Economica
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
No Result
View All Result
Economica
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
No Result
View All Result
Economica
Home Soft News

Fenomena Citayam Fashion Week: Usaha Rekonstruksi Ulang Stratifikasi Sosial

by Debra Rafaela, Annisa Zata Ismah
3 September 2022
in Soft News

Pada pertengahan Juli lalu, kawasan Taman Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat, menjadi lokasi berkumpul sejumlah anak muda yang berasal dari daerah pinggir penyangga Jakarta, seperti Depok, Bogor, Citayam, dan Bojong Gede. Tidak hanya berkumpul, mereka juga datang dengan gaya berpakaian nyentrik hingga melakukan kontes beradu outfit yang kemudian viral dengan sebutan Citayam Fashion Week (CFW). 

Pada Jumat (26/08), Badan Otonom Economica (BOE) berkesempatan mewawancarai Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto selaku Dekan sekaligus Guru besar Antropologi FISIP UI untuk menggali lebih jauh mengenai fenomena Citayam Fashion Week (CFW) melalui sudut pandang Antropologi .

Terdapat Koridor Penghubung AntarKelompok Masyarakat

Saat ini, fragmentasi di wilayah Jakarta semakin jelas. Masyarakat Jakarta dapat hidup secara berdampingan dengan berbagai etnis dan suku bangsa tanpa adanya suatu dominasi tertentu di dalamnya. 

“Kalo ngomong tentang pembangunan ekonomi dan sosial-politik di Jakarta, bisa dibilang gak ada masyarakat Jakarta yang terintegrasi. Batas-batas antara kelompok kelas atas, menengah, menengah biasa, sampai menengah bawah jadi gak jelas. Dulu, sempet batasnya nampak jelas, tapi sekarang ada koridor yang menghubungkan itu dan nampak gak begitu clear,” jelas Aji. Koridor penghubung tersebut diduga Aji berupa kemudahan mengakses informasi dari internet.

Lebih lanjut, Aji menjelaskan meski memiliki tradisi dan lifestyle sendiri, kelompok Citayam yang konotasinya adalah suburban dapat masuk dengan lifestyle Jakarta. “Hal ini karena anak-anak muda Citayam itu highly exposed dengan berbagai hal yang dinikmati oleh orang-orang Jakarta kelas menengah atas,” lanjut Aji.

Daya Tarik Sudirman bagi Masyarakat Luar Jakarta

Kemudahan akses transportasi menuju Sudirman atau Taman dukuh Atas memicu anak-anak muda di luar Jakarta untuk datang dan nongkrong di tempat itu. “Mungkin yang pertama karena ujung trek kereta yang paling nyaman ya ketimbang sampai ke Tanah Abang misalnya. Tapi kalo (nongkrong) di Dukuh langsung kepada center-nya jakarta, nyaman, ruang publiknya luas, bisa ke sana ke mari,” jelas Aji.

Sudirman dapat diakses melalui transportasi publik seperti KRL, MRT, hingga Transjakarta dengan harga yang relatif terjangkau. Lokasinya yang strategis, menarik, dan gratis juga  menjadi salah satu pemicu ramainya anak-anak muda di luar Jakarta yang berkunjung ke kawasan Taman Dukuh Atas.

Kebutuhan mereka untuk membuat konten demi memenuhi keinginan mereka untuk terkenal dapat menjelaskan mengapa mereka berdatangan ke kawasan Sudirman. Aji menjelaskan bahwa saat itu mereka tidak mengharapkan uang cash. Investasi mereka hanyalah berada di konten dan popularitas mereka. 

Style ‘Mereka’ Merupakan Antitesis untuk Kehidupan Kota

Aji berpendapat bahwa gaya berpakaian anak-anak muda yang datang ke kawasan Dukuh Atas merupakan antitesis untuk kehidupan kota. “Style, baju, pilihan warna, pilihan model mereka itu antitesis untuk dunia selebriti di media sosial yang selalu pamer harga-harga,” terang Aji.

