Sejak kemarin, Senin (5/12), Ikatan Mahasiswa (IKM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, sudah bisa memberikan hak suara mereka kepada para calon ketua, baik di tingkat fakultas maupun jurusan. Pemilihan pada tahun ini membutuhkan kehadiran langsung ke tempat pemilihan suara yang bertempat di Selasar FEB UI. Hingga Kamis (8/11), IKM FEB UI masih dapat berkontribusi menentukan hak pilihnya, selama waktu yang ditentukan oleh Panitia Pemira FEB UI, yaitu pukul 10.00 WIB hingga 17.00 WIB.
Agam Anggaraksa, selaku Project Officer Pemira di tahun ini, mengatakan bahwa sistem pemilihan masih online, hanya saja tidak dilakukan langsung lewat device masing-masing mahasiswa. “Buat milih, orang-orang harus datang ke sini (Selasar FEB UI),” ucapnya.
Hal ini dilakukan agar pemilihan lebih efektif dan menyesuaikan dana yang tersedia. Pemilihan tradisional membutuhkan kertas dan bilik suara yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. “Kita estimasi kira-kira hampir dua juta cuma buat kertas-kertasnya,” kata Agam. Lebih dari itu, Agam menjelaskan bahwa sistem kertas juga memakan waktu karena perhitungan dilakukan secara manual per kertas yang tercoblos.
Adapun terkait pemilih yang diharuskan datang ke tempat, Agam berterus terang, hal itu dilakukan untuk menghindari masalah pada server. Pada tahun ini, pemungutan suara IKM FEB tidak bisa digabung dengan Pemira IKM UI karena timeline keduanya yang cukup berbeda. “Mereka (Pemira IKM UI) masih jalan pas Ujian Akhir Semester,” terang Agam.
Upaya Pemira FEB UI agar Banyak IKM FEB UI yang Menggunakan Hak Suaranya
Berdasarkan keterangan dari Agam, jumlah daftar pemilih tetap ada sekitar 3000-an mahasiswa. “Kalau melihat tren, 1000 voters masih optimis dicapai,” ucapnya. Tidak ada target khusus atau batas minimum yang harus dicapai dari segi jumlah pemilihan. Hal ini seperti apa yang telah disampaikan oleh Agam, di mana tidak ada peraturan khusus pada UU Pemira yang menentukan syarat minimum suara dapat dikatakan sah.
Walaupun tidak ada jumlah target tertentu, Pemira FEB UI juga melakukan berbagai upaya agar banyak IKM FEB UI memberikan hak suaranya. “Kita punya akses kepada ketua-ketua angkatan. Gue akan meminta floor informasi Pemira untuk menjangkau seluruh IKM FEB UI,” jelas Agam.
Tidak hanya itu, pada tahun ini, Pemira FEB UI juga memberikan berbagai doorprize. Agam menjelaskan, “Kalau misalkan orang sudah memilih, nanti di Grand Closing, mereka akan diundi secara acak (untuk mendapatkan doorprize).” Upaya-upaya tersebut dilakukan guna meningkatkan awareness IKM FEB UI untuk turut serta dalam melakukan voting.
Pemira FEB UI Menjamin Pemilihan Suara Berlandaskan asas LUBER JURDIL
Untuk mendukung asas LUBER dan JURDIL, pihak panitia Pemira FEB UI memiliki tim pengawas yang bertugas di TPS untuk memastikan jalannya voting sesuai asas pemilu, yaitu Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia. Terkait masalah transparansi, Agam menjelaskan bahwa pihaknya pun diawasi oleh Badan Pengawas. “Kasarnya yang mengawasi kita juga ada,” sambungnya.
Agam menyampaikan bahwa Badan Pengawas berasal dari mahasiswa, yang terdiri dari sembilan orang perwakilan mahasiswa dari setiap jurusan dan setiap angkatan, kecuali angkatan 2019, BEM serta BPM FEB UI. Badan Pengawas akan bertugas memastikan suara yang masuk ke dalam server sesuai dengan jumlah tanda tangan mahasiswa setelah melakukan voting.
“Kita pun dari panitia Pemira gak bisa asal masukin suara,” ucap Agam. Jika jumlah suara di server lebih besar dengan jumlah tanda tangan, nama yang tidak tanda tangan akan dianulir suaranya. Dengan kata lain, suara akan dihitung sebagai suara yang sah setelah mereka melakukan tanda tangan sesudah melakukan voting.
Panitia Pemira juga berkewajiban untuk netral, tidak memperlihatkan keberpihakan pada calon manapun. “Jika emang gue terbukti gak netral, gue rela buat diturunkan dari jabatan PO, sama dengan panitia Pemira yang lain,” kata Agam. Selain itu, jika terdapat calon yang melakukan kecurangan, maka Pemira akan mencabut haknya untuk dipilih.
Di akhir, Agam berpesan, kontribusi IKM FEB UI dengan memilih dapat dimaknai sebagai keikutsertaan IKM FEB UI untuk kebaikan dan kemajuan FEB UI. “Organisasi, entah itu BEM atau yang lain-lain, bukan sekadar untuk internal saja. Program kerja mereka kan buat seluruh mahasiswa juga,” tutup Agam dalam wawancara bersama Economica.
Editor: Anindya Vania, Tara Saraswati, Muhammad Ramadhani. Gabriel Fiorentino Setiadin
Discussion about this post