Reinhold Niebuhr, seorang teolog, menjelaskan bahwa manusia bersifat fana dan sadar akan adanya kematian. Hal ini mengakibatkan adanya kecemasan yang mendalam terutama mengenai kematian mereka nanti1Alexander, Laura E. “What causes greed and how can we deal with it?” The Conversation, 3 April 2019, https://theconversation.com/what-causes-greed-and-how-can-we-deal-with-it-113616. Accessed 2 August 2022..
Manusia akan mencoba mempertahankan atau menambahkan barang yang dinilai prestise guna menjamin kehidupan mereka. Benda prestise seperti uang atau yang setara dengan uang menjadi acuan bagaimana kehidupan kita akan dinilai, misalnya kaya-miskin, cukup-kurang, layak-tidak layak, dan lain sebagainya.
Teori ekonomi mengungkapkan bahwa dengan kita memiliki uang yang cukup, kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan kita akan terpenuhi. Dengan demikian, kita akan hidup lebih sejahtera, terlihat dari standard of living, quality of life, dan life expectancy yang semakin baik. Untuk mencapai kehidupan yang dinilai sejahtera tersebut, manusia terkadang menempuh cara-cara yang tidak lazim, terlebih dalam mencari kekayaan secara instan.
Hal tersebut bukanlah sesuatu yang baru bagi kita. Mulai dari skema ponzi pada abad ke-20 yang menjanjikan keuntungan maksimal, bebas risiko, dan syarat yang mudah, kita cenderung akan sangat tertarik dengan skema seperti itu. Walaupun pada akhirnya skema ini banyak terbukti sebagai penipuan, kenyataanya masih banyak orang yang percaya dengan skema semacam ini. Cara lain yang tak kalah nir lazimnya adalah melalui jalan mistis.
Peristiwa Babi Ngepet di Depok2Berutu, Sachril Agustin. “Heboh Babi Ngepet di Depok Ditangkap Warga Bugil!” detikNews, 27 April 2021, https://news.detik.com/berita/d-5547944/heboh-babi-ngepet-di-depok-ditangkap-warga-bugil. Accessed 2 August 2022. hingga penggandaan uang Gus Akbar di Pasuruan3radarsurabaya.id. “Gandakan Uang Gaib, Gus Akbar Mengaku Dibantu Jin Lapindo.” Radar Surabaya, 18 October 2018, https://radarsurabaya.jawapos.com/surabaya/18/10/2018/gandakan-uang-gaib-gus-akbar-mengaku-dibantu-jin-lapindo/. Accessed 2 August 2022., membuktikan sebagian masyarakat Indonesia masih bertaruh nasib untuk mendapat kekayaan melalui kekuatan gaib. Walaupun pada akhirnya banyak dari skema ini terbukti sebagai penipuan, kenyataanya masih banyak orang yang percaya dengan skema semacam ini.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa beberapa orang percaya kepada kekuatan gaib? Mengapa beberapa orang masih cenderung untuk percaya kepada kekuatan gaib untuk memperoleh kekayaan secara instan?
Akar Perdukunan dalam Masyarakat Indonesia
Masih adanya masyarakat Indonesia yang percaya hal-hal mistis seperti dukun, merupakan fenomena yang bertolak belakang dari apa yang dikemukakan oleh Auguste Comte dalam buku The Positive Philosophy4Comte, Auguste., (2000). The Positive Philosophy, London: Batoche Books.. Comte menyatakan bahwa zaman positivistik—zaman berdirinya pondasi rasionalisme dan empirisme—sudah dimulai dari awal abad ke-19, yang mana zaman ini menggantikan zaman teologis dan kosmologis.
Menurut pendapat Kevin Nobel Kurniawan, dosen sosiologi Universitas Indonesia, masyarakat Indonesia tidak mengikuti semangat pencerahan yang terjadi di Eropa. Salah satu alasannya adalah perdukunan di Indonesia itu sudah mengakar bahkan sebelum masuknya Hindu-Buddha.
