Economica
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
No Result
View All Result
Economica
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
No Result
View All Result
Economica
Home Mild Report

Kupas Tuntas Fenomena Childfree

by Ricardo Juan & Revanza Auditya
8 Oktober 2021
in Mild Report, Umum

Fenomena Childfree akhir-akhir ini menjadi sebuah fenomena yang banyak diperbincangkan. Ada yang mendukung, ada juga yang mencibir, tentu dengan alasan yang sama beragamnya. Kendati fenomena ini sudah ada sejak lebih dari 50 tahun yang lalu, kehangatan permasalahan ini masih layak untuk terus diperbincangkan. Redaksi Economica berhasil melakukan wawancara dengan Rini Hildayani, S.Psi., M.Si., Psikolog dan Peneliti di Kelompok Riset Studi Keluarga Fakultas Psikologi Universitas Indonesia untuk membahas persoalan ini. 

Apa itu Childfree?

Childfree sendiri merupakan sebuah keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat. Keputusan untuk Childfree ini tidak serta merta menjadikan penganutnya sebagai seseorang yang menganut anti-natalisme. 

Terdapat perbedaan yang jelas antara anti-natalisme dan keputusan Childfree. Anti-natalisme merupakan sebuah pandangan bahwa secara moral, seseorang harus menahan diri untuk mempunyai anak, atau dengan perkataan lain mempunyai anak adalah sebuah kesalahan. Sementara keputusan untuk childfree dapat disebabkan oleh berbagai alasan. 

Alasan seseorang memilih Childfree

Rini menuturkan, terdapat beberapa alasan yang membuat pasangan menikah memutuskan untuk Childfree. Alasan utamanya adalah adanya perubahan dalam orientasi nilai. Dalam masyarakat modern, pandangan terkait keluarga dan kelahiran anak mengalami perubahan. 

Jika dalam masyarakat tradisional, orang yang tidak mempunyai anak dipandang tidak bahagia dan orang yang secara terbuka menyatakan tidak ingin mempunyai anak dianggap tidak sehat secara mental. Sedangkan dewasa ini, orang yang tidak ingin punya anak dipandang normal karena itu merupakan pilihannya sendiri. 

Di samping itu, terdapat juga sejumlah alasan lain, seperti riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan (adanya trauma masa kanak-kanak, model peran orang tua yang buruk, pengalaman mendapatkan pengasuhan yang keras/kasar), masalah psikologis (ketidaksukaan terhadap anak-anak, takut hamil dan melahirkan, takut akan tanggung jawab, dan takut menjadi orang tua yang buruk), masalah ekonomi, dan keinginan untuk berkarier.

Meskipun pihak yang melahirkan adalah perempuan, tetapi keputusan untuk childfree sebaiknya tetap diputuskan oleh kedua belah pihak. Hal ini disebabkan karena orang yang memutuskan untuk menikah, pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Salah satu tujuan yang mungkin adalah untuk memiliki anak/meneruskan keturunan. 

Apabila terdapat tujuan yang tidak sejalan antara dua pasangan, maka akan beresiko untuk terjadinya konflik dan ketidakbahagiaan dalam pernikahan. Belum lagi pernikahan di beberapa tempat, termasuk Indonesia, tidak hanya menyatukan dua individu, tetapi juga dua keluarga, yang mungkin memiliki ekspektasi masing-masing terhadap pernikahan tersebut. Keputusan pasangan untuk Childfree bisa jadi ditentang oleh pihak keluarga besar dan hal ini dapat merusak relasi yang sudah terjalin.

Childfree dan Feminisme

Keputusan Childfree seringkali diasosiasikan dengan gerakan Feminisme yang identik dengan prinsip“kemerdekaan perempuan atas tubuhnya sendiri”. Fenomena Childfree seakan-akan sejalan dengan gerakan Feminisme, dengan menggambarkan perempuan yang memutuskan untuk menjadi Childfree lebih dapat sepenuhnya berpartisipasi dalam aktivitas dan peran yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki. Padahal sejatinya, meninggalkan sepenuhnya peran sebagai ibu tidak pernah menjadi tujuan dari para Feminis. 

Menurut penuturan Rini, bahkan terdapat feminis yang mendukung perempuan untuk memiliki anak lewat kontrol kelahiran yang efektif dan aman, mempertanyakan aturan yang menghambat para ibu untuk berpartisipasi dalam pendidikan dan struktur pekerjaan di masyarakat, serta mendukung pelayanan childcare yang lebih baik sehingga para ibu mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam lapangan kerja. 

Para feminis juga mencurahkan energinya untuk menentang pandangan yang merendahkan peran ibu dan menempatkan perempuan dalam posisi yang lemah dalam keluarga. Maka dari itu, konteks Childfree sebenarnya tidak memiliki keterkaitan dengan feminisme karena nilai dan tujuan yang dijunjung keduanya itu sendiri memang sangat berbeda. 

 

 

Editor: Nismara Paramayoga, Muhammad Zaky Nur Fajar, Hafsha Pia Sheridan

Infografis oleh Jamie Paulus

Tweet170

Discussion about this post

POPULER

  • Pancasila di antara Sosialisme dan Kapitalisme

    5969 shares
    Share 2388 Tweet 1492
  • Program dan Kebijakan Kesehatan Mental, Tanggung Jawab Siapa?

    5464 shares
    Share 2186 Tweet 1366
  • Over-socialization: Is Social Media Killing Your Individuality?

    3232 shares
    Share 1293 Tweet 808
  • Pendidikan Seks di Indonesia: Tabu atau Bermanfaat?

    3203 shares
    Share 1281 Tweet 801
  • Indikasi Kecurangan Tim Futsal Putri FT UI dalam Olim UI 2019

    3173 shares
    Share 1269 Tweet 793
  • Tentang
  • Kontak
  • Kebijakan Privasi

© 2019 Badan Otonom Economica

No Result
View All Result
  • Hard News
  • Kajian
  • Penelitian
  • In-Depth
  • Sastra
  • Mild Report
  • Feature
Situs ini menggunakan cookie. Dengan menggunakan situs ini Anda memberikan izin atas cookie yang digunakan.

Selengkapnya Saya Setuju
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT