Menurut KBBI, instan berarti langsung, atau dalam kasus instant rich ini kata instant dimaksudkan sebagai kekayaan yang datang secara mendadak (langsung) pada seseorang, sehingga membuatnya kaya (rich) secara tiba-tiba. Istilah instant rich di Indonesia berkaitan erat dengan istilah crazy rich yang digunakan sebagai sebutan untuk golongan orang-orang super kaya. Istilah ini mulai menjadi perbincangan hangat publik sejak tahun 2018 lalu setelah dirilisnya film yang diadaptasi dari novel dengan judul Crazy Rich Asians.
Sejak tahun 2018 itulah netizen banyak memberi label crazy rich kepada para artis atau influencer yang seringkali memamerkan kekayaannya di media sosial. Livy Renata dan Sisca Kohl adalah contoh influencer yang diberikan julukan crazy rich oleh netizen karena kehidupannya yang terlihat serba mewah. Kehidupan mewah yang dipertontonkan ke hadapan publik melalui media sosial ini menumbuhkan rasa menggebu-gebu untuk juga menjadi crazy rich pada sebagian orang.
Sayangnya, banyak masyarakat yang terpengaruh ingin mencapai kekayaan dengan cara instan. Oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab akhirnya memanfaatkan hal itu demi keuntungan pribadi mereka. Sebut saja Indra Kenz melalui platform berkedok tradingnya yang bernama Binomo. Personal branding Indra Kenz yang memperlihatkan kehidupannya seperti orang yang bergelimang harta berhasil meyakinkan orang-orang untuk ikut berinvestasi di platform investasi bodong tersebut. Alhasil, sebanyak 118 orang menjadi korban dengan total kerugian mencapai lebih dari Rp 72 miliar.
Mengetahui hal ini, Tim Cerita Data melakukan sebuah penelitian mengenai pandangan mahasiswa mengenai money and wealth, mulai dari seberapa berharganya uang bagi mereka, apakah mereka ingin atau tidak ingin untuk menjadi instant rich, hingga bagaimana konten para influencer super kaya memengaruhi mereka. Kami memilih mahasiswa sebagai sampel penelitian kami karena mereka termasuk bagian dari generasi muda yang sudah tergolong dewasa, sehingga sudah memiliki kehendak sendiri dalam menggunakan uang mereka. Kriteria mahasiswa dalam penelitian kami adalah yang sedang menempuh pendidikan strata satu atau diploma di Universitas Indonesia.
Profil RespondenTim Cerita Data melakukan survei kepada mahasiswa strata satu Universitas Indonesia dari 14 fakultas dan 1 program vokasi secara daring dengan menggunakan Google Form. Sampel yang kami ambil merupakan mahasiswa angkatan 2018-2022 dari program reguler, paralel, KKI, dan vokasi secara acak. Dipilihnya sampel dari berbagai angkatan dan fakultas ini bertujuan agar hasil penelitian kami bisa merepresentasikan pandangan mahasiswa Universitas Indonesia secara keseluruhan dengan pemikiran dan pandangan yang variatif.
Survei yang telah dilakukan berhasil mengumpulkan 130 responden dengan rincian sebagai berikut: 25 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), 15 mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB), 10 mahasiswa Fakultas Hukum (FH), 7 mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi), 9 mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom), 9 mahasiswa Fakultas Teknik (FT), 11 mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), 8 mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK), 4 mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), 6 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), 3 mahasiswa Fakultas Farmasi (FF), 7 mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK), 4 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), 1 mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan 11 mahasiswa Program Pendidikan Vokasi.
Berdasarkan angkatannya, responden kami terbagi menjadi sebagai berikut: 2 mahasiswa angkatan 2018, 13 mahasiswa angkatan 2019, 30 mahasiswa angkatan 2020, 77 mahasiswa angkatan 2021, dan 8 mahasiswa angkatan 2022. Untuk jenis kelamin responden kami mayoritas adalah perempuan yaitu sebanyak 99 responden, sedangkan laki laki 31 responden. Dengan sampel sebanyak 130 responden dengan fakultas, angkatan, dan gender yang bervariasi, berikut hasil dari survei yang telah kami laksanakan.