Pada masa itu Indonesia sudah lama menganut animisme dan dinamisme, aliran kepercayaan yang membuat dukun memiliki posisi sebagai tokoh terpandang. Selain itu, belum terdapat ilmu pengetahuan yang dapat menggantikan ajaran dukun juga menjadi salah satu faktor mengakarnya perdukunan di masyarakat.
“Jadi, kalau kamu pakai mindset orang cara berpikir modern, dia akan melihat dukun sebagai sebuah yang irasional, tetapi masyarakat kita tuh bukan orang modern Eropa yang mengikuti semangat pencerahan atau aufklarung. Kita itu masih mempunyai kehidupan yang yang dekat dengan adat animisme (dan) dinamisme, makanya dukun tetap mempunyai posisi yang cukup kuat” jelas Kevin Nobel.
Dinamika Magi dalam Penyelesaian Masalah Sosial.
Semua hal dalam aspek hidup manusia dapat dilihat dengan beberapa kacamata yang berbeda, misalnya dalam menghadapi masalah kita dapat menggunakan pola pikir berbeda. Dalam antropologi, terdapat tiga pola pikir manusia yang digunakan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah, yaitu magi, ilmu pengetahuan (sains), dan agama.
Ketika ada masyarakat yang masih percaya kepada dukun, maka penyelesaian masalah mereka melalui pendekatan magi. Magi adalah suatu praktik yang mana di dalamnya terdapat kepercayaan bahwa manusia dapat memanipulasi/mengendalikan kekuatan alam di luar dirinya5Honig Jr., (1987). Ilmu Agama, Jakarta: BPK Gunung Mulia (daya absolut dan impersonal), misalnya membuat hari ini hujan, menambah rezeki seseorang di masa depan, maupun membuat orang lain jatuh sakit.
Seseorang yang menempuh cara magi menganggap pendekatan sains maupun agama tidak mampu menyelesaikan masalah mereka. Sejalan dengan apa yang disampaikan Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Phil. Imam Ardhianto, bahwa magi masih dipercaya oleh masyarakat karena dianggap berfungsi. Magi dianggap berfungsi karena dapat menjelaskan mengapa seseorang dapat seketika kaya atau menjelaskan fenomena-fenomena lain yang di luar rasionalitas manusia6CNN Indonesia. “Alasan Masyarakat Mudah Percaya Hal Mistis.” CNN Indonesia, 20 June 2021, https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210618182457-241-656370/alasan-masyarakat-mudah-percaya-hal-mistis. Accessed 2 August 2022..
Tak hanya itu, magi juga dinilai menjadi kritik terhadap lembaga modern yang gagal memenuhi janji baik dalam mobilitas sosial, kesehatan, atau pencapaian psikologis. “Dia (magi) berfungsi secara sosial untuk menjelaskan kenapa satu individu bisa-bisa tiba-tiba kaya, atau melihat fenomena-fenomena yang dianggap tidak lazim ‘uncanny’,” kata Imam dalam korespondensi bersama CNNIndonesia.com.
Kasus batu Ponari menjadi pendukung bagaimana ruang magi dalam penyelesaian masalah sosial. Beberapa pasien yang mengantre di sana sebenarnya ingin bertemu dokter spesialis untuk menyembuhkan penyakitnya, namun permasalahannya adalah dana yang mereka miliki terbatas7Juwair, Sandy Ferdiana. “Ponari dan Sulitnya Ekonomi.” Republika, 13 February 2009, https://www.republika.co.id/berita/31274/ponari-dan-sulitnya-ekonomi. Accessed 2 August 2022.. Jadi, mereka hanya bisa berharap bahwa batu Ponari benar ampuh.
