang sudah tidak dapat ditolong.
Tidak Adanya Tanggung Jawab dari Pelaku Penabrakan Kucing UI
Renny berujar bahwa para pelaku penabrakan kucing UI sampai saat ini tidak ada yang pernah teridentifikasi ataupun bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut. Mereka langsung pergi tanpa memeriksa, menolong, maupun membantu menguburkan kucing-kucing tersebut.
Menanggapi kecelakaan tabrak lari yang seringkali dialami kucing-kucing ini, Renny merespons dengan, “Saya sangat menyayangkan kondisi ini karena UIPH sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengurus kucing-kucing di UI, memberi mereka makan, merawat, dan mengobati kalau sakit, tetapi tiba-tiba sudah (menemukan) kucing-kucing tersebut meninggal tertabrak.”
Menumbuhkan Kesadaran Sosial dalam Berkendara di Kampus UI
Melihat kejadian ini, Renny berharap agar ke depannya kasus seperti ini tidak lagi terulang. Ia sekaligus berpesan agar para mahasiswa dan pengendara di UI lebih berhati-hati lagi ketika berkendara dan mematuhi batas kecepatan maksimal yang sudah ditetapkan oleh Universitas Indonesia, yakni 40 km/jam. “Sebelum berkendara, mohon cek dulu kolong dan kap mobil, siapa tahu ada makhluk yang berlindung di situ karena kucing suka mencari tempat hangat di antara kap atau ban mobil,” imbau Renny. Ia juga menambahkan, “Kita manusia yang punya akal dan pikiran, mohon kesediaannya untuk melakukan hal tersebut sebelum berkendara karena menasihati kucing untuk berhati-hati itu sangat mustahil.”
Editor: Anindya Vania, Tara Saraswati, dan Titania Nikita
Discussion about this post