Menurut KBBI, Informasi merupakan sebuah pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu. Sebagai manusia yang hidup dengan bersosialisasi, kita memberikan dan membutuhkan informasi dalam berinteraksi dengan sesama. Selain itu, informasi juga menjadi sebuah komoditas yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan, seperti bertransaksi dan mengatasi kebutuhan lainnya. Terlebih lagi informasi menjadi harapan untuk memberikan kepastian di tengah kondisi yang tidak menentu kala Covid-19. Namun, dengan informasi yang berlebihan serta sumber informasi yang banyak di era digitalisasi justru membuat bingung khalayak ramai. Siapa yang dapat dipercaya? Dari mana informasi yang tepat? Apa yang menjadi kriteria informasi dapat dipercaya? serta masih banyak pertanyaan lainnya yang lahir di tengah keingintahuan.
Mengenai kebutuhan akan informasi atas pandemi Covid-19, tak hanya para ahli di bidangnya yang acap kali memberikan informasi. Dari pemuka agama hingga social media influencer juga tidak kalah banyak yang gemar berbagi informasi terkait Covid-19. Tak hanya individual yang memberikan informasi tersebut, media penyampaiannya pun cukup banyak, dan tak jarang terjadi perbedaan informasi antara media A dan media B. Di tengah perbedaan tersebut bisa timbul noise dalam transfer informasi berupa kebingungan. Kebingungan yang dapat terjadi atas informasi sepenting informasi mengenai Covid-19 bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh.
Maka dari itu kami, dari Tim Cerita Data melakukan sebuah penelitian mengenai siapa yang banyak dipercaya, dari mana informasi tersebut disampaikan, serta kriteria seperti apa yang membuat orang memercayai informasi tersebut. Terutama bagi mahasiswa yang dianggap sebagai generasi muda yang banyak terpapar informasi dari berbagai sumber berbeda. Penelitian dilakukan dengan skala mahasiswa yang sedang menempuh jenjang pendidikan strata satu dan diploma di Universitas Indonesia.
Profil Responden
Tim Cerita Data melakukan survei kepada mahasiswa strata satu di 14 fakultas dan 1 sekolah program vokasi yang ada di Universitas Indonesia secara daring menggunakan alat bantu berupa Google Form. Survei dilakukan kepada mahasiswa program vokasi, reguler, paralel, dan KKI. Sampel yang diambil merupakan mahasiswa dari angkatan 2017-2021 dari seluruh fakultas dan sekolah vokasi secara sembarang dengan teknik convenience sampling. Pengambilan data survei tidak secara spesifik memilih angkatan tertentu melainkan seluruh angkatan yang pada umumnya masih aktif agar dapat memberikan gambaran yang lebih representatif, kami berharap bisa mendapat pertimbangan jawaban dari golongan yang bermacam-macam serta pendapat yang beragam pula.
Pada survei kali ini, terkumpul responden sejumlah 327 responden dengan rincian asal fakultas dan program vokasi sebagai berikut: 100 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), 29 mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB), 19 mahasiswa Fakultas Psikologi, 18 mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), 14 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), 12 mahasiswa Fakultas Hukum (FH), 15 mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK), 15 mahasiswa Fakultas Farmasi (FF), 11 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), 11 mahasiswa Fakultas Keperawatan (FIK), 20 mahasiswa Fakultas Teknik (FT), 14 mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), 16 mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer, 16 mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dan 17 mahasiswa Program Pendidikan Vokasi.
Berdasarkan angkatan, latar belakang responden dikelompokan sebagai berikut: 5 mahasiswa angkatan 2017, 26 mahasiswa angkatan 2018, 136 mahasiswa angkatan 2019, 85 mahasiswa angkatan 2020, dan 75 mahasiswa angkatan 2021. Sedangkan pembagian responden berdasarkan gender meliputi 203 perempuan, 116 laki-laki, dan sisanya memilih untuk tidak menjawab. (bridging)
Hasil Survei

Ada banyak cara mendapatkan informasi mengenai Covid-19, seperti: media sosial, media mainstream, aplikasi pesan instan, dan atau situs resmi pemerintah. Tim Cerita Data mencoba menelusuri sumber berupa platform apa yang acap kali dipergunakan di lingkungan mahasiswa UI.
Survei yang telah dilaksanakan menghasilkan jawaban platform yang paling sering digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai Covid-19 oleh responden adalah media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook sebanyak 82% responden, lalu diikuti oleh media mainstream yang berupa kantor berita utama, stasiun radio dan televisi sebanyak 9%, disusul oleh aplikasi pesan instan sebesar 5% responden, kemudian sebanyak 3% responden sering mendapatkan informasi mengenai Covid-19 melalui aplikasi atau situs resmi pemerintah, dan 1% mengisi survei dengan melakukan research dan update sendiri melalui media apapun termasuk data statistik online.

Pemilihan platform maupun sumber informasi bisa dipengaruhi oleh beberapa hal atau kriteria. Kriteria kemudahan akses informasi menjadi salah satu kriteria yang sangat penting menurut 254 responden yang disusul dengan 67 responden beranggapan penting dan 6 responden merasa tidak penting. Jika dibandingkan dengan kriteria lainnya, persentase sangat penting pada kriteria kemudahaan akses merupakan yang paling rendah sejumlah 77,7%.
Kriteria selanjutnya, seberapa penting keakuratan informasi dalam mengakses informasi mengenai Covid-19, mayoritas responden (90,5%) menjawab keakuratan informasi sangat penting. Hal ini menjadikan kriteria keakuratan informasi menjadi kriteria dengan persentase sangat penting tertinggi bagi kalangan mahasiswa UI.
Lalu, seberapa penting kriteria keaktualan informasi tercatat sebanyak 282 responden menganggap sangat penting dan disusul 40 responden menganggap penting dan 5 tidak penting.
Kredibilitas media menjadi salah satu kriteria yang Tim Cerita Data pertanyakan kepada responden, terangkum 84,7% responden memilih kredibilitas media sangat penting, lalu 14,1% mahasiswa UI (responden) beranggapan kredibilitas media sebagai sesuatu yang penting dan 1,2% responden menjawab tidak penting.

Informan dengan latar belakang peneliti memiliki tingkat kepercayaan yang cukup tinggi di tengah kalangan responden mahasiswa UI. Sebanyak 169 responden menjawab sangat percaya, 147 responden sebatas percaya, dan sisanya menjawab tidak percaya 10 responden dan 1 sangat tidak percaya.
Informan dengan latar akademisi memiliki tingkat kepercayaan yang cukup tinggi di kalangan responden mahasiswa UI. 42,5% responden memilih untuk sangat percaya terhadap akademisi, 54,1% percaya terhadap akademisi, 3,1% tidak percaya dan 0,3% memilih sangat tidak percaya.
Tingkat kepercayaan terhadap social media influencer dalam mendapatkan informasi mengenai Covid-19 bagi responden tercatat sebagai berikut: 13 responden sangat percaya, 115 responden percaya, 162 responden tidak percaya, dan 37 responden sangat tidak percaya kepada social media influencer. Dapat disimpulkan bahwa kalangan mahasiswa UI yang menjadi responden cenderung untuk tidak percaya, bahkan jumlah responden yang sangat tidak percaya hampir tiga kali lipat responden yang sangat percaya.
Untuk selanjutnya, tokoh atau pemuka agama menjadi salah satu latar belakang informan yang dimasukkan ke dalam survei berdasarkan dengan kerap kali mereka memberikan informasi pada berbagai macam jenis platform. Di kalangan responden mahasiswa UI, tokoh atau pemuka agama memiliki tingkat kepercayaan sebagai berikut, dengan yang paling banyak dipilih adalah tidak percaya yang diikuti dengan percaya: 17 mahasiswa memilih sangat percaya, 118 mahasiswa memilih untuk percaya, 153 mahasiswa memilih untuk tidak percaya dan 39 mahasiswa sangat tidak percaya. Sebanyak dua kali lipat lebih mahasiswa memilih untuk sangat tidak percaya dibandingkan untuk sangat percaya kepada tokoh atau pemuka agama untuk mendapatkan informasi mengenai Covid-19.
Profesi dokter atau tenaga kesehatan menjadi informan yang sangat dipercaya dibandingkan dengan kategori lainnya. Dibuktikan dengan 89,1% responden memilih untuk sangat percaya, disusul dengan 29,7% percaya dan 1,2% tidak percaya kepada dokter atau tenaga kesehatan dalam mendapatkan informasi mengenai Covid-19.
Mayoritas responden berdasarkan survei memilih untuk memercayai jurnalis sebagai sumber informasi mengenai Covid-19, tertera sebagai berikut: 4 responden sangat percaya, 194 responden percaya, 94 responden tidak percaya, dan 11 responden sangat tidak percaya kepada jurnalis.
Terakhir yang kerap kali memberikan informasi terkait Covid-19 adalah keluarga atau kenalan, menurut kalangan responden mahasiswa UI mereka memiliki tingkat kepercayaan terhadap keluarga atau kenalan pada tingkat percaya. Sebanyak 18 responden sangat percaya, 149 responden percaya, 132 responden tidak percaya dan 28 responden sangat tidak percaya.

Dengan persebaran yang cukup unik, Tim Cerita Data mencoba mencari tahu lebih dalam mengenai karakteristik informan yang dipercayai oleh responden. Terdapat delapan karakteristik yang disuguhkan dalam survei, yakni latar belakang pendidikan yang relevan, gender, penggunaan sumber atau data terpercaya, penggunaan narasi fear mongering, penggunaan narasi positif, memiliki pengikut yang banyak, sering muncul di media mainstream, serta dikenali atau memiliki hubungan dengan responden. Para responden dapat memilih beberapa karakteristik bagi informan yang dapat mereka percayai.
Hasil survei menunjukkan informan yang menggunakan data atau sumber terpercaya menjadi karakteristik yang dipilih terbanyak, yakni oleh 316 responden atau 96,6%. Kemudian sebanyak 292 responden beranggapan informan yang memiliki latar pendidikan yang relevan merupakan karakteristik informan yang dapat dipercaya kedua terbanyak. Selanjutnya karakteristik yang dipilih ketiga terbanyak oleh responden adalah informan yang menggunakan narasi positif sebanyak 87 responden. Kemudian informan yang dikenal atau memiliki hubungan dengan responden dipilih terbanyak keempat dengan jumlah pemilih 43 responden. Selanjutnya informan yang sering muncul di media mainstream dipilih oleh 34 responden menjadi karakteristik informan yang dipercayai. Sisanya, informan dengan karakteristik memiliki pengikut yang banyak, menggunakan narasi fear mongering dan berasal dari gender tertentu secara berurutan dipilih 13, 8, dan 1 responden.
Sedikit case study
Terakhir, Tim Cerita Data ingin mengetahui apa yang dilakukan para responden setelah mendapatkan informasi mengenai Covid-19 dari informan yang mereka pilih dan jika para responden mendapatkan informasi dari dua pihak dengan latar belakang sama namun informasi yang diberikan berbeda.
Sebanyak 88,4% responden mengakui bahwa mereka melakukan pemeriksaan atas informasi yang mereka terima tersebut dan 11,6% responden lainnya memercayai sepenuhnya tanpa memeriksa ulang informasi yang mereka terima. Dan untuk informasi yang berbeda, responden dengan jumlah 84,4% merasa perlu membandingkan informasi yang mereka dapatkan, 12,8% memilih untuk membandingkan kedua informan tersebut, dan sisanya memilih untuk memercayai informasi yang diberikan oleh informan yang dikenali.
Kesimpulan
Melihat penyebaran informasi yang semakin progresif dan menyeluruh, limitasi-limitasi yang perlu dilewati sumber untuk mencantumkan suaranya di muka umum kerap melemah. Kemunculan akses yang lebih mudah baik sebagai penerima informasi maupun sumbernya, menyebabkan jangkauan informasi semakin meluas. Bagi mahasiswa UI, kemudahan tersebut merupakan hal penting pada masa pandemi ini. Dari berbagai macam akses tersebut, sebagian besar mahasiswa UI mendapatkan informasinya melalui media sosial. Di platform tersebut, semua pengguna dapat menyampaikan informasi sehingga kemudahan akses terhadap informasi tadi juga berdampak pada meningkatnya diversifikasi informasi di masyarakat.
Pada pandemi Covid-19 ini, distorsi terhadap akurasi dan kredibilitas dari informasi yang tersebar di masyarakat memiliki risiko untuk menyebabkan masyarakat melakukan hal yang salah, bahkan berbahaya. Hal tersebut membuat sebagian besar dari mahasiswa UI menggunakan parameter tertentu dalam memilah informasi yang didapatkan. Keakuratan sebuah informasi menjadi poin yang dianggap paling penting oleh kalangan mahasiswa UI, selain keakuratan sebuah informasi keaktualan sebuah informasi menjadi keaktualan informasi mengenai Covid-19. Dibuktikan dengan masuknya ke dalam kategori sangat penting dengan jumlah 86,2% responden yang setuju terhadap hal ini. Pernyataan tersebut tercerminkan dari preferensi kepercayaan mayoritas mahasiswa UI terhadap informan dengan latar belakang peneliti, dokter, atau tenaga kesehatan untuk memberikan informasi mengenai pandemi Covid-19. Argumen ini dilatarbelakangi karakteristik yang harus ada dari informan tersebut.
Sebagian besar mahasiswa UI menjawab bahwa mereka lebih mempercayai informan yang menjabarkan data dengan sumber terpercaya, serta memiliki latar pendidikan yang relevan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa mahasiswa UI menjunjung kemudahan akses terhadap informasi yang akurat di masa pandemi ini, baik dari informan dengan latar belakang yang relevan, maupun informasi yang dilengkapi data dan sumber terpercaya.
Discussion about this post