Dengan kata lain, magi dapat bersifat praktis seperti sains, namun juga bersifat supranatural seperti agama8Malinowski, Bronisław., (1948). Magi, Science and Religion, and Other Essays, Illinois: The Free Press.. Praktis berarti magi digunakan sebagai upaya pemecahan masalah secara langsung, magi tidak bersifat empiris seperti sains. Magi dapat menjangkau bagian yang tidak diraih oleh sains, juga dapat menjangkau bagian yang tidak diraih oleh agama. Misalnya cara cepat kaya, baik agama maupun sains tidak menawarkan solusi untuk bisa kaya secara cepat, maka orang yang sudah putus asa akan lari ke magi. Selain itu, magi juga bisa menjadi alternatif untuk masalah yang bisa diselesaikan dengan sains atau masalah yang bisa diselesaikan dengan agama.
Misalnya masalah krisis kehidupan atau kehampaan mengenai hidup, maupun mengenai kematian, yang mana ini semua tidak bisa diselesaikan dengan suatu yang bersifat empiris, tetapi diselesaikan dengan kepercayaan ataupun keyakinan, maka orang dapat memilih penyelesaian melalui pola pikir agama ataupun pola pikir magi.
Kuatnya Tekanan dan Pengaruh menjadi Alasan Magi Masih Disentuh
Sepakat atau tidak, faktanya semua orang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun dalam mendapatkannya, tidak semua orang mempunyai kemampuan ataupun kesempatan yang sama. Pemerataan pendapatan masih menjadi masalah sosial yang harus diselesaikan oleh pemerintah Indonesia. Soal Garis Kemiskinan, BPS menetapkan pada Maret 2022 sebesar Rp505.469 per kapita setiap bulannya9kumparan.com. Cambridge Dictionary | English Dictionary, Translations & Thesaurus, 16 July 2022, https://kumparan.com/kumparanbisnis/bps-sebut-kemiskinan-indonesia-turun-berapa-batas-penghasilan-orang-miskin-1yTJtbNXvTB/full. Accessed 2 August 2022..
Walaupun tercatat rata-rata penduduk miskin di Indonesia mengalami tren penurunan, perlu diingat masih banyak provinsi yang berada di atas rata-rata. Misalnya pada September 2021, BPS mencatat rata-rata penduduk miskin turun menjadi 9,71 persen10Badan Pusat Statistik. “Badan Pusat Statistik.” Badan Pusat Statistik, 17 January 2022, https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/01/17/1929/persentase-penduduk-miskin-september-2021-turun-menjadi-9-71-persen.html. Accessed 2 August 2022.. Di sisi lain, provinsi berikut ini angkanya masih di atas-atas rata, seperti Papua (27,38%), Papua Barat (21,82%), Nusa Tenggara Timur (20,44%), Maluku (16,3%), dan Aceh (15,53%)11Novalius, Feby. “Jangan Kaget! Penduduk Miskin di Daerah Ini Sedikit, Depok Salah Satunya : Okezone Economy.” Okezone Ekonomi, 11 May 2022, https://economy.okezone.com/read/2022/05/10/470/2591833/jangan-kaget-penduduk-miskin-di-daerah-ini-sedikit-depok-salah-satunya. Accessed 2 August 2022..
Masalah sosial tersebut menjadi salah satu pendorong masyarakat untuk mengharapkan penyelesaian melalui magi. Ditambah lagi, era terbukanya informasi seperti sekarang membuka kacamata perbandingan menjadi semakin luas. Kita dapat membandingkan diri dengan banyak orang, sekalipun orang yang tidak dikenal. Potensi keinginan untuk menjadi seseorang yang dibandingkan sangat terbuka dengan adanya media sosial sekarang, apalagi menjamur budaya flexing atau pamer dalam ruang tersebut12Santo, John de “Budaya Pamer di Media Sosial” : Koranbernas.id, 10 Mar 2022, https://koranbernas.id/budaya-pamer-di-media-sosial. Accessed 2 August 2022..
