Baltasar Gracian, seorang Jesuit Spanyol, lahir pada tanggal 8 Januari 1601 di Belmonte, Calatayud, barat daya Kota Zaragoza dan timur laut Kota Madrid, Spanyol (dahulu masih terdapat dua kerajaan di Spanyol, Kerajaan Aragon—meliputi Zaragoza termasuk Calatayud, Valencia, Barcelona, serta bagian timur laut Spanyol lainnya yang berbatasan dengan Prancis– dan Kerajaan Castille—sisa bagian dari timur laut Spanyol, seperti Bilbao, Madrid, Malaga, Sevilla, Toledo, Coruna). Gracian lahir empat tahun lebih dulu dari novel paling terkenal sepanjang masa, yaitu Don Quixote de la Mancha yang ditulis oleh Miguel de Cervantes. Ia merupakan keturunan ningrat. Pada zaman itu di Kerajaan Aragon, kelahiran sebagai ningrat hanya terdapat dua kesempatan untuk berkarier, tentara atau gereja. Ketiga saudara Baltasar dan Baltasar sendiri memilih berkarier di gereja. Kakak tertuanya, Felipe, masuk ke dalam Order of St. Francis, kakak selanjutnya, Pedro, menjadi golongan Trinitarian, dan Raymundo masuk ke dalam golongan Carmelite. Baltasar sendiri masuk ke dalam Company of Jesus pada tahun 1619 yang merupakan counterstroke dari Revolusi Protestan yang sedang memanas di Prancis, Belanda, Italia, Jerman, dan Inggris pada kala itu.
Model pembelajaran Jesuit, Ratio Studiorum atau Ratio Atque Institutio Studiorum Societatis Iesu, baru mulai ditekankan kepada sekolah-sekolah Jesuit di Eropa dan generasi Baltasar menjadi generasi Jesuit pertama di Eropa yang diedukasi dengan sistem model itu. Perlu dijelaskan bahwa, Sistem Model Pembelajaran Ratio Studiorum berpegang kuat pada mata pembelajaran klasik, seperti teologi, filsafat, Latin dan Grik, serta memberikan perhatian lebih pada turunan dari ilmu klasik tersebut, seperti sejarah, ilmu kebahasaan, geografi, matematika, dan ilmu alam. Secara gampangnya, Ratio Studiorum ini sangat dekat dengan model pembelajaran klasik Yunani Kuno namun ditambahkan teologi.
Karya pertama Baltasar Gracian adalah El Heroe pada tahun 1630, lalu El Discreto pada tahun 1647. Namun, dari semua karya yang pernah ditulis Baltasar, Oraculo Manual atau The Art of Worldly Wisdom-lah yang oleh para sejarawan disebut sebagai magnum opus dari Baltasar. Pada Oraculo Manual, dapat terlihat kefasihan Baltasar dalam ilmu klasik dan menarik semua sejarah, filsafat, retorika ke dalam suatu maksim yang sungguh menakjubkan. Ilmu kebahasaan yang digunakan oleh Baltasar untuk menuliskan maksim-maksimnya sangatlah tinggi dan belum pernah terpikirkan sebelumnya pada zaman itu. Ambil contoh, “One cannot praise a man too much who speaks well of them who speak ill of him.” Kejeniusannya dalam membuat maksim hidup dapat disamakan dengan De La Rochefoucauld atau De La Bruyere. Baltasar, sama seperti La Rochefoucauld dan La Bruyere, menyarankan agar hidup dengan penuh kehati-hatian untuk mencapai kebijaksanaan. Namun, berbeda dengan mereka berdua, Baltasar lebih menggunakan a posteriori dalam maksimnya, sedangkan La Rochefoucauld dan La Bruyere lebih kepada a priori. , Namun, hal tersebut tidak selalu demikian karena pada dasarnya kita melihat maksim hanya untuk menyadarkan diri sendiri apakah kita sudah kehilangan arah atau melenceng jauh dari tujuan awal kita.