Hasil Survei
Pandangan tentang Sukses
Setiap orang mendefinisikan sukses secara berbeda. Dari survei yang dilakukan oleh tim Cerita Data, mayoritas responden menjawab bahwa seseorang dikatakan sukses jika bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Kemudian, sebesar 27% responden berpendapat bahwa sukses jika seseorang memiliki uang dalam jumlah banyak. Di samping itu, berbagai definisi kesuksesan turut dikemukakan oleh responden diantaranya yaitu dapat bekerja di tempat yang prestise, memiliki jabatan yang tinggi, dapat melakukan kegiatan yang disukai, dan sebagainya.
Melanjutkan salah satu definisi kesuksesan yaitu memiliki uang yang banyak, terdapat berbagai pendapat dari responden mengenai cara meraih kekayaan tersebut. Mayoritas responden menjawab bahwa relasi menjadi faktor yang paling penting untuk meraih kekayaan secara cepat, kemudian diikuti dengan faktor tingkat pendidikan, kelas sosial yang dimiliki sebelumnya, pengetahuan tentang literasi keuangan, dan sebagainya. Di samping itu, tim Cerita Data juga menanyakan jenis pekerjaan yang memungkinkan seseorang menjadi cepat kaya. Mayoritas responden menjawab bahwa menjadi software engineer dan influencer akan membuat mereka memperoleh pendapatan yang banyak dalam waktu cepat. Kemudian, diikuti oleh pendapat lainnya yaitu menjadi trader, pebisnis, dan dokter juga membuat seseorang menjadi cepat kaya.
Menelusuri Ketertarikan Mahasiswa UI Untuk Menjadi Seorang Instant Rich
Menjadi seorang “instant rich” atau kaya instan secara naluri terdengar seperti sesuatu yang diinginkan oleh setiap mahasiswa UI. Lantas, siapa yang tidak mau kaya secara instan? bukankah semua orang ingin kaya dengan instan?
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim Cerita Data, tidak semua mahasiswa UI tertarik untuk menjadi seorang instant rich. Menariknya hasil survei kami menunjukkan bahwa 50% responden tertarik untuk menjadi seorang instant rich, sisa 50% lainnya menunjukkan yang sebaliknya, yaitu mereka tidak tertarik untuk menjadi seorang instant rich. Selanjutnya, tim Cerita Data menanyakan apa alasan ketertarikan dan ketidaktertarikan mereka untuk menjadi seorang instant rich?
Hasil survei kami menunjukkan bahwa ketertarikan responden untuk menjadi seorang instant rich didasari oleh berbagai alasan. Mayoritas responden atau sebesar 47,7% ingin menjadi seorang instant rich karena mereka ingin kaya tanpa harus bersusah payah. Sebesar 12,3% responden mengatakan bahwa mereka tidak puas dengan kehidupan materi yang sekarang. Kemudian, sebesar 10,8% responden mengatakan bahwa mereka ingin hidup mewah. Di samping itu, terdapat berbagai alasan lain di antaranya FOMO (Fear of Missing Out), ingin berbagi dengan orang lain, agar bisa bermanfaat kepada orang lain, dan dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Sama halnya dengan ketertarikan, responden yang tidak tertarik juga memiliki berbagai alasan yang mendasari ketidaktertarikan mereka. Sebagian besar responden dengan persentase 61,5%, ingin menjadi kaya, tetapi secara perlahan (tidak mau instan). Sebesar 18,5% mengatakan mereka tidak mau menjadi instant rich karena takut terkena Sudden Wealth Syndrome (SWS). Kemudian, sebesar 12,3% mengatakan bahwa instant rich banyak dikaitkan dengan hal yang negatif. Di samping itu, responden juga memberikan berbagai alasan lain, diantaranya, tidak berkeinginan untuk menjadi orang kaya, tidak siap menjadi instant rich karena belum memiliki pengetahuan pengelolaan uang yang benar, anggapan bahwa sesuatu yang didapat secara instan biasanya kurang baik, serta keyakinan bahwa instant rich umumnya tidak bertahan lama dan tidak punya value yang tinggi.