Tidak seperti biasanya, di mana fashion seringkali dikaitkan dan didominasi oleh kalangan kelas menengah atas, sebagian besar dari anak muda daerah penyangga Jakarta ini mengenakan pakaian dan aksesori hasil thrifting. Harga outfit yang mereka kenakan hanya berkisar puluhan hingga ratusan ribu rupiah. Dandanan mereka pun sangat berbeda dan bertabrakan dengan konsep fashion pada umumnya.

Hal inilah yang dimaksud Aji dengan style mereka yang merupakan antitesis terhadap kehidupan kota. Aji juga berpendapat bahwa ini adalah perlawanan anak muda terhadap kemapanan struktur. “Kemudian, gaya ini diadopsi oleh orang-orang yang lebih established dalam konteks bisnis. Istilahnya apropriasi, diambil oleh mereka,” lanjut Aji.

Ruang Publik Perlu Dibuat Tanpa Mengharapkan Imbal Baliknya

Ruang publik yang dalam bahasa inggris adalah “public space” yang berarti tempat juga memiliki terjemahan lain yaitu “public sphere” yang diambil dari kata “atmosphere” yang menggambarkan suasana. Ruang publik ini diperlukan untuk bersosialisasi dan melakukan suatu hal secara bersama-sama.

Pemerintah di daerah perlu membuat ruang publik di wilayahnya masing-masing. Hal ini seharusnya dilakukan tanpa mengharapkan timbal balik seperti yang terjadi di kawasan Taman Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat. 

Hal ini ditegaskan oleh pernyataan yang disampaikan oleh Aji, “ruang terbukanya tetep harus dibuat, baik orangnya datang ataupun tidak, harus tetap ada, paling tidak kalau orangnya gak datang dan secara sosial tidak dimanfaatkan secara intensif, secara ekologis itu menjadi bagian dari ruang hijau, tempat kota ini bernafas.”

Redupnya Citayam Fashion Week

Fenomena CFW ini nyatanya mengalami penurunan yang cukup signifikan. Salah satu alasannya adalah perubahan informasi yang sangat cepat dan belum dapat dipastikan keakuratannya. “Pertama namanya tren, sekarang ini memang semakin cepat (turun) dikarenakan informasi kita demikian cepat berubahnya,” ucap Aji.

Alasan kedua adalah mudahnya akses untuk mendapatkan informasi. Internet dan media sosial  sudah menjadi sumber segala informasi yang di sisi lain juga memudahkan berubahnya fokus masyarakat dari suatu hal seperti fenomena ini ke hal lain. Aji menambahkan, “kecepatan perubahan diakselerasi oleh informasi yang semakin terbuka, siapa saja bisa akses.”

“Saya masih ingin menekankan bahwa ada kepentingan power yang kuat, mendisiplinkan orang-orang di sana ke mari. Itu masih kencang sekali,” ujar Aji. Power yang dimiliki oleh orang-orang penting di daerah Fenomena CFW ini merupakan salah satu alasan terbesar redupnya Citayam Fashion Week. Mereka yang merasa tidak diuntungkan membuat “kebijakan” serta “larangan” yang menguntungkan dirinya sendiri. Hal ini membuat lama kelamaan terjadi “pergusuran” secara paksa terhadap anak muda yang berasal dari daerah di luar Jakarta.

Editor: Tara Saraswati, Anindya Vania

Tweet136

Discussion about this post

POPULER

  • Pancasila di antara Sosialisme dan Kapitalisme

    6369 shares
    Share 2548 Tweet 1592
  • Program dan Kebijakan Kesehatan Mental, Tanggung Jawab Siapa?

    6220 shares
    Share 2488 Tweet 1555
  • Over-socialization: Is Social Media Killing Your Individuality?

    3826 shares
    Share 1530 Tweet 957
  • Pendidikan Seks di Indonesia: Tabu atau Bermanfaat?

    3596 shares
    Share 1438 Tweet 899
  • Indikasi Kecurangan Tim Futsal Putri FT UI dalam Olim UI 2019

    3233 shares
    Share 1293 Tweet 808
  • Tentang
  • Kontak
  • Kebijakan Privasi

© 2019 Badan Otonom Economica

No Result
View All Result
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
Situs ini menggunakan cookie. Dengan menggunakan situs ini Anda memberikan izin atas cookie yang digunakan.

Selengkapnya Saya Setuju
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT