Dengan tema “Beranjak pulih: Bagaimana FEB Beralih?”, DIARI tahun ini dilaksanakan secara hybrid oleh Departemen Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa BEM FEB UI pada Senin (30/05) di Auditorium FEB UI, Zoom Meeting, serta Youtube. Adapun Dialog Interaktif (DIARI) FEB UI sendiri merupakan forum tahunan yang mempertemukan IKM FEB UI dengan pihak dekanat FEB UI untuk berdiskusi dan menyampaikan aspirasi secara langsung langsung terkait kondisi FEB UI.
Sambutan dari Rafli Amiruddin Alhaq selaku ketua BEM FEB UI mengawali rangkaian kegiatan DIARI FEB UI. Dalam sambutannya, Rafli sempat mengatakan bahwa masa transisi menjadi perhatian penuh bagi seluruh pihak di FEB UI.
Hal tersebut juga direspon Teguh Dartanto selaku Dekan FEB UI, dalam sambutannya. “Show must go on, bahwa kita akan transisi ke arah luring,” ujar Teguh Dartanto terkait transisi yang akan dilakukan FEB UI.
Sinyal Luring dari Dekanat: Hasil Evaluasi dari Mahasiswa Didengar dan Dicatat
Sesi berikutnya dilanjutkan dengan pemaparan hasil survei yang disampaikan langsung oleh Daniswara Ilham Budiman dan Keisha Kresno, selaku Kepala dan Wakil Kepala Departemen Adkesma BEM FEB UI.
Sebagai informasi, beberapa mata kuliah di FEB UI sudah melakukan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, 30% dari 369 responden telah melaksanakan PTM terbatas. Di dalam survei tersebut, beberapa keluhan dan kendala yang dialami mahasiswa di antaranya, seperti jadwal PTM yang kadang berubah, penggunaan fasilitas terbatas, hingga beberapa teknis kelas lainnya.
Terkait hasil survei di atas, dekanat mencatat dan perlahan akan melakukan perubahan. Masukan dan keluhan yang disampaikan pada uji coba PTM terbatas, menurut Teguh, akan membantu perbaikan sistem perkuliahan pada semester berikutnya. “Kita mungkin ke depan PTM T ini sebenarnya T nya akan hilang menjadi PTM saja,” tegas Teguh.
Kepastian Sistem Pembelajaran Semester Mendatang
Masih dalam pemaparan hasil survei, sebanyak 138 responden menginginkan pembelajaran tetap dilaksanakan secara daring, 110 responden menginginkan PTM terbatas, dan 121 responden menginginkan pembelajaran tatap muka secara penuh. Akan tetapi, apabila semester depan tidak dilaksanakan secara daring, mayoritas responden lebih memilih untuk melaksanakan PTM terbatas dibandingkan dengan PTM penuh.

Menanggapi hasil survei terkait preferensi sistem pembelajaran di semester depan, Teguh menyatakan, bahwa PJJ memiliki dampak yang serius bagi mahasiswa. Berdasarkan hasil evaluasi, terhadap tiga hal, yaitu learning loss yang tinggi, soft skill yang hilang, serta unethical conduct (berbagai macam tindak kecurangan).
Maka dari itu, Teguh beserta jajarannya memutuskan sistem pembelajaran untuk semester depan. “Kami putuskan bahwa semester depan adalah PTM. Apakah terbatas atau nggak, tergantung kondisinya,” ucapnya.
Hadirnya sistem luring dalam pembelajaran yang dinilai fleksibel soal waktu juga disadari oleh dekanat. Hal ini membuat dekanat tidak akan langsung meniadakan sistem online.
Seperti yang diucapkan Teguh dalam pembukaannya, “Di semester depan, aktivitas sewajarnya lah ya. Mungkin ada beberapa yang tetap menggunakan daring, dalam konteks, seperti dosen tamu, dosen pengajar di luar negeri, atau apapun.”
Arief Wibisono selaku Wakil Dekan I FEB UI juga menambahkan, bahwa mahasiswa masih tetap harus melaksanakan protokol kesehatan, meskipun nantinya PTM di semester gasal akan dilaksanakan.
“Jadi, datang ke kampus, tapi masih dengan masker, harus mencuci tangan, pakai PeduliLindungi, dan lain-lain. Jadi, itu tetap jalan. cuma masalah kapasitas (kelas) itu nanti bisa ditingkatkan,” jelas Arief.
Sejalan dengan transisi yang akan diberlakukan, pihak kampus juga telah memberikan izin kepada mahasiswa yang ingin melakukan kegiatan secara offline dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
“Terkait kegiatan mahasiswa itu, sudah diperbolehkan, contohnya formatnya seperti ini (hybrid). Masih ada peraturan-peraturan yang harus kita ikuti, nanti kalau memang peraturannya sudah berubah, tentunya kita akan meng-update seperti itu,” ujar Irfani selaku Kepala Kantor Kemahasiswaan FEB UI.
Dialog dengan Mahasiswa: Penjelasan Teknis UAS hingga Perkembangan Akreditas FEB UI
Setelah sesi pemaparan berakhir, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Diterbitkannya mekanisme mengenai UAS semester genap yang baru menimbulkan beberapa pertanyaan bagi para mahasiswa FEB UI.
Tantra Tanjaya, perwakilan dari KOMPeK FEB UI, mengajukan pertanyaan mengenai teknis double device dalam UAS yang sempat menjadi perbincangan di kalangan mahasiswa.
Merespon pertanyaan tersebut, Arief Wibisono, meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. “Kami sebenarnya mengarahkannya single device dan boleh pakai apa aja, mau pake laptop, kamera, dan lain-lain, cukup satu aja. Kalau misalnya ada kendala teknis, ini akan menjadi catatan dari pengawas,” ujarnya.
Pada sesi diskusi, Teguh juga menambahkan perkembangan Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB). “Visitasi akan dilaksanakan 4 sampai 7 September sehingga ini minggu kedua perkuliahan.” jelas Teguh.
Selain AACSB, FEB UI juga akan reakreditasi AMBA. “Ini adalah untuk bisnis, sehingga kalau kita dapat dua kita akan menjadi the first one di Indonesia yang punya double crown. Target kita adalah punya tiga standar business school yang top AMBA, ACCSB, dan Equis,” tambah Teguh.
Sebelum acara ditutup, Teguh menyampaikan ucapan terima kasih kepada para mahasiswa FEB UI atas masukan-masukan yang telah diberikan. Ia juga berharap mahasiswa dapat terus menyampaikan keluhannya baik langsung ke Kaprodi maupun ke Adkesma.
Akhir kata, Teguh melontarkan harapan terakhirnya kepada civitas FEB UI, “Saya berharap kerja samanya dan kolaborasi teman-teman (mahasiswa) nanti untuk persiapan AACSB.”
Ilustrasi dan infografis oleh Batrisyia Izzati Ardhie
Editor: Muhammad Ramadhani, Anindya Vania, Nismara Paramayoga
Discussion about this post