Pandangan Mahasiswa UI Terhadap Berharganya Uang dan Kondisi Keuangan Mereka
Berdasarkan data yang kami peroleh, Ketika ditanyakan mengenai Pendapat mengenai Seberapa berharga uang menurut masing masing responden, mayoritas responden merasa uang Sangat berharga, dengan rincian 50,77% merasa Uang sangat berharga, 48,46% merasa uang berharga, dan 0,77% merasa uang tidak berharga.
Selanjutnya pandangan responden terhadap kondisi keuangan mereka, yang dinilai berdasarkan persepsi masing masing responden mengenai apakah kondisi keuangan mereka sekarang berkecukupan atau tidak berkecukupan, mayoritas responden merasa kondisi keuangan mereka sudah berkecukupan, dengan rincian 0,77% Responden merasa Sangat kekurangan, 13,85% merasa kekurangan, 74,61% merasa Berkecukupan, dan 10,77% Merasa sangat berkecukupan.
Dari data diatas ditambah dengan data mengenai ketertarikan responden untuk menjadi seorang instant rich, kami berusaha untuk mencari hubungan antara persepsi mengenai kondisi keuangan seseorang terhadap keinginan mereka untuk menjadi Instant rich. Dari data yang kami olah, didapatkan bahwa justru dari responden yang menilai kondisi keuangannya sangat mencukupi, 71,14% tertarik untuk menjadi seorang instant rich, sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 28,57% tidak tertarik untuk menjadi instant rich. Pada responden yang mengisi kondisi keuangannya mencukupi, 46,97% tertarik untuk menjadi instant rich, dan 53,03% tidak tertarik untuk menjadi instant rich. Sedangkan pada responden yang menilai kondisi keuangannya kurang mencukupi, sebanyak 52,63% tertarik untuk menjadi instant rich, dan 47,37% tidak tertarik untuk menjadi instant rich.
Pengaruh Kekayaan pada konsumerisme, Sikap serakah, Dan Gaya Hidup Menurut Mahasiswa UI
Kekayaan ternyata mampu membawa banyak pengaruh bagi kehidupan seseorang, baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Untuk itu, tim Cerita Data mencoba menelusuri apakah kekayaan berdampak juga pada sikap serakah, konsumerisme, dan gaya hidup seseorang menurut pandangan Mahasiswa UI.
Dari survei yang telah kami laksanakan, sebanyak 109 responden atau sebesar 83,8% responden menyetujui bahwa kekayaan membuat seseorang cenderung lebih konsumerisme. Terdiri dari 63 responden yang sangat setuju dan disusul dengan 46 responden setuju dengan hal tersebut. Di sisi lain, 19 responden tidak setuju dan 2 responden sangat tidak setuju dengan adanya korelasi antara kekayaan dengan konsumerisme.
Jika lebih dari 80% responden setuju bahwa kekayaan berdampak pada konsumerisme seseorang, lain halnya dengan dampaknya pada sikap serakah. Hanya 16,2% responden yang sangat setuju dan 43,1% responden yang setuju bahwa kekayaan akan membuat seseorang menjadi serakah. Sedangkan sebesar 31,5% responden tidak setuju dengan hal itu, ditambah lagi 9,2% responden bahkan sangat tidak setuju.
Hal ini sejalan dengan jawaban responden terkait pengaruh kekayaan pada gaya hidup, kami mengajukan pertanyaan “Menurut Anda, apakah kekayaan merubah gaya hidup seseorang?” Hasilnya sebanyak 82 responden menjawab kekayaan akan sangat mempengaruhi pada gaya hidup seseorang sedangkan 45 responden lainnya menjawab hal tersebut akan merubah sedikit. Adapun, hanya sebanyak dua responden menjawab kekayaan tidak akan berubah sama sekali gaya hidup seseorang.
