Economica
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
No Result
View All Result
Economica
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
No Result
View All Result
Economica
Home Mini Economica

Does Poverty Negate The Impact of Social Norms on Cheating?

by Bilal Reginald Putra & Tarisha Yuliana
26 November 2021
in Mini Economica, Penelitian

PENDAHULUAN

Perdebatan mengenai perilaku masyarakat miskin terhadap perbuatan curang masih terus diperbincangkan. Pasalnya, banyak pihak yang mengatakan bahwa orang miskin lebih murah hati, dermawan, percaya, bersedia membantu, dan cenderung tidak curang. Disisi lain terdapat pihak yang berpendapat sebaliknya, seperti orang miskin kurang dapat dipercaya, kurang termotivasi secara intrinsik, lebih cenderung berperilaku antisosial, dan cenderung kurang untuk berbagi. Keterbatasan finansial yang dihadapi oleh masyarakat miskin menciptakan tekanan yang besar untuk berbuat curang. Seperti mau menerima suap, menghindari pajak dan perbuatan curang lainnya. Dengan demikian, memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan curang tersebut adalah penting.

Umumnya tindakan kecurangan di masyarakat dapat diminimalisir dengan norma sosial yang mereka anut. Norma sosial ini merupakan alat intervensi sebagai pengingat agar masyarakat enggan untuk melakukan kecurangan. Namun, kemiskinan nyatanya mempengaruhi tingkat kognitif individu. Situasi banyak keterbatasan membuat tingkat fungsi kognitif lebih rendah dibandingkan dengan keadaan yang penuh kelimpahan bagi suatu individu. Padahal, intervensi dari norma sosial membutuhkan kapasitas kognitif yang tinggi agar menciptakan keefektifan. Oleh sebab itu, Boonmanunt et al. (2020) dalam penelitiannya memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan dari kemiskinan pada perilaku curang dan efektivitas norma sosial untuk mengurangi kecurangan tersebut.

DESAIN EKSPERIMEN

Penelitian ini dilakukan dengan subjek 568 petani padi berpenghasilan rendah dari 48 desa di Thailand. Panen beras hanya berlangsung satu kali dalam setahun di Thailand. Oleh karena itu, petani relatif miskin sebelum panen dan relatif kaya setelah panen. Hal ini membuat peneliti dapat menginvestigasi hubungan causal dari kemiskinan terhadap perilaku curang.

Terdapat dua eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini:
1. Baseline cheating game
Eksperimen ini dilakukan untuk mengukur perilaku curang dari petani. Tiap partisipan diberikan amplop yang berisi 10 lembar kertas yang dilipat. Tiap kertas itu bertuliskan nomor dari 1 sampai 10. Partisipan lalu diminta untuk mengambil salah satu kertas secara acak, melihat angka yang mereka dapat, masukan kembali kertas ke dalam amplop dan menyegelnya, lalu melaporkan angka tersebut. Partisipan akan dibayar 10 Bhat dikali dengan angka yang mereka dapat dari kertas tadi. Hal ini menimbulkan insentif agar partisipan berbuat curang.

Peneliti tidak tahu partisipan mana yang berbuat curang dan seberapa banyak besarnya. Tetapi mereka dapat memperkirakan tingkat kecurangan dengan membandingkan expected theoretical distribution dengan hasil laporan para partisipan. Ketika tidak terjadi kecurangan, seharusnya tiap angka dari 1 sampai 10 muncul mendekati 10% dari total partisipan dan rata-rata angka yang dilaporkan partisipan tidak jauh dari 5.5 (penjumlahan dari 1 hingga 10, dibagi dengan 10). Sementara itu, jika angka yang dilaporkan partisipan lebih tinggi dari expected-nya, partisipan diindikasikan melakukan kecurangan.

2. Norm-reminder game
Eksperimen ini dilakukan untuk menguji efektifitas dari intervensi social-norm-reminder untuk mengurangi perilaku curang. Pada eksperimen ini, partisipan sebelumnya diberi tahu bahwa mayoritas petani di provinsi mereka menganggap bahwa perbuatan curang adalah hal yang tidak dapat diterima.

Peneliti melakukan kedua eksperimen ini saat sebelum dan setelah panen dengan partisipan yang berbeda sehingga menghasilkan 2×2 between-subjects design.

