Pendahuluan
Saat dihadapi dengan rasa dilema dan ketidakpastian, manusia punya kecenderungan untuk berbohong. Namun, mengapa orang tetap berbohong jika hasil yang diinginkan belum tentu tercapai? Penelitian ini mengedepankan hipotesis bahwa manusia menggunakan kebohongan besar untuk menghindari kehilangan, tetapi menggunakan kebohongan kecil untuk mencapai sesuatu.
Loss-Frames Meningkatkan Ketidakjujuran
Loss-frames merupakan situasi dimana seseorang fokus pada kerugian yang dapat terjadi, sedangkan gain-frames fokus pada keuntungan yang akan diperoleh. Tindakan ketidakjujuran biasanya lebih sering dilakukan untuk menghindari kerugian daripada untuk mencapai keuntungan. Metode pertama yang sering digunakan untuk menganalisis kebohongan adalah dengan eksperimen die-under-cup, yaitu partisipan melempar dadu secara tersendiri dan menerima bayaran sesuai angka dadu yang keluar. Makin besar angka dadu yang keluar, maka makin besar juga bayaran yang diterima. Pengawasan yang kurang saat proses pelemparan dadu dapat memicu partisipan untuk berbohong demi mendapat bayaran yang lebih.
Penelitian ini berusaha memodifikasi pelemparan dadu yang biasa. Partisipan yang melapor angka dadu lebih tinggi tidak akan mendapat bayaran yang lebih tinggi, namun dapat menghindari ketidakpastian. Partisipan akan menerima mangkuk yang berisi enam bola berwarna putih. Bola putih nantinya akan ditukar dengan bola berwarna kuning berdasarkan jumlah angka dadu yang dilaporkan. Partisipan akan mengambil bola secara acak dan mendapat €6 jika bola yang didapat berwarna kuning dan €0 jika sebaliknya. Dengan begini, hasil pelemparan dadu hanya menentukan berapa besar kemungkinan untuk menang, bukan sebagai ukuran berapa bayaran yang akan didapat.
Pengaruh Framing terhadap Kebohongan
Dengan asumsi bahwa rasa sedih kehilangan uang €6 jauh lebih besar daripada rasa senang saat mendapat uang €6, mayoritas orang tidak akan peduli lagi dengan self-concept yang dipegang untuk menghindari kehilangan €6. Saat dihadapkan dengan loss frames, keinginan seseorang untuk menghindari resiko akan lebih besar daripada keinginan mempertahankan self-concept yang positif. Kemungkinan kebohongan besar terucap akan lebih besar sehingga mayoritas orang akan melapor angka ‘6’ di situasi loss frames. Pada situasi gain frames, keinginan untuk mempertahankan self-concept positif akan lebih besar karena kemungkinan seseorang untuk kalah jauh lebih kecil sehingga mayoritas orang akan melakukan kebohongan kecil dan melaporkan angka ‘5’ atau ‘4’.
Pre-Study
Aspek | Pre Study 1 | Pre Study 2 | Pre Study 3 |
Partisipan dan desain | 150 partisipan dengan rata-rata umur 21.39 tahun ditempatkan secara acak ke salah satu dari dua eksperimen (gain frame, loss frame). | 225 partisipan dengan rata-rata umur 21.13 tahun ditempatkan secara acak ke salah satu dari tiga eksperimen (gain frame, loss frame with cash, dan loss frame without cash) | 188 partisipan dengan rata-rata umur 20.61 tahun ditempatkan secara acak ke salah satu dari tiga eksperimen (gain frame, loss frame without cash, certain payment condition). |
Manipulation of frames | Dalam eksperimen gain-frames peserta mendapat instruksi untuk mengambil satu bola secara acak, di mana mereka akan menerima €6 jika mendapat bola kuning, dan menerima €0 jika mendapat bola putih. Dalam eksperimen loss-frames, partisipan diberi €6 sebelum mengambil bola secara acak. Jika bola kuning yang keluar, maka ia dapat menyimpan €6 yang telah didapat. Namun, ia harus menyerahkan €6 jika mengambil bola putih. | Eksperimen gain frames dan loss-frames with cash merupakan replikasi dari Pre-Study 1. Partisipan dalam eksperimen loss-frames without cash condition tidak menerima €6 di awal namun diberi tahu bahwa mereka akan mulai dengan €6. Instruksi selanjutnya sama dengan eksperimen loss-frames with cash. | Eksperimen gain frames dan loss frame without cash mengikuti metode Pre Study 2. Sedangkan, dalam eksperimen certain payment condition, peserta akan menerima €1 apabila mendapat nomor dadu 1, menerima €2 apabila mendapat nomor dadu 2, dan seterusnya. |
