Economica
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
No Result
View All Result
Economica
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
No Result
View All Result
Economica
Home Resensi

Ranking of Kings: Keindahan yang Nonkonformis

Resensi Anime Ranking of Kings Adaptasi Manga Karya Sousoke Touka

by Raka Yuda Priyangga
5 September 2022
in Resensi, Sastra

Ranking of Kings atau Ousama Ranking merupakan anime yang rilis pada musim gugur tahun 2021 oleh Wit Studio. Anime ini merupakan adaptasi dari manga dengan judul yang sama karangan Sousoke Touka.1https://prtimes.jp/main/html/rd/p/000000852.000018760.html Manga yang dirilis pada tahun 2017 ini juga pernah menempati urutan ke-6 dalam Tsutaya Comic Awards 2019 serta masuk dalam nominasi Anime of The Year dalam 6th Crunchyroll Anime Awards.

Ranking of Kings bercerita mengenai seorang anak yang memiliki impian besar menjadi raja nomor satu di dunia meski dengan kelemahan fisik dan ketidakmampuannya dalam mendengar dan berbicara. Secara garis besar, perjalanan sang tokoh utama kita–Bojji–dalam mencapai impian tersebut. Penonton akan diajak masuk ke zaman di mana seseorang akan diukur dari kekuatannya untuk memimpin suatu negara serta dasar untuk menjadi orang nomor satu di dunia.

Bojji sendiri merupakan anak pertama dari Raja Bosse, seorang raksasa yang memimpin suatu negeri. Akan tetapi, Bojji memiliki badan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan ayah maupun orang-orang di sekitarnya. Ia digambarkan sebagai orang yang lemah, bodoh, dan tidak memiliki harapan. Kemudian Bojji berteman dengan Kage, seseorang dari suku bayangan yang awalnya memanfaatkan dirinya. Lambat laun, setelah melihat berbagai hal tentangnya, Kage ikut mendukung Bojji dalam mencapai impiannya.

Hal paling menarik dalam anime ini adalah karakter-karakternya. Karakter di anime ini digambarkan dengan manusiawi. Di sini, tidak ada karakter yang sungguh baik atau karakter yang benar-benar jahat, sama seperti manusia pada umumnya. Kita akan dibawa menyelami banyak keabu-abuan. Karakter yang awalnya mendukung Bojji dan penonton mengiranya orang baik ternyata bisa saja seorang pengkhianat begitu juga sebaliknya. Akan tetapi, para karakter yang berkhianat ini juga tidak selamanya jahat. Di mana, pada akhirnya, mereka akan mempertanyakan apakah tindakan mereka tepat atau tidak. Dengan kata lain, anime ini ingin mengajak kita memahami bahwa manusia bisa berubah juga tidak bisa ditebak. Dengan berbagai penggambaran karakter yang diceritakan, kita diajak memahami bahwa dunia ini tidak selamanya hitam dan putih.

Anime ini juga mengajak kita memahami berbagai motivasi dari setiap tindakan karakter di dalam cerita. Dengan begitu, kita tidak akan benar-benar dibingungkan oleh tindakan setiap karakter. Karakter-karakter di sini membuat kita bertanya-tanya mengenai moralitas yang selama ini kita yakini. Kita diajak mempertanyakan hal-hal seperti pembunuhan massal demi kesejahteraan rakyat, pengorbanan anak sendiri, cinta, dan pencapaian hidup. Mungkin, rasa yang sama akan muncul seperti saat kita menonton anime Attack on Titan di musim ke-4.

Melalui karakter Bojji, penonton diajak untuk memahami bahwa setiap orang memiliki kekuatannya sendiri. Salah satu kunci untuk memiliki kekuatan adalah dengan memahami diri sendiri. Hal yang sama seperti yang disampaikan oleh Socrates dalam ajarannya. Bojji mencoba menggambarkan bahwa kebahagiaan dan kekuatan tidak bisa hanya melalui konformitas. Akan tetapi, kepercayaan diri, teman, dan mentor juga menjadi hal penting dalam pengembangan diri.