Pengaruh Konten Influencer Super Kaya Menurut Perspektif Mahasiswa UI dan Pengalokasian Kekayaan Apabila Mereka Menjadi Instant Rich
Selanjutnya, kami mencoba menelusuri besarnya pengaruh konten yang dibuat oleh influencer super kaya serta pengaruhnya terhadap kehidupan mereka. Hasil survey kami menunjukkan bahwa 44,6% responden menyatakan bahwa mereka tidak terpengaruh oleh konten influencer super kaya, 26,2% responden merasa sangat tidak terpengaruh, 22,3% responden terpengaruh, dan 6,9% responden sangat terpengaruh oleh konten influencer super kaya. Sebanyak 59,2% responden merasa bahwa konten influencer super kaya berdampak positif, tetapi 40,8% responden sisanya merasa hal tersebut berdampak negatif.
Pengaruh konten influencer super kaya ini dapat bermacam-macam. Kami menemukan bahwa kebanyakan responden termotivasi oleh konten semacam itu. Motivasi yang timbul bisa berupa keinginan untuk mencapai kesuksesan seperti influencer tersebut, ingin lebih berusaha dan belajar lebih banyak, ingin lebih meningkatkan kualitas diri, ingin mengambil sisi positifnya saja, ingin mendirikan usaha, menjadi konsumeris, dan lain sebagainya. Namun, beberapa orang berpendapat bahwa konten influencer super kaya ini tidak berpengaruh ataupun hanya sedikit berpengaruh karena tidak semua yang ada di sosial media itu benar, sebagian juga tidak ingin mengikuti hidup yang berfoya-foya, dan beberapa orang menganggap konten mereka hanya sekadar hiburan karena gaya hidup influencer super kaya sulit untuk diikuti.
Kami juga menanyakan “Jika seandainya Anda menjadi seorang instant rich, akan dialokasikan untuk apa uang Anda?” Dari 130 responden, sebanyak 85,4% responden menjawab akan diinvestasikan ke instrumen investasi seperti saham, real estate, dan lain sebagainya. Sebanyak 76,9% responden menjawab akan disumbangkan kepada yang membutuhkan seperti anak yatim, korban bencana, homeless, dan lain sebagainya. Sebanyak 46,9% responden menyatakan akan membelanjakan uang mereka ke barang branded, wisata, kendaraan, dan lain-lain. Terakhir, sebanyak 62,3% responden menjawab bahwa mereka akan menabung uang mereka di bank.
Kesimpulan
Kehidupan generasi milenial yang tidak bisa lepas dari media sosial menghadirkan tren baru di masyarakat untuk berlomba-lomba memamerkan kekayaannya ke dunia maya. Meskipun konten-konten semacam ini ditentang oleh sebagian masyarakat yang ditandai dengan bermunculannya berbagai komentar negatif di media sosial, tetapi hasil survei kami menunjukan bahwa ternyata sebagian besar mahasiswa Universitas Indonesia justru beranggapan hal itu membawa dampak positif bagi mereka, mulai dari menumbuhkan motivasi untuk bekerja keras hingga terdorong untuk berwirausaha.
Bersamaan dengan hadirnya tren tersebut, istilah Crazy Rich pun ramai diperbincangkan masyarakat hingga munculah fenomena instant rich yang juga jadi perbincangan hangat khususnya setelah adanya kasus penipuan melalui platform investasi bodong. Hasil Survei kami juga menunjukan bahwa mayoritas mahasiswa Universitas Indonesia telah mengetahui akan adanya istilah instant rich phenomenon ini. Disamping dari huru-hara yang terjadi atas kasus Indra Kenz, masih tetap cukup banyak generasi muda khususnya mahasiswa yang tertarik untuk menjadi seorang instant rich. Uniknya, justru sebagian besar mahasiswa yang merasa kondisi keuangannya sudah sangat tercukupi tertarik untuk menjadi seorang instant rich. Mayoritas dari mereka yang tertarik untuk menjadi instant rich didasari oleh ketidakmauan mereka untuk bersusah payah dalam meraih kekayaan. Keinginan tersebut juga didukung dengan tingginya pemahaman mahasiswa akan betapa pentingnya uang bagi mereka. Meskipun begitu, sebagian besar dari mereka juga meyakini bahwa kekayaan mendorong lahirnya beberapa sifat negatif manusia seperti serakah dan konsumerisme.
Ilustrasi Oleh: Saffana Putri, Hazel Nainggolan, Jamie Paulus
Discussion about this post