Bahasa dan intonasi yang terdapat dalam Oraculo Manual, lebih menyarankan untuk dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh orang pada umumnya, untuk menjadi seseorang yang berbeda dari golongannya. Dalam bahasa sederhananya, buku ini ingin memberikan saran agar hidup bijaksana di dunia. Kebijaksanaan tersebut dapat dikatakan jahat oleh pandangan umum, dapat pula dikatakan baik, tetapi yang pasti Oraculo Manual ini sangatlah penting. Napas yang buku ini tunjukkan memperlihatkan bahwa manusia pada dasarnya oportunis dan berusaha bersikap bijaksana. Bellum omnium contra omnes sangat terasa dalam buku tersebut. Oraculo Manual juga mengajarkan bagaimana tetap maintain dan exercising power yang kita miliki.
Perlu dipahami bahwa power dalam semantik Bahasa Inggris cakupannya lebih luas daripada kekuasaan karena konotasi kekuasaan dalam bahasa Indonesia sangat berdekatan dengan kejahatan dan keculasan, sedangkan, power dalam semantik Bahasa Inggris dapat berkonotasi positif, negatif, serta ambivalen. Dengan demikian, disini akan digunakan kata power, sama seperti Muhammad Hatta yang lebih menggunakan Grik daripada Yunani dalam bukunya Alam Pikiran Yunani. Power sangatlah penting dalam kehidupan manusia, orang yang kehilangan power akan secara langsung mengalami gangguan mental yang mengganggu kewarasannya dan akan menjadi orang yang tidak berempati alias psikopat. Dalam dunia Psikologi sendiri, sejauh pengetahuan dilettante penulis, orang yang kecanduan dengan power cenderung bersikap tidak berempati. Hal itu banyak dialami oleh orang-orang yang menjadi penguasa negeri atau pucuk-pucuk pemimpin di perusahaan. Mereka dapat berada di puncak rantai makanan karena kecerdasan dan kelicikannya dalam mengejar power, charming, dan mereka dapat memanipulasi emosinya. Psikologi massa secara tidak sadar mengangkat orang-orang yang tidak mempunyai empati untuk memimpin dan sering massa menyukai orang tersebut karena ketangkasannya dalam memimpin. Shakespeare melukiskan dengan indah orang seperti itu dalam karyanya, Macbeth. Namun, power tidak seperti itu bila digunakan dengan benar, contohnya seperti yang diajarkan dalam Oraculo Manual.
Power yang diajarkan dalam buku itu lebih kepada agar kita menjauhi orang-orang yang suka memanipulasi, orang bodoh yang berlagak pintar, orang yang tidak tahu terima kasih, orang yang mencintai power dibandingkan manusia. Oraculo Manual mendorong kita untuk percaya pada kekuatan diri sendiri, membangun self-estemeed dan self-values yang kita punya, sekaligus bagaimana menghadapi orang-orang yang sudah dijelaskan diawal. Dari pendapat penulis, Baltasar Gracian menuliskan Oraculo Manual untuk membantu manusia mencapai ketinggian kebijaksanaan di dunia dan meninggikan moralitas yang terdapat pada setiap manusia. Tidak seperti Arthur Schopenhauer yang melihat manusia dengan sinis hingga menggunakan pepatah prancis kuno untuk menjelaskan sinisismenya pada manusia sebagai “Animal mechant par excellence”. Terakhir, Baltasar mengingatkan setelah melewati seluruh tahapan yang terhadap dalam maksim-maksim Oraculo Manual tersebut layaknya yang terdapat di Divina Commedia, Baltasar mendorong kita untuk menjadi Saint [En una palabra santo].
Editor: Ruthana Bitia, Alfinna Nur Afriani, Qurratu Aina
Ilustrasi oleh Jamie Paulus
Discussion about this post