Hasil dari Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-34 bukanlah hasil terbaik yang diperoleh Universitas Indonesia. Pasalnya, UI terpaksa harus puas menempati posisi ke-21 dengan hanya membawa satu medali perak dan satu medali perunggu. Evaluasi, inovasi, dan optimalisasi perlu dilakukan agar UI dapat kembali meningkatkan prestasi pada saat PIMNAS ke-35 nanti.
Economica mencoba menggali berbagai persiapan dan inovasi UI dalam PIMNAS ke-35 tahun ini bersama Imam Sarif Hidayat, Penanggung Jawab PKM Center, serta Mohammad Sani Akbar, Staf Direktorat Kemahasiswaan UI, dalam wawancara pada Rabu (27/04).
Inovasi Segar dengan Menghadirkan UKM PKM Center UI
Pada tahun 2022, mahasiswa diwadahi untuk berpartisipasi langsung dalam pengelolaan PKM Center UI melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). “Jadi, PKM Center sudah ada unit kemahasiswaannya sendiri, yaitu dengan nama Klub PKM UI,” tutur Imam. PKM Center UI saat ini terdiri dari tiga unsur, yaitu unsur UI dari Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) UI, unsur dosen reviewer dari dosen-dosen internal UI, dan unsur mahasiswa dari Klub PKM UI.
Klub PKM UI merupakan inovasi penting karena mahasiswa itu sendiri merupakan komponen utama yang berpengaruh dalam keikutsertaan di PIMNAS. Sani menjelaskan, hadirnya Klub PKM UI dapat mengetahui lebih dalam perihal kebutuhan dari sudut pandang mahasiswa.
Imam menuturkan, pada tahun-tahun sebelumnya, partisipasi mahasiswa hanya sebatas membantu kegiatan administrasi dengan menjadi volunteer. Sementara itu, tugas dari Klub PKM UI lebih luas, yaitu berfokus pada pelaksanaan kegiatan dan berkoordinasi dengan mahasiswa pengusul proposal PKM hingga PIMNAS ke-35 berlangsung. “Dengan adanya Klub PKM UI, mahasiswa dapat membantu dalam pelaksanaan PKM untuk satu tahun penuh,” ucap Imam.
Tentunya, Ditmawa UI tetap menjadi wadah dasar yang mengakomodasi seluruh aktivitas PKM Center. “Ditmawa UI sebagai wadah dasar untuk mewadahi dari hulu ke hilir proses PKM sampai dengan PIMNAS di UI,” tegas Sani.
Perlu digarisbawahi bahwa tugas dari Klub PKM UI sedikit berbeda dengan UKM lainnya yang berada di UI. Program-program kerja Klub PKM UI lebih condong kepada melakukan pengawalan dari awal proses PKM bergulir hingga PIMNAS di akhir nanti.
“Jadi, prokernya itu seputar di PKM sampai dengan PIMNAS karena mereka lebih khusus fungsi dan tugasnya daripada UKM-UKM lain yang ada di UI pada umumnya,” lanjut Sani terkait perbedaan Klub PKM UI dengan UKM lain yang berada di UI.
Antusiasme Mahasiswa yang Meningkat
Sesuai dengan keterangan Imam, UI merupakan perguruan tinggi yang berada di kluster satu, yaitu perguruan tinggi yang dapat mengajukan proposal PKM dengan jumlah paling banyak.
Pada tahun ini, terdapat pengurangan jumlah proposal yang dapat diajukan dari yang sebelumnya mencapai 1000 proposal menjadi 500 proposal. “Dengan adanya aturan dan pedoman baru, kuota nasional untuk PKM memang dikurangi. Jadi, perguruan tinggi yang berada di kluster satu hanya dapat mengajukan maksimal 500 proposal,” ujar Imam.
Walaupun terdapat pengurangan jumlah proposal, antusiasme mahasiswa untuk mengajukan proposal pada tahap awal terbilang tinggi karena sudah melebihi target yang ditetapkan, yaitu mencapai 600 hingga 700 proposal. “Memang, target kami untuk tahun ini adalah minimal 500 proposal,” ujar Imam.
Adapun, perpanjangan penerimaan proposal PKM hingga mencapai batch enam juga merupakan bukti bahwa antusiasme mahasiswa untuk mengikuti PKM meningkat. PKM Center UI banyak menerima masukan, baik dari pihak fakultas, mahasiswa, maupun Klub PKM UI.
“Masing-masing fakultas memiliki kegiatan dan kesibukan berbeda. Makanya, PKM Center mewadahi batch-batch ini, dari yang awalnya hanya sampai batch tiga, akhirnya diperpanjang hingga batch enam karena waktu yang masih memungkinkan dan masih ada kemungkinan untuk bertambah lagi karena ada antusiasme yang cukup besar di sini,” tegas Sani.
