Dunia mengalami kehebohan dengan dijatuhkannya bom atom untuk pertama kalinya (bukan uji coba) dalam peperangan pada 76 tahun yang lalu. Bom tersebut dijatuhkan di Kota Hiroshima dan Nagasaki, berturut-turut pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 oleh pihak tentara Amerika Serikat. Peristiwa ini merupakan salah satu rangkaian dari linimasa berjalannya Perang Dunia II,—perang paling brutal hingga saat ini—dengan korban mencapai lebih dari 70 juta jiwa. Kedua bom ini sendiri perkiraan menewaskan total lebih dari 200 ribu jiwa1Wellerstein, A. (2020, August 4). Bulletin of the Atomic Scientist 75 years and counting. Retrieved from https://thebulletin.org/: https://thebulletin.org/2020/08/counting-the-dead-at-hiroshima-and-nagasaki/.
Belum ada Presiden Amerika Serikat yang berkata “Maaf”
Presiden Amerika Serikat kala itu, Harry S Truman, sebagai pemberi perintah pengeboman menyatakan bahwa langkah tersebut harus dilakukan untuk mempercepat berakhirnya perang. Truman sendiri tidak pernah berkata maaf atas apa yang menjadi keputusannya itu. Begitu pun dengan era presiden pasca Truman. Presiden Ronald Reagen misalnya, mengamini apa yang menjadi keputusan Truman bahwa pengeboman tersebut mencegah konflik yang lebih mematikan lagi dengan korban jiwa yang lebih banyak di pihak Amerika Serikat2United Press International. (1985, August 6). REAGAN: BOMB WAS NECESSARY TO END THE WAR. Retrieved from https://www.sun-sentinel.com/: https://www.sun-sentinel.com/news/fl-xpm-1985-08-06-8502010632story.html. Penerusnya, yaitu Presiden George H. W. Bush juga berkata di media “No apology to Japan for A-Bombs”3Unknown. (1991, February 12). BUSH: NO APOLOGY TO JAPAN FOR A-BOMBS. Retrieved from https://www.washingtonpost.com/: https://www.washingtonpost.com/archive/politics/1991/12/02/bush-noapology-to-japan-for-a-bombs/f2f53a5f-f259-426e-b357-741f978a361b/. Untuk kesekian kalinya, Presiden Bill Clinton juga menolak untuk menyatakan maaf sembari membela diri bahwa “US owe no apology…”4Reuters. (1995, April 8). No Apology For Hiroshima. Retrieved from https://www.nytimes.com/: https://www.nytimes.com/1995/04/08/us/no-apology-for-hiroshima.html. Presiden Barack Obama pada tahun 2016 pernah membuat sejarah sebagai presiden AS pertama yang mengunjungi Hiroshima. Namun, tetap tidak ada kata maaf yang terlontar dari Obama kepada Jepang saat menyampaikan pidatonya pada peringatan yang ke-71 tersebut5Hu, E., & Domonoske, C. (2016, May 27). Obama Makes Historic Visit To Hiroshima Memorial Peace Park. Retrieved from https://www.npr.org/: https://www.npr.org/sections/thetwoway/2016/05/27/479691439/president-obama-arrives-in-hiroshima-the-first-sitting-commander-in-chief-tovis.
