Economica
  • Hard News
    • Soft News
  • Sastra
  • Majalah Economica
  • Mild Report
    • In-Depth
  • Penelitian
    • Kilas Riset
    • Mini Economica
    • Cerita Data
    • Riset
  • Kajian
No Result
View All Result
Economica
  • Hard News
    • Soft News
  • Sastra
  • Majalah Economica
  • Mild Report
    • In-Depth
  • Penelitian
    • Kilas Riset
    • Mini Economica
    • Cerita Data
    • Riset
  • Kajian
No Result
View All Result
Economica
Home Hard News

Global Climate Strike: Bumi Butuh Aksi Bukan Sekadar Basa Basi

by Muhammad Rafly Fadhly Putra & Muhammad Zaky Nur Fajar
23 September 2022
in Hard News, Headline

Pada Jumat (23/9), ratusan masyarakat yang tergabung ke dalam puluhan kelompok dan komunitas menggelar “Global Climate Strike” sebagai bentuk keprihatinan mereka akan degradasi lingkungan yang terus memburuk dari waktu ke waktu. Kegiatan ini dinaungi oleh kanal kolektif “,Bumi Butuh Aksi,” yang merupakan wadah koordinasi dan kerjasama masyarakat dalam menyuarakan pesan krisis iklim melalui beragam ekspresi.

“Aksi ini merupakan aksi tahunan yang dilakukan sejak tahun 2019. Namun karena pandemi, kita libur dulu dua tahun dan baru melaksanakannya lagi tahun ini,” jelas Hadi selaku perwakilan dari koordinator Bumi Butuh Aksi.

Dengan slogan #PukulMundurKrisisIklim, gerakan yang dilakukan berbagai komunitas masyarakat di Indonesia ini sejatinya merupakan bagian kecil dari gerakan Global Climate Strike yang diinisiasi oleh anak-anak muda di seluruh dunia.

“Gerakan global ini diawali oleh Greta Thurnberg yang melakukan demonstrasi di parlemen Swedia. Diawali oleh gerakan kecil yang dilakukan anak sekolah, akhirnya kegiatan tersebut dilihat oleh media dan menjadi terkenal sehingga menggerakkan miliaran orang di seluruh dunia,” terang Hadi.

Gerakan lingkungan terus disuarakan, khususnya oleh generasi muda mengingat ancaman dari krisis iklim memanglah nyata dan mengancam eksistensi bumi di masa mendatang. “Banyak daerah-daerah yang kenaikan permukaan air lautnya sudah sampai ke rumah mereka,” ucap Hadi mencontohkan salah satu bukti terjadinya krisis iklim yang mendasari aksi mereka. 

Longmars dari Monas hingga ke Dukuh Atas

Aksi longmars dimulai dari Ikatan Restoran dan Taman Indonesia (IRTI) Monas menuju Taman Skateboard Dukuh Atas sekitar pukul 13.00 WIB. Sebagai titik lalu lalang dan beraktivitas, pemilihan rute tersebut diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat serta membangun kesadaran mereka bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja. 

Lebih lanjut, Hadi menjelaskan alasan selain untuk menarik perhatian masyarakat, Dukuh Atas juga merupakan ruang terbuka milik publik.

Dipenuhi oleh masyarakat yang membawa berbagai poster dan sign, berbagai tuntutan dilayangkan sepanjang longmarch. Masyarakat nelayan dari Batang, Jawa Tengah, misalnya, yang menyuarakan tuntutan mereka terkait pembangunan PLTU Batang yang mengancam ekosistem laut di sana. Selain itu, berbagai kelompok, seperti transpuan hingga anak SMA, bahkan ibu dan anak juga hadir mengikuti longmarch dan menyuarakan tuntutan masing-masing yang masih terkait dengan kerusakan alam. 

Aksi ini dipenuhi oleh sekitar 900 masyarakat yang hadir dari berbagai kalangan. “Kurang lebih terdapat 80 kelompok yang berpartisipasi dalam acara ini. Kelompok tersebut terdiri dari berbagai kalangan, seperti kampus, daerah, komunitas, difabel, lgbt, dan lain-lain,” ungkap Hadi.

Poster “BUKAN IKAN KINI, JARINGKU PENUH BATUBARA,” “TRANSPUAN TENGGELAM DULUAN DI KRISIS IKLIM,” serta “KRISIS IKLIM ITU KRISIS PANGAN ARTINYA KRISIS DAPUR” menjadi bukti dari keberagaman isu yang diangkat pada aksi kali ini, yang semuanya masih berfokus pada isu lingkungan. Selain poster dan sign, berbagai kelompok juga menyuarakan tuntutannya melalui kostum, seperti cosplay dan semacamnya yang menarik perhatian. 