Sebagai tambahan, Imam menuturkan, terdapat keterlambatan pengumuman penyelenggaraan PKM di tahun ini oleh Belmawa Dikti. Untuk mengantisipasi jadwal yang singkat, UI sudah memulai penerimaan proposal sebelum adanya pengunguman.
“Hal tersebut sudah PKM Center UI lakukan sehingga pada batch akhir hanya perlu kami buka untuk jenis PKM yang kuotanya belum terpenuhi saja,” tegas Imam.
Strategi Kerja Sama PKM Center dengan Biro Jodoh BEM UI
BEM UI juga memainkan peran yang integral bagi penyebaran informasi mengenai PKM melalui Biro Jodoh BEM UI. Pembentukan kerja sama ini merupakan langkah yang sudah, sedang, dan selalu dilakukan oleh PKM Center. “Untuk tahapan awal ini, PKM Center UI dari sisi mahasiswanya selalu melakukan koordinasi dengan Biro Jodoh dari BEM UI,” ujar Imam.
Tidak terbatas dari pihak BEM UI saja, Imam menjelaskan, pihaknya (PKM Center) juga menjalin kerja sama dengan pihak BEM di tingkat fakultas yang berfokus pada divisi penelitian dan keilmuan.
“Sebenarnya, kerja sama ini terbuka untuk semua unsur yang ada di UI yang berhubungan dengan penelitian atau keilmuan di dalamnya, termasuk lembaga-lembaga mahasiswa lain, seperti himpunan mahasiswa yang terdapat di dalamnya ada unsur penelitian dan keilmuannya di situ bisa menjadi poin kerja sama unsur mahasiswa PKM Center kedepannya,” ucap Imam.
Manfaat dan Dukungan yang Diperoleh Mahasiswa dalam Mengikuti PIMNAS
Partisipasi dalam PIMNAS membawa manfaat tersendiri bagi mahasiswa. Imam menjelaskan, manfaat utama yang diterima berupa konversi SKS dan dana bantuan yang dapat mendukung penelitian mereka.
Selain itu, Sani menambahkan bahwa terdapat keuntungan tidak langsung, salah satunya pengajuan proposal sebagai skripsi atau tugas akhir. Dengan kata lain, mahasiswa dapat mengerjakan skripsi mereka lebih awal. “Jadi, kita pernah melakukan konsinyering dengan dosen-dosen UI di semua prodi terkait dengan adanya PKM dan PIMNAS ini. Dari kebanyakan mereka sangat mendukung jika mereka mengajukan proposal PKM, itu bisa diterima sebagai seminar atau misalkan pra-skripsi mereka,” jelas Sani.

Imam juga menjelaskan bahwa hasil atau output dari PKM, terutama yang berwujud prototipe dapat diklaim hak patennya oleh mahasiswa yang bersangkutan. “Nah, rancangan produk ini nanti PKM Center UI juga mewadahi bagi tim-tim pengusul yang lolos didanai, yang sudah melakukan pengerjaan dari produknya atau luaran produknya ini, nanti bisa nih diajukan sebagai kekayaan intelektual dari mahasiswanya sendiri,” tambah Imam.
Sani menyimpulkan bahwa tidak ada ruginya untuk ikut berpartisipasi dalam PIMNAS. Bahkan apabila di tahap final tidak menyelesaikan PKM yang sudah dimulai, mahasiswa tetap akan mendapatkan apresiasi berupa konversi SKS dan bantuan dana penelitian.
Harapan UI untuk PIMNAS 35
Pada PIMNAS ke-35 ini, Imam dan Sani berharap bahwa setidaknya ada peningkatan dari tahun lalu berupa perolehan medali emas. “Harapan kita paling enggak kita mendapatkan medali emas di PIMNAS 35 ini,” ujar Sani.
Untuk mencapainya, PKM Center sudah mengumpulkan kontingen-kontingen UI yang berhasil memperoleh juara di PIMNAS untuk berbagi tips-tips dan menjadi contoh untuk calon wakil UI pada PIMNAS tahun ini. Imam juga menambahkan bahwa akan ada proses monitoring dan evaluasi internal untuk mengukur kemajuan tim-tim pengusul proposal PKM pada tahun ini.
Di akhir sesi wawancara, baik Imam atau Sani, berharap agar mahasiswa semakin aktif dan menegaskan bahwa partisipasi mahasiswa yang akan atau pernah mengikuti PKM sangat berharga dalam kegiatan seperti ini.
Ilustrasi oleh Batrisyia Izzati Ardhie dan Deasma Hazel
Editor : Tara Saraswati, Muhammad Ramadhani
Discussion about this post