“Dalam pergolakan inilah, di Surabaya mulai menunjukkan adanya gejala-gejala mobisme, yaitu massa rakyat gado-gado yang bertindak tanpa organisasi, aturan, dan tanpa disiplin. Massa rakyat demikian ini bertindak hanya mengikuti insting atau naluri, bukan lagi mengikuti rasio atau pikiran yang sehat.” -halaman 103 Buku “Peran Surabaya dalam Revolusi Nasional 1945” Karya Moehkardi.
Hari Pahlawan diperingati setiap tahunnya pada tanggal 10 November sejak ditetapkan Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 oleh Presiden Soekarno 62 tahun yang lalu. Mengutip Ida Mirawati dalam Sepenggal Catatan Tentang Kepahlawanan dalam Arsip yang dimuat majalah ARSIP edisi ke-64, Hari Pahlawan diperingati untuk mengenang terjadinya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Pertempuran yang kerap disebut sebagai Pertempuran Surabaya atau Pertempuran 10 November tersebut telah banyak dibahas dalam berbagai buku dan artikel, termasuk buku Peran Surabaya dalam Revolusi Nasional 1945 karya Moehkardi.
Peran Surabaya dalam Revolusi Nasional 1945, selanjutnya disebut Peran Surabaya, adalah sebuah buku hasil karya Drs. Moehkardi, seorang pensiunan dosen sejarah Akademi Angkatan Bersenjata RI. Buku ini tergolong masih baru, diterbitkan dan dicetak tahun lalu pada September 2020. Buku terbitan Gadjah Mada University Press ini juga relatif pendek; dengan jumlah 158 halaman, Peran Surabaya bisa digolongkan sebagai bacaan singkat.
Isi dari Peran Surabaya sendiri menceritakan ulang sebuah kisah yang telah kita kenal dari bahasan sejarah dalam kurikulum sekolah menengah: Pertempuran Surabaya, ketika bangsa Indonesia dengan berani melawan gempuran pasukan Inggris di Surabaya pada bulan November 1945. Namun, Moehkardi tidak hanya mengisahkan mengenai pertempurannya sendiri, tetapi juga memberikan perhatian pada kejadian-kejadian yang melatarbelakangi Pertempuran Surabaya. Sebagai contoh, Peran Surabaya dimulai dengan uraian singkat tentang sejarah kota Surabaya, sebelum membahas peristiwa-peristiwa di Surabaya mulai dari proklamasi kemerdekaan sampai dengan akhir pertempuran. Setelahnya, Moehkardi juga mengungkit aspek-aspek Pertempuran Surabaya yang dapat dianggap kontroversial, serta menilik lebih lanjut peran seorang aktor sejarah dalam lingkup Pertempuran Surabaya.
Untuk buku yang terbilang singkati, Moehkardi menguraikan Pertempuran Surabaya dengan cukup komprehensif. Nada penulisan Peran Surabaya adalah naratif-analitis; tidak hanya mengisahkan jalannya kejadian-kejadian yang bermuara pada pecahnya Pertempuran Surabaya, tetapi juga mengajak para pembaca untuk berpikir dan mencari tahu lebih lanjut dengan uraiannya dan referensinya. Beberapa peristiwa penting yang mendahului Pertempuran Surabaya, seperti kematian Brigadir A.W.S. Mallaby di Surabaya pada akhir Oktober 1945, diulas secara cukup rinci dengan segudang sumber yang mendukung berbagai macam sudut pandang atas suatu kejadian, yang secara tidak langsung mengingatkan pembaca akan kerumitan proses penulisan sejarah.
Walau begitu, buku ini bukannya tidak berkekurangan. Pertama, kualitas foto dan tata letaknya. Beberapa foto dalam buku ini yang merupakan foto dari sebuah gambar atau foto yang telah dimuat dalam buku-buku lain tanpa suntingan untuk memperbaiki kekurangan hasil foto tersebut. Hal ini cukup mengganggu ketika membaca karena tampilan foto tersebut merusak tatanan Peran Surabaya yang sebenarnya sudah rapi dengan paragraf-paragrafnya dan butiran referensinya. Selain itu, buku ini tidak sepenuhnya sesuai dengan judulnya: Peran Surabaya, wajar jika menitikberatkan Pertempuran Surabaya dalam narasinya, hanya mengalokasikan dua halaman untuk menguraikan dampak Pertempuran Surabaya dan hanya sesekali menarik benang merah antara Pertempuran Surabaya dengan revolusi nasional secara umum. Sayangnya lagi, sebagian dari isi buku ini dihabiskan membahas Sabaruddin, seorang tokoh yang—meski memang berperan dalam kejadian pada masa itu—tidak sepenting tokoh-tokoh lain dalam garis besar Pertempuran Surabaya. Terakhir, sebagian isi buku ini terkesan banyak diangkat dari tulisan Moehkardi sebelumnya.
Namun, mengesampingkan berbagai kekurangan Peran Surabaya, isi buku ini masih tergolong bagus. Buku ini tidak segan memberikan tempat untuk menceritakan beberapa bagian dari peristiwa-peristiwa seputar Pertempuran Surabaya yang sangat berkebalikan dari narasi kepahlawanan Indonesia yang normatif—Moehkardi mendedikasikan satu bab sendiri untuk mengungkapkan hal-hal kontroversial pada masa itu, seperti penembakan terhadap wanita dan anak-anak Belanda oleh para pejuang Indonesia. Analisis Moehkardi juga cukup objektif, dan terlihat bahwa penulisan buku ini tidak hanya mempertimbangkan sumber-sumber Indonesia tanpa memprosesnya secara kritis terlebih dahulu. Selebihnya, mekanisme referensi Peran Surabaya sudah baik dan daftar sumber yang digunakan dalam penulisan buku ini ekstensif, meski ada beberapa artikel krusial tentang Pertempuran Surabaya yang sayangnya tidak digunakan Moehkardi dalam Peran Surabaya.
Secara keseluruhan, Peran Surabaya dalam Revolusi Nasional 1945 adalah buku yang tepat untuk dibaca jika ingin tahu lebih banyak mengenai Pertempuran Surabaya. Orang-orang yang awam terhadap kejadian-kejadian seputar Pertempuran Surabaya bisa memahami buku ini dengan mudah oleh karena gaya penceritaannya yang tidak bertele-tele.
Pembaca juga akan mendapatkan perspektif yang lebih netral dan objektif dari Peran Surabaya, apalagi bila dibandingkan dengan bias yang sangat nyata dari buku-buku Indonesia lainnya mengenai Pertempuran Surabaya. Sedangkan, bagi orang-orang yang cenderung akademis atau memang merupakan akademisi, daftar referensi buku ini lebih dari memadai jika ingin menyelam lebih lanjut ke dalam historiografi dan sejarah Pertempuran Surabaya. Buku ini disarankan bagi siapapun yang tertarik pada Hari Pahlawan, Pertempuran Surabaya, dan kisah-kisah dibaliknya.
Editor: Ruthana Bitia, Qurratu Aina, Alfina Nur Afriani
Ilustrasi oleh Ahmad Aadiyat
Discussion about this post