Ketika kita mempunyai masalah dan memiliki keinginan terhadap sesuatu, namun tidak memiliki daya dalam mencapainya, magi dapat menjadi salah satu solusinya. Dalam konteks mendapatkan uang, tekanan ini bisa dimanfaatkan saat dukun atau orang yang dinilai bisa melakukannya memberikan bukti-bukti yang bisa membentuk nalar logika mereka.
Seperti yang dilansir dari Kompas.com, Guru Besar Departemen Antropologi Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, menyebutkan bahwa sebenarnya ketika kita ingin kaya, kemudian kita pergi menemui dukun, dan kita menjadi kaya, maka hal tersebut membuktikan bahwa dukun berfungsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi13CNN Indonesia. “Alasan Masyarakat Mudah Percaya Hal Mistis.” CNN Indonesia, 20 June 2021, https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210618182457-241-656370/alasan-masyarakat-mudah-percaya-hal-mistis. Accessed 2 August 2022..
Sebuah penelitian juga mengungkapkan bahwa ketika kita ingin melakukan sesuatu yang produktif, otak kita cenderung akan bekerja lebih keras14ScienceDaily. “Hardwired for laziness? Tests show the human brain must work hard to avoid sloth.” ScienceDaily, 18 September 2018, https://www.sciencedaily.com/releases/2018/09/180918090849.htm. Accessed 30 July 2022.. Hal ini dapat kita kaitkan dengan mengapa kita selalu merasa malas dan mencari jalan yang paling cepat untuk mendapatkan kekayaan. Beberapa orang terlalu malas untuk mengejar kekayaan melalui jalan ilmu pengetahuan yang rumit, menyusahkan, dan panjang, sehingga mencari jalan pintas melalui magi.
“Itu cara cepat. Karena logikanya gini, kalau kita pakai agama, kita tidak punya power untuk menyuruh Tuhan. Kalau pake scientific harus kerja keras dan lama. Tapi kalau pakai itu (santet/ilmu-ilmu magis) cepat. Saya bisa punya kuasa untuk sesuatu yang lain dan itu bisa saya manfaatkan,” ujar Heddy.
Jadi, fenomena korelasi dan kausasi adalah yang mendasari sebagian masyarakat masih pergi ke dukun untuk memperoleh kekayaan, ditambah lagi dengan bukti yang diasosiasikan anggota-anggota lainnya dengan bukti-bukti pendukung lainnya semakin memperkuat logika tersebut.
Commonsense dan Literasi sebagai Penyeimbang
Terlepas dari kebenaran cara mistis dalam menghasilkan uang, riset yang dilakukan oleh Stephen J. Gray dan David A. Gallo menunjukkan bahwa orang yang percaya akan hal-hal gaib cenderung mempunyai pemikiran yang kurang kritis, analitis, dan sekadar melihat dunia secara subjektif 15Gray, S.J., Gallo, D.A. Paranormal psychic believers and skeptics: a large-scale test of the cognitive differences hypothesis. Mem Cogn 44, 242–261 (2016). https://doi.org/10.3758/s13421-015-0563-x. Jangan sampai tekanan dan keinginan kita dimanfaatkan seseorang untuk melakukan penipuan.
Dalam menyelesaikan masalah, baik sains, agama, ataupun magi, seseorang cenderung untuk menggunakan pola pikir yang lebih kuat pengaruhnya. Untuk itu, commonsense dapat menjadi penyeimbang karena memudahkan kita untuk melihat suatu fenomena masalah dan menghubungkannya dengan pola pikir yang paling sesuai untuk menyelesaikannya.
Commonsense (akal sehat) merupakan suatu pengetahuan yang bersifat dasar dan biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari16Geertz, Clifford. “Common Sense as a Cultural System.” The Antioch Review, vol. 33, no. 1, 1975, pp. 5–26. JSTOR, https://doi.org/10.2307/4637616. Accessed 3 Aug. 2022.. Berbeda dengan magi, agama, dan sains, commonsense tidak diketahui seluk beluknya, commonsense lebih seperti kumpulan pengalaman dari orang terdahulu yang menurun sebagai pengetahuan umum. Contoh dari commonsense adalah jangan menyentuh api karena panas dan berteduhlah ketika hujan turun.
