Economica
  • Hard News
    • Soft News
  • Sastra
  • Majalah Economica
  • Mild Report
    • In-Depth
  • Penelitian
    • Kilas Riset
    • Mini Economica
    • Cerita Data
    • Riset
  • Kajian
No Result
View All Result
Economica
  • Hard News
    • Soft News
  • Sastra
  • Majalah Economica
  • Mild Report
    • In-Depth
  • Penelitian
    • Kilas Riset
    • Mini Economica
    • Cerita Data
    • Riset
  • Kajian
No Result
View All Result
Economica
Home Kilas Riset

Never Enough, Why Human Strive for Money?

by Adis Susita Rahma & Farhan Aditya Ramadhan
1 Agustus 2022
in Kilas Riset

Akhir-akhir ini fenomena “Instant Rich” tengah ramai dibicarakan. Fenomena ini mulai popular seiring dengan kemunculan beberapa kalangan  di media sosial, yang  masih berusia muda namun sudah memiliki kekayaan cukup besar . Fenomena Instant Rich menuai perhatian dari masyarakat. Tak sedikit dari mereka yang akhirnya tertarik untuk mencoba berbagai cara agar bisa menjadi kaya dalam waktu singkat, dari mulai berjudi hingga mempercayai software pengganda uang. Tidak mengherankan jika masih banyak masyarakat yang akhirnya terjebak modus investasi ilegal karena ingin memperoleh kekayaan secara instan. Mengutip data Kominfo pada Maret 2022, kerugian akibat investasi ilegal diperkirakan mencapai 117,5 triliun rupiah.

Dengan maraknya fenomena “instant rich”, faktor apa yang menyebabkan seseorang ingin mengejar kekayaan secara cepat?

Wealth As a Tool for Human Survival 

 

Menurut Turke (1989), alasan manusia mengejar kekayaan didorong oleh kebutuhan utama manusia untuk bertahan hidup. Pada dasarnya, gen yang terdapat di dalam diri manusia mendorong tiap individu untuk memaksimalkan jumlah anak yang mereka hasilkan. Akan tetapi, keterbatasan sumber daya, di mana bumi tidak mempunyai kemampuan untuk mendukung makhluk hidup dalam jumlah tak terbatas mengakibatkan perjuangan untuk mempertahankan eksistensi pun muncul bagi setiap makhluk hidup. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk hidup akan berusaha untuk mencapai tujuannya yaitu memastikan keberlangsungan hidup dirinya dan keturunannya. Namun, untuk dapat mencapai hal tersebut, manusia membutuhkan dukungan kekayaan. Dengan alasan ini, manusia menjadi terdorong untuk melakukan tindakan tertentu yang akan meningkatkan keberhasilan sosial dan ekonomi mereka.

The Motivation to Obtain Money

Berbeda dengan penjelasan sebelumnya yang menekankan bahwa motivasi manusia mengejar uang didorong oleh kebutuhan untuk bertahan hidup dan mencapai kesuksesan ekonomi, menurut Lea & Webley (2006), motivasi manusia untuk mengejar kekayaan secara cepat berkaitan erat dengan insentif mengejar uang. Sejak lama, uang telah digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia. Secara spesifik, uang dapat menjadi insentif, yakni ketika seseorang melihat bahwa tindakan yang dilakukan akan menghasilkan uang, maka orang menjadi lebih tertarik untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, uang juga memiliki sisi historis. Ketika di masa lalu seseorang mendapatkan uang akibat melakukan sebuah tindakan, maka di masa mendatang akan cenderung mengulang tindakan tersebut.

Tool Theory vs Drug Theory

Menurut Lea & Webley (2006), terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai bagaimana arti uang bagi manusia. Kedua pandangan yang berbeda ini terbagi ke dalam dua teori, yaitu Tool Theory dan Drug Theory. Sesuai dengan namanya, Tool Theory, menganggap bahwa uang berfungsi sebagai sebuah alat. Bagi manusia, uang merupakan alat yang paling efisien untuk mengakomodir terjadinya pertukaran barang atau jasa. Teori ini tidak menganggap bahwa uang dapat bertindak sebagai sebuah insentif yang mendorong perilaku manusia.

Teori kedua, Drug Theory, merupakan metafora untuk menggambarkan bahwa uang dapat bertindak sebagai “drug” yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Uang memiliki empat sifat yang menyerupai sifat “drug”, yaitu dapat menjadi motivator yang kuat, bersifat adiktif, kecanduan pada benda tersebut seringkali memberi dampak buruk, dan memberikan kepuasan secara instan. Berbeda dengan Tool Theory, di mana motivasi seseorang mendapatkan uang karena didukung oleh kebutuhan untuk melakukan pertukaran, Drug Theory menganggap bahwa uang merupakan “functionless motivator” karena manusia yang mengejar uang terkadang mengesampingkan fungsi asli uang sebagai alat tukar.

Money Addiction

Jika sebelumnya dijelaskan mengenai konsep tentang uang sebagai “drug”, kecanduan uang dapat dijelaskan dengan konsep uang sebagai “non-substance addiction”. Konsep ini melihat uang memiliki efek setara dengan kecanduan pada kecanduan gambling. Konsep money addiction dikemukakan untuk menjelaskan beberapa keanehan perilaku keuangan seseorang. Namun, sebagian besar gagasan yang menjelaskan keterkaitan antara money addiction dengan perilaku keuangan tidak memiliki dasar ilmu sosiologi atau psikologi klinis. Oleh karena itu, meskipun konsep money addiction tampak sangat menarik, namun tidak dapat disimpulkan bahwa kecanduan uang dapat disetarakan dengan kecanduan gambling karena bukti penelitian yang kuat untuk mendukung hal tersebut belum ditemukan.

 

Conclusion

Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena “instant rich” yang ramai menjadi perbincangan pada dasarnya berasal dari keinginan manusia untuk mengejar kekayaan. Sejak awal, manusia menggunakan kekayaan yang dimiliki untuk dapat bertahan hidup. Mengesampingkan aspek biologis, motivasi manusia mengejar kekayaan juga dapat dijelaskan dengan motivasi manusia mengejar uang. Uang memiliki dua sifat, yaitu sebagai “tool”, di mana manusia menginginkan uang karena kebutuhan untuk melakukan pertukaran dan sebagai “drug”, di mana uang memiliki sifat insentif yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Meskipun kecanduan pada uang seringkali dikaitkan dengan kecanduan gambling namun belum ada bukti penelitian yang kuat untuk menjelaskan hal tersebut.

 

Referensi
1. Lea, S. E., & Webley, P. (2006). Money as tool, money as drug: The biological psychology of a strong incentive. Behavioral and Brain Sciences, 29(2), 161–209. https://doi.org/10.1017/s0140525x06009046 

  1. Turke, P. W. (1989). Evolution and the demand for children. Population and Development Review, 15(1), 61. https://doi.org/10.2307/1973405 

 

Penulis : Adis Susita Rahma, Farhan Aditya Ramadhan

Editor : Aisha Rizqi M

Tweet138

Discussion about this post

POPULER

  • Pancasila di antara Sosialisme dan Kapitalisme

    6412 shares
    Share 2565 Tweet 1603
  • Program dan Kebijakan Kesehatan Mental, Tanggung Jawab Siapa?

    6318 shares
    Share 2527 Tweet 1580
  • Over-socialization: Is Social Media Killing Your Individuality?

    3938 shares
    Share 1575 Tweet 985
  • Pendidikan Seks di Indonesia: Tabu atau Bermanfaat?

    3722 shares
    Share 1489 Tweet 931
  • Indikasi Kecurangan Tim Futsal Putri FT UI dalam Olim UI 2019

    3238 shares
    Share 1295 Tweet 810
  • Tentang
  • Kontak
  • Kebijakan Privasi
  • id Indonesian
    ar Arabiczh-CN Chinese (Simplified)nl Dutchen Englishfr Frenchde Germanid Indonesianit Italianpt Portugueseru Russianes Spanish

© 2019 Badan Otonom Economica

No Result
View All Result
  • Hard News
    • Soft News
  • Sastra
  • Majalah Economica
  • Mild Report
    • In-Depth
  • Penelitian
    • Kilas Riset
    • Mini Economica
    • Cerita Data
    • Riset
  • Kajian
Situs ini menggunakan cookie. Dengan menggunakan situs ini Anda memberikan izin atas cookie yang digunakan.

Selengkapnya Saya Setuju
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT
id Indonesian
ar Arabiczh-CN Chinese (Simplified)nl Dutchen Englishfr Frenchde Germanid Indonesianit Italianpt Portugueseru Russianes Spanish