Pada Senin (11/04), Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar aksi demo di depan gedung MPR/DPR RI untuk menyampaikan empat tuntutan dan desakan kepada wakil rakyat untuk mendengarkan aspirasi rakyat bukan aspirasi partai, menjemput aspirasi yang dilakukan massa di berbagai daerah, bersikap tegas menolak wacana masa jabatan presiden 3 periode hingga meminta jawaban 18 tuntutan yang pernah ditujukan kepada Presiden.
Pada aksi 11 April, Kepala Biro Humas BEM UI, Navio, menjelaskan kepada TribunJakarta bahwa pihaknya tidak turut serta dalam aksi tersebut. “Namun, tidak membatasi rekan-rekan UI di luar BEM UI untuk turun langsung,” ujar Navio. Sebelumnya, aksi serupa pun sudah dilakukan oleh BEM UI. Melalui press release yang disebarkan melalui kanal media sosial milik BEM UI, telah dilaksanakan aksi penolakan penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden pada 1 April 2022. Hal tersebut dilanjutkan dengan konferensi pers oleh Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI) pada 10 April 2022, di mana BEM UI tergabung di dalamnya.
Longmarch Mengawali Aksi Masa
Berdasarkan seruan yang dilakukan oleh BEM SI, demonstrasi di depan gedung MPR/DPR RI direncanakan pada pukul 10.00 WIB. Namun, terjadi pergeseran jadwal karena masa aksi mahasiswa terlebih dahulu berkumpul di depan gedung TVRI sebelum menyambangi gedung MPR/DPR RI di Jalan Gatot Subroto.
Sebelum aliansi mahasiswa yang tergabung dalam BEM SI datang, terlihat kelompok buruh yang tergabung dalam Gabungan Serikat Buruh Independen (GBSI) melakukan demonstrasi terlebih dahulu di depan gedung MPR/DPR RI. Mereka menyuarakan keresahan atas harga bahan kebutuhan pokok yang terus meningkat.
Selama kurang lebih tiga jam menunggu, akhirnya mahasiswa pun mulai melakukan unjuk rasa. Unjuk rasa diawali dengan kelompok mahasiswa yang melakukan longmarch dari gedung TVRI menuju gedung MPR/DPR RI. Mereka berjalan beriringan sambil meneriakkan aspirasi dan beragam yel-yel yang membakar semangat. Tak lupa, bendera identitas dan poster-poster tuntutan digenggam sebagai bentuk simbolis atas kekecewaan dan harapan mereka kepada pemerintah. Akhirnya, masa aksi mulai memadati gerbang utama gedung DPR sekitar pukul 14.00 WIB.
Menegaskan Kembali Tuntutan dari Demo-Demo sebelumnya
Sesampainya masa aksi di depan gedung MPR/DPR RI, orasi pun mulai dilakukan oleh beberapa perwakilan mahasiswa yang setidaknya menyuarakan empat permasalahan utama yang sedang diperjuangkan dari beberapa demo sebelumnya.
Orasi diawali oleh Koordinator Lapangan, Imam Mobilingo, Presiden BEM Universitas Hasanuddin, menuntut pemerintah agar tidak menunda Pemilu tahun 2023 dan mendesak Presiden Jokowi untuk memenuhi segala janji kampanye yang telah beliau sampaikan.
Orasi dilanjutkan oleh Amiza Rezika, Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Lampung, menyampaikan keresahan masyarakat Indonesia, khususnya Lampung atas kenaikan kebutuhan pokok minyak goreng yang sampai saat ini belum mereda. “Februari lalu, Pak Lutfi, Menteri Perdagangan, mengunjungi Lampung dan berjanji kepada emak-emak bahwa harga minyak goreng akan turun sebelum Ramadhan, ternyata tidak realitanya,” jelas Presma Unila.
Presma Politeknik Negeri Samarinda kemudian menyampaikan keresahannya sebagai masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) atas pemindahan Ibukota Kota Nusantara ke wilayah Kaltim. “Masyarakat sepertinya bingung dan kecewa atas pengesahan UU IKN yang terkesan terburu-buru dan tidak transparan melibatkan rakyat,” tutur Presma Polnes. Di sisi lain, Presma Unand melayangkan keresahan masyarakat atas naiknya harga BBM premium yang menjadi salah satu kebutuhan vital masyarakat.
Baca juga: Kajian Tuntutan BEM SI
Kapolri dan Pimpinan DPR RI Bertemu Masa Aksi
Setelah melakukan selama kurang lebih 1,5 jam, tiga pimpinan DPR RI, yaitu Sufmi Dasco Ahmad, Lodewijk F. Paulus, dan Rachmad Gobel serta Kapolri Listyo Sigit menaiki mobil orasi untuk mendengar dan menyampaikan janji bagi masa aksi.
“Saya ada di posisi yang memastikan bahwa seluruh aspirasi adik-adik mahasiswa tersampaikan dan kami akan menjaga agar proses demonstrasi berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, saya berpesan kepada aparat untuk menjaga adik-adik kita,” Pesan Listyo.
Tidak berbeda jauh dengan Kapolri, Pimpinan DPR RI yang diwakilkan oleh Dasco menyampaikan bahwa akan menjamin aspirasi tersampaikan. “Kami berkomitmen untuk menyampaikan berbagai tuntutan mahasiswa kepada pemerintah dalam waktu secepat-cepatnya,” ungkap Dasco.
Kericuhan Terjadi Menjelang Sore Hari
Dari hasil pantauan Economica, aksi kali ini tidak hanya dihadiri oleh elemen mahasiswa, namun banyak pula golongan non-mahasiswa yang hadir, seperti pelajar. Berbeda dengan mahasiswa yang berorasi dan menyampaikan aspirasi dengan cukup tertib, demonstran non-mahasiswa melakukan beberapa tindakan meresahkan. Mereka mulai memanjat dan mendorong pagar gedung hingga melakukan tindakan vandalisme dengan mencoret-coret pagar beserta tembok menggunakan cat semprot.
Selepas Kapolri dan Pimpinan DPR RI pergi meninggalkan masa aksi, kericuhan yang dimulai dari lempar-lemparan botol minum dan saling dorong mulai terjadi. Diduga, terdapat kelompok anarko provokator dan demonstran non-mahasiswa yang menjadi penyebab kericuhan terjadi.
Ade Armando, pegiat media sosial sekaligus Dosen Universitas Indonesia yang turut hadir dalam aksi tersebut menjadi korban pengeroyokan. Disinyalir Ade dikeroyok oleh beberapa oknum demonstran non-mahasiswa. Sebelum kericuhan ini terjadi, Ade mengaku datang dengan maksud dan tujuan baik untuk mendukung mahasiswa dan menyampaikan posisinya yang menolak usulan presiden tiga periode .
Amukan demonstran yang sudah menjadi-jadi membuat kepolisian segera melakukan tindakan pengamanan dan menembakkan gas air mata ke arah demonstran. Satuan pengamanan juga membentuk barikade perisai dan memukul mundur demonstran menjauhi titik aksi. Hingga sore hari menjelang maghrib di tengah hujan mengguyur, masih terdengar suara letupan, asap yang menyelimuti jalan, serta demonstran yang berlarian dari kejaran polisi.
Editor: Muhammad Ramadhani
Discussion about this post