Prosedur | Partisipan mengisi kuesioner terkait eksperimen. Setelah itu, partisipan dipersilahkan untuk melempar dadu yang ada di dalam gelas dengan penutup yang memiliki lubang. Partisipan diharapkan melaporkan angka dadu yang didapat di sebuah kertas agar bola putih dapat ditukar dengan bola kuning. | Memiliki prosedur yang sama dengan Pre-Study 1. | Diawali dengan pilot study dimana partisipan mengisi kuesioner tentang persepsi mereka mengenai negosiasi yang akan terjadi. Kemudian, partisipan mengisi kuesioner dan untuk memberikan mereka kesempatan mendapatkan cash maka dilakukan pengocokan dadu seperti pada Pre Study 2. |
Hasil | Tidak ditemukan indikasi kebohongan baik dalam eksperimen gain-frames maupun loss-frames. | Tidak ditemukan indikasi kebohongan dalam eksperimen gain-frames dan loss-frames with cash. Namun, ditemukan bukti kebohongan dalam eksperimen loss-frames without cash karena terjadi over-reported di angka ‘6’ dan under-reported di angka ‘1’. | Ditemukan bukti kecenderungan untuk berbohong pada kasus certain payment condition. |
Main Experiment & Discussion
Untuk mengetahui apakah kecenderungan untuk tidak berbohong dalam konteks gain frames merupakan sebuah fenomena yang berulang atau terjadi karena keterbatasan statistik, maka dilakukan eksperimen ulang untuk menguji efek gain frames dan loss frames (without cash) terhadap kecenderungan berbohong. Partisipan yang terlibat dalam eksperimen ini lebih banyak dari eksperimen Pre Study, yaitu sebanyak 240 partisipan, di mana mereka akan ditempatkan secara acak ke dalam salah satu dari dua eksperimen, gain frames atau loss frames without cash. Adapun prosedur dan manipulation frames yang dilakukan mengikuti Pre Study 3. Dari eksperimen ini didapatkan bukti adanya kecenderungan untuk berbohong dalam situasi gain frames dan loss frames.
Dalam situasi gain frames, terjadi over reported nomor dadu 5 dan under reported nomor dadu 1. Sedangkan, dalam situasi loss frames, terjadi over reported nomor dadu 6 dan under reported nomor dadu 1. Di mana, melaporkan nomor dadu 5 dikategorikan sebagai kebohongan kecil, sedangkan melaporkan nomor dadu 6 dikategorikan sebagai kebohongan besar. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang lebih sering melakukan kebohongan kecil ketika dihadapi gain frames, namun akan melakukan kebohongan besar ketika dihadapi pada loss frames.
Situasi ini dapat dijelaskan dengan argumen bahwa insentif untuk berbohong ketika dihadapi dengan ketidakpastian akan bergantung pada expected value. Dalam kondisi gain frames, insentif seseorang berbohong untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar menjadi lebih rendah karena expected value yang bernilai positif. Sedangkan, dalam kondisi loss frames, insentif seseorang berbohong untuk menghindari kerugian menjadi lebih tinggi karena expected value yang bernilai negatif.
Kesimpulan
Ketika tidak ada sanksi yang timbul dari melakukan kebohongan, maka keputusan untuk berbohong atau tidak, akan menimbulkan konflik antara self-interest dengan self-concept. Dalam penelitian ini terdapat bukti bahwa framing akan mempengaruhi keputusan seseorang untuk berbohong. Untuk menghindari kerugian, maka seseorang akan bersedia melakukan kebohongan besar. Namun, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, seseorang hanya akan melakukan kebohongan kecil untuk mengurangi rasa bersalah mereka ketika keuntungan tersebut sudah didapatkan.
Reviewed from :
Steinel, W., Valtcheva, K., Gross, J., Celse, J., Max, S., & Shalvi, S. (2022). (Dis)honesty in the face of uncertain gains or losses. Journal of Economic Psychology, 90, 102487. https://doi.org/10.1016/j.joep.2022.102487
Ilustrasi oleh Wildan B. Maulana & Batrisyia Izzati Ardhie
Discussion about this post