Menurut pernyataan Gita, salah satu peserta aksi, kegiatan Bumi Butuh Aksi ini merupakan ajang silaturahmi tahunan berbagai kalangan masyarakat untuk saling berbagi dan menyuarakan isi hati mereka mengenai masalah lingkungan. Setiap kalangan masyarakat memiliki fokus masalahnya masing-masing karena krisis iklim ini merupakan masalah yang terlalu luas. Dari sini, terbukti bahwa masalah lingkungan hakikatnya merupakan masalah bersama dan berakibat buruk kepada setiap lapisan masyarakat.

Kekecewaan terhadap Pemerintah

Sesampainya di Dukuh Atas, perwakilan dari berbagai organisasi, komunitas, dan masyarakat mulai melakukan orasi dan menyampaikan kekhawatiran mereka akan krisis iklim yang ada di depan mata, bahkan sudah mulai terjadi. Berbagai keluh kesah serta kekecewaan juga ditujukan kepada pemerintah atas sikap abai serta janji palsu yang sering mereka lontarkan atas berbagai program pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan. 

Ketika ditanya alasan tuntutan aksi tidak diarahkan ke gedung pemerintahan, seperti Gedung DPR, Hadi menjawab pihaknya sudah sering menjadikan titik aksi di tempat tersebut, namun tidak pernah disambut baik oleh pemerintah. 

Selain orasi dan longmarch, aksi ini juga diselingi dengan berbagai kegiatan kreatif, seperti karaoke, skate jam, dan cosplay walk yang tetap menonjolkan esensi dari gerakan lingkungan ini. Kegiatan ini juga kedatangan beberapa bintang tamu, seperti Amigdala dan OM PLR untuk menghibur dan memeriahkan Global Climate Strike 2022. 

Pemerintah dituntut untuk Bertindak

Aksi diharapkan mampu memberikan kesadaran kepada masyarakat, baik anak muda maupun masyarakat umum lainnya. Namun, menurut Hadi, aksi tahunan ini lebih menuntut dan mendorong kesadaran pemerintah dalam mengakomodasi permasalahan lingkungan mengingat pemerintahlah yang memiliki andil yang signifikan dalam menanggulangi permasalahan iklim, khususnya yang terjadi di Indonesia.

“Kita pengen ngasih pernyataan ke pemerintah bahwa mengatasi krisis iklim adalah tindakan yang dikehendaki rakyat. Kita ingin didengar, bukan hanya sekadar kotak suara saja,” tegas Hadi. 

Beriringan dengan tahun politik, tuntutan ini bisa jadi saat yang sangat tepat. “Dan pasti mereka (politisi) membutuhkan suara kita. Kalau mereka abai, maka kita akan mengabaikan mereka pula,” tutup Hadi.

 

Juru Gambar: Madina Fiscarine, Muhammad Zaky Nur Fajar, dan Rafly Fadhly

Editor: Anindya Vania, Tara Saraswati, Muhammad Ramadhani

Tweet139

Discussion about this post

POPULER

  • Pancasila di antara Sosialisme dan Kapitalisme

    6412 shares
    Share 2565 Tweet 1603
  • Program dan Kebijakan Kesehatan Mental, Tanggung Jawab Siapa?

    6319 shares
    Share 2528 Tweet 1580
  • Over-socialization: Is Social Media Killing Your Individuality?

    3938 shares
    Share 1575 Tweet 985
  • Pendidikan Seks di Indonesia: Tabu atau Bermanfaat?

    3722 shares
    Share 1489 Tweet 931
  • Indikasi Kecurangan Tim Futsal Putri FT UI dalam Olim UI 2019

    3238 shares
    Share 1295 Tweet 810
  • Tentang
  • Kontak
  • Kebijakan Privasi
  • id Indonesian
    ar Arabiczh-CN Chinese (Simplified)nl Dutchen Englishfr Frenchde Germanid Indonesianit Italianpt Portugueseru Russianes Spanish

© 2019 Badan Otonom Economica

No Result
View All Result
  • Hard News
    • Soft News
  • Sastra
  • Majalah Economica
  • Mild Report
    • In-Depth
  • Penelitian
    • Kilas Riset
    • Mini Economica
    • Cerita Data
    • Riset
  • Kajian
Situs ini menggunakan cookie. Dengan menggunakan situs ini Anda memberikan izin atas cookie yang digunakan.

Selengkapnya Saya Setuju
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT
id Indonesian
ar Arabiczh-CN Chinese (Simplified)nl Dutchen Englishfr Frenchde Germanid Indonesianit Italianpt Portugueseru Russianes Spanish