HASIL

Berdasarkan hasil analisis panel A pada gambar 1 (di atas) menunjukkan angka rata-rata yang dilaporkan, dan gambar 2 (di bawah) menunjukkan distribusi angka yang dilaporkan di dua permainan, sebelum dan sesudah panen. Pada baseline cheating game petani melakukan kecurangan secara signifikan. Tingkat kecurangan yang dihasilkan sebelum panen sebesar 20,18% (kecurangan secara statistik signifikan. signifikan, p<0,001, uji Chi-square) dan sesudah panen sebesar 20,73% (kecurangan signifikan secara statistik, p<0,001, Chi-square uji). Artinya, kemiskinan itu sendiri tidak dapat memengaruhi untuk berbuat curang baik dalam kondisi sebelum maupun sesudah panen. Sedangkan dalam norm-reminder game, sebelum panen, tingkat kecurangan sebesar 14,73% (kecurangan signifikan secara statistik, p = 0,005, uji Chi-square). Angka ini tidak signifikan di bawah angka pada baseline cheating game. Akan tetapi, setelah panen, norma sosial mengurangi kecurangan secara signifikan relatif terhadap baseline cheating game.

Selanjutnya, hasil regresi mendukung analisis sebelumnya. Regresi pertama menunjukkan keseluruhan kecurangan itu tidak berbeda saat sebelum dan sesudah panen (koefisien After Harvest kecil dan tidak signifikan). Lebih lanjut, peneliti menemukan bahwa seluruh sampel (sebelum panen dan setelah panen), ketika intervensi norma pada kecurangan rendah (koefisien pada intervensi Norm negatif dan signifikan secara marginal). Dalam spesifikasi regresi kedua, peneliti menguji interaksi antara panen dan intervensi norma sosial. Peneliti menemukan bahwa intervensi lebih dari dua kali akan lebih efektif dalam kondisi setelah panen daripada sebelum panen (sementara koefisien pada intervensi Norm sebesar -0,30, efek interaksi Setelah panen × Norm sebesar -0,38). Sedangkan adanya efek berganda menunjukkan bahwa intervensi norma sosial secara ekonomi jauh lebih efektif setelah panen. Namun, interaksi tersebut tidak signifikan secara statistik.
Secara keseluruhan, peneliti menemukan tiga hasil dari analisis tersebut. Pertama, dalam baseline cheating game, perilaku curang tidak berbeda sebelum dan sesudah panen. Kedua, adanya norma sosial secara signifikan mengurangi kecurangan setelah panen (ketika populasi lebih kaya) tetapi tidak sebelum panen (ketika populasi lebih miskin). Ketiga, interaksi antara panen dan norma sosial menunjukkan bahwa norma sosial akan bekerja lebih baik setelah panen daripada sebelum panen, tetapi pengaruhnya tidak signifikan secara statistik.

KESIMPULAN

Pertama, kemiskinan itu sendiri tidak mengubah kecenderungan manusia untuk berbuat curang. Kedua, kemiskinan menghambat pengingat moral (social-norms) menjadi tidak efektif. Hal ini karena kemiskinan mengurangi cognitive resources seseorang. Petani yang miskin mungkin tidak memerhatikan norm reminder yang ada karena cognitive resources mereka telah digunakan untuk “memikirkan” kemiskinan yang mereka hadapi. Oleh karena itu, untuk mereduksi perilaku curang pada orang miskin, peneliti menganjurkan intervensi yang membutuhkan sedikit cognitive resources, seperti hukuman, tanda tangan perjanjian, atau mengubah persepsi kemungkinan tertangkap dan dihukum ketika berbuat curang.

REVIEWED FROM :

Boonmanunt, S., Kajackaite, A., & Meier, S. (2020). Does poverty negate the impact of social norms on cheating?. Games and Economic Behavior, 124, 569-578.

Tweet150

Discussion about this post

POPULER

  • Pancasila di antara Sosialisme dan Kapitalisme

    6369 shares
    Share 2548 Tweet 1592
  • Program dan Kebijakan Kesehatan Mental, Tanggung Jawab Siapa?

    6220 shares
    Share 2488 Tweet 1555
  • Over-socialization: Is Social Media Killing Your Individuality?

    3826 shares
    Share 1530 Tweet 957
  • Pendidikan Seks di Indonesia: Tabu atau Bermanfaat?

    3596 shares
    Share 1438 Tweet 899
  • Indikasi Kecurangan Tim Futsal Putri FT UI dalam Olim UI 2019

    3233 shares
    Share 1293 Tweet 808
  • Tentang
  • Kontak
  • Kebijakan Privasi

© 2019 Badan Otonom Economica

No Result
View All Result
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
Situs ini menggunakan cookie. Dengan menggunakan situs ini Anda memberikan izin atas cookie yang digunakan.

Selengkapnya Saya Setuju
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT