Misteri dari kasus kematian Akseyna Ahad Dori belum juga menunjukkan titik terang. Akseyna yang lebih akrab dengan panggilan Ace, ditemukan tewas tujuh tahun lalu di Danau Kenanga, Universitas Indonesia, dengan begitu banyak kejanggalan. Mulai dari surat wasiat, luka lebam di sekujur tubuh, kamar kos yang berantakan, hingga batu yang ditemukan dalam tas yang ia kenakan pada saat tubuhnya ditemukan. Satu bulan setelahnya, polisi menyatakan bahwa kasus ini merupakan kasus pembunuhan 1Yusuf. (2015). TERUNGKAP: Akseyna UI Tewas di Danau karena Dibunuh. Diambil dari Tempo.co: https://metro.tempo.co/read/663366/terungkap-akseyna-ui-tewas-di-danau-karena-dibunuh
Berbagai gerakan dan aksi telah dilakukan oleh mahasiswa kepada pihak rektorat untuk menuntut kejernihan dari kasus ini. Bahkan sekitar sebulan yang lalu, tepatnya pada Selasa (29/03), aliansi BEM se-UI mengadakan aksi dan doa bersama di Taman Lingkar Danau Kenanga.
Naas, pihak rektorat acapkali mengubah fokus utama pergerakan tersebut, alih-alih memproses tuntutan keluarga korban malah berujung pada pengbungkaman. Tujuh tahun berlalu, bermacam-macam janji sudah dicicipi pihak keluarga, tetapi harapan untuk mengungkap kebenaran tidak berhenti sampai keadilan benar-benar terungkap.
Dalam kesempatan ini, Economica menghadirkan tulisan tentang bagaimana perjuangan keluarga dalam mencari keadilan untuk Ace. Hasil tulisan ini kami susun berdasarkan wawancara singkat bersama pihak keluarga yang diwakili oleh Arfilla Ahad Dori sebagai saudara kandung Ace.
Usaha Keluarga Tidak Sebanding dengan Usaha Penyelidikan
Berbagai upaya mencari keadilan untuk Ace telah ditempuh pihak keluarga. “Mulai dari bikin akun media sosial dan reminder setiap tahun supaya publik dan polisi ingat, mengirim surat permohonan bantuan (ke UI, Komnas HAM, Kompolnas, Kapolri, Polda Metro Jaya, Polda Jabar, Polres Depok, Polsek Beji), membuat petisi publik, meminta bantuan BEM UI, mengumpulkan informasi dari masyarakat lewat information pool, dan lain-lain,” jelas Arfilla.
Seiring waktu berjalan, pihak keluarga menyadari kepolisian semakin minim mengusut kasus Ace. “Kalau polisi, dulu di awal kasus masih terlihat aktif mengusut dan menginformasikan pada kami dan masyarakat. Tapi sekitar tiga tahun belakangan ini sama sekali tidak pernah terdengar infonya lagi terkait penyelidikan,” ujar Arfilla. Mereka juga menyatakan kekecewaan terhadap pihak Universitas Indonesia yang bungkam dan cenderung tidak mendukung.
Pihak keluarga telah melakukan konfirmasi dengan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) yang juga telah mengajukan permohonan pemberian klarifikasi kepada Polda Metro Jaya. Namun, hingga saat ini, mereka belum juga mendapat informasi lebih lanjut. Absennya dukungan dari pihak yang berwenang memperlambat dan mempersulit perkembangan dari kasus Ace.
Tantangan yang Dialami Keluarga dalam Mencari Keadilan
Sejak awal penyelidikan, pihak keluarga merasa pihak UI sendiri tidak memberikan kontribusi yang berarti. “Kami minta bantuan hukum dan pembentukan tim investigasi internal, ditolak. Mereka hanya memberi pendampingan hukum untuk para mahasiswa yang jadi saksi kasus ini, tapi menolak memberi pendampingan hukum untuk kami,” sebut Arfilla . Hal tersebut sangat mengecewakan pihak keluarga karena Ace pada saat itu masih merupakan mahasiswa aktif UI.
Terlebih lagi, pihak jurusan juga menyampaikan pernyataan yang tidak mendukung. “Pihak jurusan sendiri juga saat itu justru menyebutkan kalau penyelidikan kasus mengganggu proses perkuliahan dan ujian,” sambung Arfilla. Tidak hanya itu, salah satu dosen Biologi UI secara terang-terangan menyudutkan pihak Ace dan keluarga melalui cuitan di Twitter, yang dinilai pihak keluarga tidak etis.

Sejak tahun 2015, pihak kepolisian menjanjikan agar kasus ini segera terselesaikan. Namun pada kenyataannya, kasus ini masih belum menemukan titik terangnya. “Setiap ada pergantian jabatan juga polisi selalu menjanjikan akan mengungkap. Tapi nyatanya sampai tujuh tahun lebih juga belum,” terang Arfilla. Pihak keluarga pun mengaku tidak tahu apa yang menyebabkan lambatnya proses penyelidikan.
Harapan Menuju Titik Terang
Selama ini, ada beberapa pihak diluar UI dan kepolisian yang menawarkan bantuan terhadap kasus tersebut. Begitu besarnya dukungan dan tawaran dari berbagai pihak, kepolisian dan pihak UI-lah yang dapat mempercepat pengusutan kasus ini.
Besar harapan keluarga untuk pihak kepolisian dan pihak UI. “Polisi semestinya mempercepat pengusutan dan pengungkapan tersangka kasus ini, juga transparan memberikan informasi pada kami keluarga korban dan masyarakat. UI semestinya ikut aktif berjalan bersama kami mengawal kasus ini,” ucap Arfilla
Menurut keluarga, pihak UI dapat berperan langsung bersama pihak kepolisian untuk menuntaskan kasus tersebut. “UI juga sebenarnya sangat mampu untuk membantu polisi dalam penyelidikan karena UI memiliki sumber daya yang cukup, seperti lab forensik, ahli hukum, dan ahli kriminologi,” sambung Arfilla
Tujuh tahun telah berlalu, tetapi kasus Akseyna masih belum mendapatkan perhatian, baik dari pihak Universitas maupun kepolisian. Berbagai cara sudah dilakukan keluarga termasuk membuat petisi untuk memperjuangkan keadilan Akseyna. Pihak keluarga berhak mendapatkan kejelasan dan ketuntasan kasus dari pihak yang berwenang, serta dukungan penuh dari pihak universitas.
Ilustrasi oleh Fadhli Rahman Jamal
Editor: Muhammad Ramadhani, Anindya Vania, Tahtia Sazwara
Referensi
↵1 | Yusuf. (2015). TERUNGKAP: Akseyna UI Tewas di Danau karena Dibunuh. Diambil dari Tempo.co: https://metro.tempo.co/read/663366/terungkap-akseyna-ui-tewas-di-danau-karena-dibunuh |
---|
Discussion about this post