Walaupun secara pengalaman setiap manusia terdahulu mungkin sama, interpretasi dari suatu pengalaman bisa berbeda. Untuk itu, memperbanyak literasi dapat menambahkan sebuah pengalaman, di mana interpretasi terhadap sebuah fenomena akan lebih seragam. Dosen Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret, Nurhadi, menyatakan bahwa literasi dapat menjadi penangkal potensi dari penipuan dalam magi.
Namun, faktor tersebut jangan hanya diasosiasikan kepada kaum kelas bawah, ada juga yang kaum yang bukan kelas bawah menggunakan17Rizal, Jawahir Gustav. “Mengapa Masih Ada yang Percaya Penipuan Bermodus Penggandaan Uang? Halaman all.” Kompas.com, 31 March 2021, https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/31/190400965/mengapa-masih-ada-yang-percaya-penipuan-bermodus-penggandaan-uang-?page=3. Accessed 2 August 2022.. Contohnya dalam kasus ini, bagaimana seorang PNS tertipu puluhan juta akibat narasi seorang yang menganggap dirinya bisa menggandakan uang18Muhardiansyah, Yan. “Percaya penggandaan uang, PNS tertipu Rp 54 juta | merdeka.com.” Merdeka.com, 21 December 2016, https://www.merdeka.com/peristiwa/percaya-penggandaan-uang-pns-tertipu-rp-54-juta.html. Accessed 2 August 2022..
Dengan literasi dan commonsense yang dihasilkan dari salah satu berita di atas dari sekian banyaknya kasus, sudah sepatutnya masyarakat jangan mudah percaya akan sesuatu klaim yang terkesan amat menggiurkan. Apalagi berkenaan dengan uang, ketika kita tidak memiliki dua kemampuan tersebut ditambah dengan faktor yang melekat pada dalam individu masyarakat, seperti kemiskinan dan keputusasaan, maka berpotensi mengharapkan jalan magi sebagai solusi.
Oleh karena itu, peran pendidikan umum dan literasi menjadi sangat penting dalam memperbaiki commonsense dari setiap individu, agar commonsense dapat menjadi penyeimbang dari magi, agama dan sains, terlebih dalam menghindarkan dari potensi sebuah penipuan akibat hasrat keingin untuk cepat kaya.
Penutup
Bagaimanapun, magi tetap akan dipercaya oleh sebagian masyarakat Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti sejarah yang panjang dan terus melekat, pelarian atas tidak selesainya masalah sosial oleh lembaga modern, hingga kemalasan kita untuk melakukan hal produktif menjadi sebab lestarinya kepercayaan akan magi. Diperlukan commonsense hingga pendidikan umum yang mumpuni agar kita dapat menyeimbangkan magi, agama, dan sains, serta menghindari adanya penipuan dari keinginan kaya secara cepat melalui jalan gaib.
Ilustrasi oleh Jamie Paulus
Editor: Muhammad Ramadhani, Gabriel Fiorentino Setiadin
Referensi
↵1 | Alexander, Laura E. “What causes greed and how can we deal with it?” The Conversation, 3 April 2019, https://theconversation.com/what-causes-greed-and-how-can-we-deal-with-it-113616. Accessed 2 August 2022. |
---|---|
↵2 | Berutu, Sachril Agustin. “Heboh Babi Ngepet di Depok Ditangkap Warga Bugil!” detikNews, 27 April 2021, https://news.detik.com/berita/d-5547944/heboh-babi-ngepet-di-depok-ditangkap-warga-bugil. Accessed 2 August 2022. |
↵3 | radarsurabaya.id. “Gandakan Uang Gaib, Gus Akbar Mengaku Dibantu Jin Lapindo.” Radar Surabaya, 18 October 2018, https://radarsurabaya.jawapos.com/surabaya/18/10/2018/gandakan-uang-gaib-gus-akbar-mengaku-dibantu-jin-lapindo/. Accessed 2 August 2022. |
↵4 | Comte, Auguste., (2000). The Positive Philosophy, London: Batoche Books. |
↵5 | Honig Jr., (1987). Ilmu Agama, Jakarta: BPK Gunung Mulia |
↵6, ↵13 | CNN Indonesia. “Alasan Masyarakat Mudah Percaya Hal Mistis.” CNN Indonesia, 20 June 2021, https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210618182457-241-656370/alasan-masyarakat-mudah-percaya-hal-mistis. Accessed 2 August 2022. |
↵7 | Juwair, Sandy Ferdiana. “Ponari dan Sulitnya Ekonomi.” Republika, 13 February 2009, https://www.republika.co.id/berita/31274/ponari-dan-sulitnya-ekonomi. Accessed 2 August 2022. |
↵8 | Malinowski, Bronisław., (1948). Magi, Science and Religion, and Other Essays, Illinois: The Free Press. |
↵9 | kumparan.com. Cambridge Dictionary | English Dictionary, Translations & Thesaurus, 16 July 2022, https://kumparan.com/kumparanbisnis/bps-sebut-kemiskinan-indonesia-turun-berapa-batas-penghasilan-orang-miskin-1yTJtbNXvTB/full. Accessed 2 August 2022. |
↵10 | Badan Pusat Statistik. “Badan Pusat Statistik.” Badan Pusat Statistik, 17 January 2022, https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/01/17/1929/persentase-penduduk-miskin-september-2021-turun-menjadi-9-71-persen.html. Accessed 2 August 2022. |
↵11 | Novalius, Feby. “Jangan Kaget! Penduduk Miskin di Daerah Ini Sedikit, Depok Salah Satunya : Okezone Economy.” Okezone Ekonomi, 11 May 2022, https://economy.okezone.com/read/2022/05/10/470/2591833/jangan-kaget-penduduk-miskin-di-daerah-ini-sedikit-depok-salah-satunya. Accessed 2 August 2022. |
↵12 | Santo, John de “Budaya Pamer di Media Sosial” : Koranbernas.id, 10 Mar 2022, https://koranbernas.id/budaya-pamer-di-media-sosial. Accessed 2 August 2022. |
↵14 | ScienceDaily. “Hardwired for laziness? Tests show the human brain must work hard to avoid sloth.” ScienceDaily, 18 September 2018, https://www.sciencedaily.com/releases/2018/09/180918090849.htm. Accessed 30 July 2022. |
↵15 | Gray, S.J., Gallo, D.A. Paranormal psychic believers and skeptics: a large-scale test of the cognitive differences hypothesis. Mem Cogn 44, 242–261 (2016). https://doi.org/10.3758/s13421-015-0563-x |
↵16 | Geertz, Clifford. “Common Sense as a Cultural System.” The Antioch Review, vol. 33, no. 1, 1975, pp. 5–26. JSTOR, https://doi.org/10.2307/4637616. Accessed 3 Aug. 2022. |
↵17 | Rizal, Jawahir Gustav. “Mengapa Masih Ada yang Percaya Penipuan Bermodus Penggandaan Uang? Halaman all.” Kompas.com, 31 March 2021, https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/31/190400965/mengapa-masih-ada-yang-percaya-penipuan-bermodus-penggandaan-uang-?page=3. Accessed 2 August 2022. |
↵18 | Muhardiansyah, Yan. “Percaya penggandaan uang, PNS tertipu Rp 54 juta | merdeka.com.” Merdeka.com, 21 December 2016, https://www.merdeka.com/peristiwa/percaya-penggandaan-uang-pns-tertipu-rp-54-juta.html. Accessed 2 August 2022. |
Discussion about this post