Selain karakternya, anime ini juga memiliki visual yang unik. Dengan art style anime tahun 90-an, Ranking of Kings telah melawan pakem pada masa penayangannya. Melalui visualnya ini, Ranking of Kings berusaha mengatakan bahwa visual dengan art style apapun jika dikerjakan dengan serius akan menghasilkan karya yang unik dan luar biasa. Rasa yang akan kita dapatkan saat menonton anime ini adalah seperti menonton anime-anime dari Studio Ghibli di mana visual yang dihadirkan akan memanjakan mata penonton. Hal ini juga menunjukan kejeniusan para animator di Wit Studio yang bisa membuat anime dengan visual yang sangat berbeda dari sebelumnya. Berbanding terbalik dengan anime Vivy: Fluorite Eye’s Song, Wit Studio membuat anime dengan visual yang realistis.

Meskipun begitu, visual dari anime ini juga menjadi penjebak bagi siapapun yang tertarik melihatnya. Cerita dalam anime ini dibawakan dengan cukup kelam. Banyak adegan peperangan, pembunuhan, yang juga menjijikan. Walaupun begitu, hal-hal seperti itu tidak menjadi pengganggu dalam anime ini. Justru, dengan tidak ragu memberikan visual seperti itu, kita semakin bisa merasakan bagaimana situasi dan kondisi di dalam ceritanya.

Dari segi musik, anime ini memiliki lagu pembuka, musik pengisi, dan lagu penutup yang tidak perlu diragukan lagi keindahannya. Berbagai aspek musik yang ada bisa membantu penonton meresapi emosi para karakternya serta menggambarkan cerita yang ada. Penempatan musik pengisi juga pas sesuai dengan adegan-adegan yang ada.

Walaupun memiliki berbagai keindahan, Ranking of Kings memiliki beberapa kekurangan. Kekelabuan karakter yang diberikan akan memusingkan penonton yang belum terbiasa dengan hal seperti ini. Selain itu, sering kali cerita tidak dibawakan secara linear dan kita harus memikirkan sendiri bagaimana urutan kejadiannya. Hal ini biasanya terjadi ketika membahas masa lalu karakter. Juga, misteri yang dihadirkan dibahas perlahan sehingga perlu kesabaran untuk mengetahui jawaban dari misteri yang dihadirkan dalam cerita. Pada akhir cerita, penulis merasakan ketidaktuntasan dalam membahas salah satu karakter penting di anime ini.

Dengan demikian, Ranking of Kings menjadi salah satu anime yang layak untuk dinikmati. Karakter, visual, dan musik yang dihadirkan memiliki ketertarikan dan keunikannya sendiri. Aspek-aspek tersebut yang membuat anime ini menjadi indah walaupun tidak semua orang bisa menikmatinya karena keabu-abuan karakter dan kekelaman cerita yang disajikan.

 

Editor: Jeni Rima Puspita

Ilustrasi oleh Fadhli Rahman Jamal

Referensi[+]

Referensi
↵1 https://prtimes.jp/main/html/rd/p/000000852.000018760.html
Tweet131

Discussion about this post

POPULER

  • Pancasila di antara Sosialisme dan Kapitalisme

    6365 shares
    Share 2546 Tweet 1591
  • Program dan Kebijakan Kesehatan Mental, Tanggung Jawab Siapa?

    6202 shares
    Share 2481 Tweet 1551
  • Over-socialization: Is Social Media Killing Your Individuality?

    3800 shares
    Share 1520 Tweet 950
  • Pendidikan Seks di Indonesia: Tabu atau Bermanfaat?

    3575 shares
    Share 1430 Tweet 894
  • Indikasi Kecurangan Tim Futsal Putri FT UI dalam Olim UI 2019

    3233 shares
    Share 1293 Tweet 808
  • Tentang
  • Kontak
  • Kebijakan Privasi

© 2019 Badan Otonom Economica

No Result
View All Result
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
Situs ini menggunakan cookie. Dengan menggunakan situs ini Anda memberikan izin atas cookie yang digunakan.

Selengkapnya Saya Setuju
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT