Pada Sabtu (02/07), telah diselenggarakan Evaluasi Paruh Tahun (EPT) hari kedua oleh Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FEB UI. EPT hari kedua ini ditujukan untuk pertanggungjawaban program kerja keempat himpunan FEB UI, yakni IBEC, SPA, MSS, dan Kanopi.
Acara dibuka pada pukul 10.10 WIB melalui platform Zoom oleh Khansa Arcika, selaku pembawa acara. Sebelum memasuki inti acara, terdapat pula sambutan dari Irfani Fithria Ummul Muzayanah, selaku Kepala Kantor Kemahasiswaan FEB UI dan Iqbal Darmawan, selaku Ketua Badan Pengawas Mahasiswa (BPM) FEB UI.
Sesi pertama dibuka oleh IBEC dan BMT. Salsabila Putri Mandaru selaku Ketua Umum IBEC 2022 membuka presentasi dengan menjabarkan masing-masing program kerja yang terlaksana dari setiap departemen dan biro. Berdasarkan pemaparan Salsabila, terlihat bahwa program kerja telah mencapai parameter keberhasilan yang ditargetkan.
Terdapat pertanyaan terkait program kerja ISEO (Indonesia Sharia Economic Outlook) 2023 dari Felicia Tan, salah satu perwakilan BPM FEB UI. Felicia menanyakan rencana menjadikan program kerja tersebut sebagai Strategic Business Unit (SBU) dari IBEC.
“Kalau menjadi SBU dari IBEC memungkinkan atau tidak, PEBS so far kita tidak mengambil profit. ISEO itu proker dari Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS), biasanya setiap awal libur semester ganjil IBEC mengadakan rapat dengan PEBS. IBEC yang ngurusin seminar kalau PEBS yang ngurusin outlook,” jelas Perwakilan dari Departemen Penelitian IBEC terkait pertanyaan Felicia.
Presentasi mengenai progres program kerja dilanjutkan oleh Anisah selaku Chief Executive Director BMT. Sama halnya seperti IBEC, program kerja BMT yang telah terlaksana memiliki hasil performa yang baik berdasarkan ketercapaian parameter keberhasilan yang maksimal.
Anwar Hasyim, mahasiswa Manajemen angkatan 2019, menanyakan perihal proyeksi ke depan dari BMT yang akan menjadi BSO. “Seperti yang kita ketahui, BMT telah memiliki wacana bergeser menjadi BSO. Untuk dari BMT sendiri, proyeksi ke depannya BSO apakah akan mandiri atau menjadi SBU dari IBEC?” tanya Anwar.
Menjawab kejelasan posisi BMT, Anisah menerangkan pihaknya memang memiliki wacana untuk memisahkan diri dari IBEC menjadi Badan Semi Otonom (BSO). Hal ini karena melihat potensi BMT yang cukup luas dan memberikan stigma kepada masyarakat khususnya FEB UI bahwa BMT itu terbuka untuk mahasiswa FEB UI secara umum, tidak hanya IEIBI saja.
Akan tetapi, niat di atas diurungkan setelah mempetimbangkan hasil diskusi bersama IBEC, BPM, alumni BMT, dan prodi IEIBI yang menyarankan rebranding. “Perencanaan BMT akan berbentuk badan hukum sebagaimana Lembaga Koperasi Syariah ataupun BMT umum lainnya,” sambung Anisah terkait masa depan BMT.
Setelah sesi IBEC berakhir, sesi dilanjutkan oleh Michael Hezekia dan Hans Josevan sebagai Chief Executive dan Managing Partner Student Development SPA. Hasil pertanggungjawaban dari paparan presentasi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar program kerja yang telah terlaksana berhasil mencapai parameter keberhasilan.
Iqbal melemparkan pertanyaan mengenai upaya rebranding dari penggabungan Tax Seminar and Training (TST) dan Tax Intercollegiate Forum (TIF). Mengklarifikasi hal yang ditanyakan, Hans Josevan menyampaikan bahwa TST dan TIF tidak melakukan merger.
TIF merupakan acara yang mengusung konsep baru dan tidak mengambil atribut yang dimiliki oleh TST. Saat ini, TIF baru memulai persiapan dan pihak SPA akan membantu untuk ikut publikasi untuk meningkatkan awareness dan memperkuat rebranding TIF.
Himpunan ketiga yang melakukan presentasi adalah MSS. Ricky Devito Valerian, CEO MSS, menjelaskan bahwa sebagian besar program kerja yang dijalankan sudah mencapai KPI yang ditetapkan. Meskipun begitu, masih ada program yang belum maksimal, yaitu Origin Data Base.
“Baru tahun ini, kita (MSS) inisiatif untuk mengembangkan database ini untuk me-review dan mempromosikan produk, tetapi belum maksimal dijalankan. Ke depannya bisa menjadi fundamental untuk lebih mengembangkan (bisnis mahasiswa),” ujar Vito.
Anwar, perwakilan dari BPM, menanyakan kemungkinan monetisasi akun Youtube MSS karena sudah memiliki subscriber di atas 1.500.
Terkait hal tersebut, Vito menjelaskan bahwa saat ini hanya ada partnership dan pihak eksternal yang bekerja sama dengan MSS untuk pembuatan video di Youtube. “Tetapi gak menutup kemungkinan untuk ke sana (monetisasi Youtube MSS),” tambah Vito.
Beralih dari MSS, sesi terakhir diisi oleh Kanopi yang dipaparkan oleh Chairman Kanopi, Raihan Satrya Gumilang. Ia menjelaskan sebagian besar program kerja sudah mencapai KPI, tetapi program kerja seperti Kajipost dan Grandmatest masih belum memenuhi target viewers dan likers yang ditetapkan. Untuk ke depannya, Kanopi akan menyesuaikan parameter keberhasilan dengan isi konten.
“Dari kami membuat parameter Grandmatest dan Kajipost yang dibuat untuk laris dan ada juga yang dibuat untuk segmented tertentu (kental dengan teori ekonomi),” ujar Satrya. Untuk memperluas publikasi, Kanopi saat ini menggunakan media partner dan memiliki rencana untuk membuat video teaser di TikTok untuk mempromosikan program kerja yang dijalankan.
Dalam rangka persiapan perkuliahan semester depan, divisi PSDM Kanopi sudah memiliki mekanisme ospek jurusan secara offline. Adapun, untuk mengakomodasi mahasiswa yang belum pernah merasakan kuliah offline, divisi PSDM juga akan membuka question box di Instagram. “Selain Curhat(IE)n, sekarang kita (Kanopi) lebih memanfaatkan Instagram PSDM untuk menjangkau ke mahasiswa,” tutup Satrya.
Ilustrasi oleh Batrisyia Izzati Ardhie
Editor: Anindya Vania, Tara Saraswati, Muhammad Ramadhani
Discussion about this post