“The Dropping of the bombs stopped the war, saved millions of lives” -Harry S.Truman
Pada intinya, pihak pemerintah Amerika Serikat membela diri bahwa apa yang menjadi keputusan pemerintahnya kala itu diperlukan untuk menekan pihak Jepang agar menyerah sesegera mungkin untuk menghindari konflik berkepanjangan yang bisa menyebabkan jatuhnya korban lebih banyak lagi. Jika Amerika Serikat meminta maaf, seolah-olah pihak mereka-lah yang menjadi dalang di era Perang Dunia II. Masuknya Amerika Serikat secara langsung dalam pertempuran Perang Dunia II juga dipengaruhi dengan diserangnya kapal tempur mereka di Pearl Harbour, Hawaii oleh pihak Jepang. Serangan inilah yang kemudian memulai kebrutalan yang terus menerus terjadi pada perang pasifik antara pihak sekutu dengan Jepang. Peperangan pasifik ini juga pada akhirnya berdampak terhadap wilayah-wilayah di Asia Tenggara, tak terkecuali Indonesia. Indonesia sempat juga merasakan pahitnya penjajahan Jepang dari tahun 1942 hingga 1945. Menyerahnya Jepang terhadap sekutu pada Perang Dunia II juga melemahkan posisi Jepang di negara-negara jajahannya yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh pejuang-pejuang di beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia untuk berani memproklamasikan kemerdekaan negaranya masing-masing dari tangan Jepang. Alibi ini juga dipakai oleh pihak Amerika Serikat bahwa justru pengeboman itu “menyelamatkan” bangsa-bangsa di Asia dari kekejaman Jepang yang sudah terjadi menahun.
Selanjutnya, menurut opini penulis, jika Amerika Serikat mengatakan permintaan maafnya kepada Jepang terkait tragedi pengeboman tersebut maka berbagai masyarakat di beberapa negara yang dulu sempat “dizalimi” oleh tentara Jepang akan semakin menuntut pihak Jepang untuk bertanggung jawab penuh atas kekejamannya di masa lalu, terutama kekerasan seksual terhadap wanita di daerah jajahannya dulu di berbagai negara Asia, seperti Cina, Korea, Filipina hingga Indonesia. Pemerintah Jepang sendiri sebenarnya kerap kali melalui perdana menterinya menyatakan permintaan maaf atas penjajahan yang dilakukan oleh Jepang di masa lalu ke berbagai negara ketika melakukan kunjungan kenegaraan. Perjanjian antara pihak Jepang dan Korea Selatan terkait “comfort women” juga sudah pernah dilakukan pada tahun 2015, tetapi sayangnya banyak korban yang merasa tidak dilibatkan dan menganggap Jepang belum sepenuh hati meminta maaf dan memenuhi hak-hak korban6Kumagai, N. (2021, January 26). Conflict Between South Korea and Japan Surges Again With Court’s ‘Comfort Women’ Decision. Retrieved from https://thediplomat.com/: https://thediplomat.com/2021/01/conflictbetween-south-korea-and-japan-surges-again-with-courts-comfort-women-decision/.
“Wars don’t bring lasting peace, only lasting death” -Janet Morris
Jika dilihat dari jumlah korban yang begitu masif, tentu tragedi ini masuk ke dalam masalah kemanusiaan. Bagaimana tidak? Penulis sendiri yakin bahwa dari ratusan ribu nyawa yang melayang itu banyak dari mereka yang sebenarnya tidak tau apa-apa soal peperangan yang terjadi atau bahkan menentang sikap perang dan penjajahan yang dilakukan oleh kekaisaran Jepang. Beberapa dari mereka mungkin simpatisan dan setuju bahwa Jepang perlu menjadi “Pemimpin Asia” melalui jalur penjajahan dan peperangan. Namun, saya meyakini tak banyak jumlahnya dibandingkan yang tidak setuju. Intinya, banyak dari mereka adalah innocent people. Anak-anak yang dipikirannya hanya bermain dan belajar harus merasakan penderitaan sebagai yatim piatu karena ibu-bapaknya wafat akibat ledakan bom. Banyak juga orang tua renta yang harus menanggung pahit dan beratnya kehidupan ketika dia selamat, tetapi meninggalkan sakit dan luka sekujur tubuhnya akibat radiasi radioaktif bom nuklir. Banyak dari korban yang selamat juga mengalami trauma yang mendalam bertahun-tahun akibat tragedi yang terjadi.
Penggunaan nuklir sebagai senjata perang saat Perang Dunia II juga tidak serta merta menghentikan perang sepenuhnya. Perang dingin antara blok barat dengan blok komunis pasca-perang dunia menyajikan konflik yang berkepanjangan serta produksi senjata nuklir yang semakin masif dan intens antara kedua belah pihak tersebut. Walaupun kini perang dingin sudah berakhir ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, konflik terkait penggunaan serta ketakutan akan senjata nuklir sampai saat ini masih menjadi isu internasional.
Benang Merah
Tentunya, argumen-argumen yang disampaikan tadi punya pembelaan dan sudut pandangnya sendiri. Lantas pada akhirnya, perlukah terlontar perkataan “maaf” itu? Bagi penulis sendiri yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita semua, baik itu pihak Amerika Serikat, Jepang, maupun negara-negara lainnya untuk menjadikan tragedi ini sebagai refleksi bersama bahwa perang bukanlah solusi dan penyalahgunaan nuklir sebagai senjata perang terakhir yang kita saksikan. Perang pada akhirnya hanya akan melahirkan penderitaan dari pihak-pihak yang berselisih. Di tengah perdagangan dunia yang semakin bebas serta digitalisasi di era 4.0 atau bahkan 5.0 revolusi industri akhir-akhir ini juga nampaknya menjadikan perang fisik dan militer sebagai sesuatu yang old school. Namun, tensi politik dunia akibat egoisme hingga nasionalisme yang berlebihan dari para pemimpin dunia juga rasanya dapat memicu konflik akbar ini dapat terulang kembali suatu saat nanti. Pemimpin-pemimpin dunia inilah yang pada akhirnya bisa mendeklarasikan perang terhadap negara-negara lain. Intinya, perlu kesadaran bersama bahwa kedamaian tanpa perang adalah hak setiap warga dunia. Untuk menutup opini saya ini, saya ingin mengutip kutipan dari salah satu filsuf sekaligus ilmuwan ternama asal Inggris, Bertrand Russel, “War does not determine who is right, only who is left”.
Editor: Qurratu Aina, Alfinna Nur Afriani
Ilustrasi oleh Abelardo Sebastian
Referensi
↵1 | Wellerstein, A. (2020, August 4). Bulletin of the Atomic Scientist 75 years and counting. Retrieved from https://thebulletin.org/: https://thebulletin.org/2020/08/counting-the-dead-at-hiroshima-and-nagasaki/ |
---|---|
↵2 | United Press International. (1985, August 6). REAGAN: BOMB WAS NECESSARY TO END THE WAR. Retrieved from https://www.sun-sentinel.com/: https://www.sun-sentinel.com/news/fl-xpm-1985-08-06-8502010632story.html |
↵3 | Unknown. (1991, February 12). BUSH: NO APOLOGY TO JAPAN FOR A-BOMBS. Retrieved from https://www.washingtonpost.com/: https://www.washingtonpost.com/archive/politics/1991/12/02/bush-noapology-to-japan-for-a-bombs/f2f53a5f-f259-426e-b357-741f978a361b/ |
↵4 | Reuters. (1995, April 8). No Apology For Hiroshima. Retrieved from https://www.nytimes.com/: https://www.nytimes.com/1995/04/08/us/no-apology-for-hiroshima.html |
↵5 | Hu, E., & Domonoske, C. (2016, May 27). Obama Makes Historic Visit To Hiroshima Memorial Peace Park. Retrieved from https://www.npr.org/: https://www.npr.org/sections/thetwoway/2016/05/27/479691439/president-obama-arrives-in-hiroshima-the-first-sitting-commander-in-chief-tovis |
↵6 | Kumagai, N. (2021, January 26). Conflict Between South Korea and Japan Surges Again With Court’s ‘Comfort Women’ Decision. Retrieved from https://thediplomat.com/: https://thediplomat.com/2021/01/conflictbetween-south-korea-and-japan-surges-again-with-courts-comfort-women-decision/ |
Discussion about this post