Tepat 10 Oktober 2021, seluruh dunia merayakan Hari kesehatan mental yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas pentingnya kesehatan mental bagi diri mereka. Tidak hanya untuk diri mereka sendiri, kita sebagai manusia diharapkan bisa sadar atas kesehatan mental orang lain. Lantas, bagaimana dengan kepedulian terhadap hal tersebut di dalam lingkup FEB UI?
Program Ruang Asa Sebagai Penegasan Kepedulian BEM
Chiara, selaku Kepala Departemen Adkesma BEM FEB UI yang sekaligus menjadi pengurus Ruang Asa, menyampaikan bahwa Ruang Asa hadir sebagai bentuk kesadaran Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB UI atas pentingnya kesehatan mental. Menurut Chiara, pembentukan Ruang Asa dilatarbelakangi oleh terbatasnya tenaga ahli kesehatan mental yang ada di lingkup Universitas Indonesia. “Dalam lingkup UI, tenaga ahli kesehatan mental masih sangat terbatas,” pungkasnya. Ruang Asa hadir sebagai sarana dari BEM FEB UI agar mahasiswa bisa bercerita terhadap masalah mereka. “Mulai dari sekarang jangan takut buat cerita karena dengan lo bercerita bukan berarti lo lemah, tetapi lo lebih aware terhadap apa yang lo rasain,” tutur Chiara.
Dalam Ruang Asa, terdapat layanan peer counselling yang menyediakan tempat bercerita dengan orang sebaya yang telah dilatih agar mampu menjadi tempat curhat yang dapat dipercaya. Bahkan, layanan peer counselling ini juga menyediakan layanan secara anonim jika mahasiswa merasa tidak ingin diketahui oleh konselornya. Namun, terlepas menggunakan layanan anonim atau tidak, Ruang Asa tetap menjamin keamanan cerita yang disuarakan oleh klien. “Bahkan, sesama konselor dilarang keras untuk berbagi cerita tentang klien yang mereka hadapi,” jelas Chiara.
Program lain yang ditawarkan Ruang Asa, yaitu berupa edukasi kesehatan mental dan layanan psikolog yang dihadirkan untuk mahasiswa. “Edukasi yang diberikan berupa edukasi kesehatan mental dalam keseharian dan konten interaktif yang dipublikasikan melalui Instagram Ruang Asa,” tambah Chiara. Lebih jauh, ia (Chiara) juga menjelaskan bahwa edukasi yang ditawarkan tidak hanya berupa publikasi saja, melainkan juga berupa Webinar dan Live Instagram mengenai pentingnya kesehatan mental bagi diri sendiri (mahasiswa FEB UI).
Peran Fakultas Terhadap Program Kesehatan mental FEB UI
“(Dekanat) FEB UI mengakui bahwa isu mental health ini adalah isu penting yang tidak bisa kita anggap sepele. Apalagi di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian,” terang Irfani Fithria, Kepala Kantor Kemahasiswaan FEB UI. Menurutnya pembelajaran daring mungkin akan lebih melelahkan sehingga mental health ini perlu menjadi perhatian kita bersama.
Chiara menyatakan bahwa Ruang Asa mendapatkan dukungan dari Dekanat FEB UI berupa layanan psikolog gratis yang dihadirkan oleh Kemahasiswaan FEB UI. Layanan psikolog ini tidak hanya dihadirkan untuk melayani mahasiswa S1 saja, tetapi juga S2, dan S3. Psikolog yang didatangkan untuk menangani klien berupa psikolog profesional yang didatangkan bagi mahasiswa yang membutuhkan jasa Psikolog.
“(Pihak Dekanat) FEB UI tentunya akan terus berkolaborasi dan bekerja sama dengan organisasi mahasiswa untuk melakukan inovasi dan continuous improvement,” tutur Irfani. Dekanat FEB UI juga berharap dengan adanya dukungan positif dari Kantor Kemahasiswaan, program ini dapat berjalan secara efektif kedepannya.
Program Kesehatan Mental Mahasiswa, Seberapa Efektif?
Chiara memaparkan, program Ruang Asa yang diusung oleh BEM FEB UI sebagai sarana edukasi dan peer counselling sudah berjalan sejak tahun 2020. Namun, ia (Chiara) masih merasa bahwa eksposur yang dimiliki Ruang Asa sendiri masih kurang dan harus dikembangkan lagi.
Berbeda dengan pendapat Ciara, Irfani justru melihat respon terhadap Ruang Asa sudah cukup baik. Ia (Irfani) juga menyebutkan bahwa kedepannya tautan untuk layanan peer counselling Ruang Asa akan tersedia di Website Kemahasiswaan untuk membantu para mahasiswa menemukannya.
Irfani juga menambahkan bahwa untuk sementara peer counselling akan menangani 14 mahasiswa karena setiap mahasiswa memiliki kompleksitas masalah yang berbeda-beda dan mahasiswa bisa saja membutuhkan lebih dari satu sesi. “Setelah semua teratasi, bisa jadi layanan ini akan membuka batch berikutnya,”tambahnya.
Namun, Irfani juga tidak menampik bahwa Ruang Asa masih memerlukan banyak bantuan dari psikolog profesional. “Barangkali konseling internal fakultas juga perlu disempurnakan dengan bantuan psikolog profesional sebagai pelengkapnya untuk membantu menyelesaikan kasus atau masalah mahasiswa secara lebih holistik dan keduanya akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan akan saling melengkapi,” ujar Irfani. Ia juga menambahkan bahwa pihak dekanat akan terus bekerja sama dengan pihak terkait, termasuk BEM, dalam melakukan inovasi dan perbaikan mengenai layanan kesehatan mental mahasiswa.
Editor: Nismara Paramayoga, Maurizky Febriansyah, Muhammad Ramadhani
Foto oleh Camila Quintero Franco diambil dari Unsplash
Discussion about this post