Pendahuluan
Sejak beberapa dekade terakhir, perkembangan sarana komunikasi online menjadi semakin pesat. Seiring dengan perkembangan tersebut, terdapat satu fenomena yang menjelaskan karakteristik dari pengguna sarana komunikasi online, yaitu disinhibition effect. Disinhibition effect didefinisikan sebagai penurunan batasan perilaku dalam dunia maya. Beberapa perilaku seperti hasutan, kekerasan, dan serangan verbal, dapat dikatakan berhubungan dengan efek ini.
Suler (2004) menggunakan terminologi toxic disinhibition untuk mendeskripsikan fenomena online flaming dan perilaku sandiwara yang merusak reputasi orang lain maupun dirinya sendiri. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan toxic disinhibition yaitu sebagai berikut.
- Anonimitas
Konsep anonimitas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu suatu kondisi di mana identitas personal seseorang tidak diketahui oleh orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Christopher (2007) menjelaskan bahwa anonimitas dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan negatif di dunia maya karena mereka tidak dapat diidentifikasi sebagai pelaku tindakan.
- Invisibilitas
Dunia maya memungkinkan penggunanya untuk mengontrol tingkat visibilitas dengan cara mengatur penggunaan foto atau video selama berinteraksi. Menurut Morahan-Martin dan Schumacher (2003), keterbatasan visibilitas seseorang dalam komunikasi online dapat mengakselerasi tindakan online disinhibition karena berkurangnya kedekatan interpersonal yang berasal dari visibilitas isyarat komunikasi.
- Kontak Mata
Meskipun saat ini belum terdapat penelitian yang spesifik membahas tentang pengaruh kontak mata terhadap tindakan online disinhibition, namun penelitian yang dilakukan oleh Kleinke (1986) menunjukkan bahwa kontak mata berperan dalam mempengaruhi kontrol sosial seseorang.
Desain Eksperimen
Penelitian ini melibatkan 142 peserta (71 pria dan 71 wanita), semuanya siswa terdaftar di berbagai jurusan dan program gelar di dua institusi akademis Israel. Ada beberapa kriteria yang di eksklusi dalam pemilihan sampel yaitu orang yang kurang keterampilan komputer dasar, orang yang belum pernah menggunakan program obrolan online, tidak memiliki kefasihan verbal dan kegagalan menjalin kontak mata selama wawancara.
Peserta dihadapkan pada dilema debat dalam dua orang melalui obrolan online. Manipulasi variabel independen yaitu, anonimitas, visibilitas, dan kontak mata dilakukan dengan mengubah kondisi eksperimental.
Anonimitas dijamin dengan menugaskan peserta secara acak alias, tanpa identifikasi lebih lanjut. Visibilitas dipertahankan dengan menggunakan webcam yang disediakan setiap peserta untuk dapat melihat sisi tubuh bagian atas pasangannya. Kontak mata dimanipulasi dengan menggunakan webcam tambahan dipasang setinggi mata di atas layar komputer peserta.
Topik masalah berpusat pada ”dilema obat yang menyelamatkan nyawa”, di mana obat tertentu diperlukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang dekat dan disayang oleh peserta. Instruksi hanya mengatakan bahwa satu peserta di setiap angka dua dapat menerima obat tersebut, sehingga menghasilkan persaingan untuk obat dan mengharuskan setiap individu untuk meyakinkan pasangannya untuk menyerah.
Flaming (tindakan online memposting penghinaan, sering kali dicampur dengan kata-kata kotor atau kata-kata yang menyinggung lainnya di situs jejaring sosial.) diukur oleh 3 metode yaitu:
- Expert evaluations
Empat evaluator ahli yang terlatih khusus menilai level di perilaku flaming yang ditunjukkan dalam transkrip peserta sesi obrolan. Mereka diinstruksikan untuk mengevaluasi, pada skala 3 poin tentang dimensi ”Threat” dan ”Negative Atmosphere” yang muncul dari transkrip.
- Textual analysis
Dalam transkrip sesi obrolan dihitung dan diverifikasi oleh dua ahli terlatih. Ekspresi flaming yang mencerminkan perilaku flaming meliputi kata-kata dan ekspresi yang tidak bersahabat.
- Self-report
Subjek penelitian akan mengisi kuesioner yang berfungsi untuk menilai perilaku flaming mereka sendiri.
Hasil Penelitian
Dari eksperimen yang dilakukan, anonimitas menghasilkan satu efek signifikan: ada lebih banyak ancaman dalam kondisi anonim daripada di kondisi yang teridentifikasi (F = 2.87, M = 0.59 vs 0.38), hal ini menunjukan bahwa anonimitas menghasilkan lebih banyak ancaman pada eksperimen. visibilitas juga menghasilkan satu efek yang signifikan yaitu kondisi invisibilitas menghasilkan atmosfer lebih atmosfer daripada kondisi visibilitas(F = 3.76, M = 0.99 vs. 0.74), hal ini menunjukan kondisi invisibilitas dapat menghasilkan atmosfer negatif pada interaksi pada eksperimen. Efek utama kontak mata menghasilkan dua hasil yang signifikan: hasil self-report flaming lebih tinggi dalam kondisi tidak adanya kontak mata dibandingkan dengan kondisi kontak mata (M = 71.03 vs. 62.95; F = 5.92) dan meningkatnya Threat dengan kurangnya kontak mata hasilnya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kondisi adanya kontak mata (M = 0.63 vs. 0.33; F = 5.11).
Secara individu, variabel-variable tersebut dapat mempengaruhi aspek yang berbeda dalam perdebatan dilemma dalam eksperimen, namun jika digabungkan variable itu menghasilkan hasil yang berbeda. Dalam kondisi kurangnya kontak mata dan kondisi visibilitas, Threat meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan adanya kontak mata dan kondisi visibility (M = 0.77 vs. 0.24, F = 3.24), faktor kontak mata dan visibilitas juga menghasilkan efek interaksi atmosfer negatif, hasil atmosfer negatif dalam kondisi kurangnya kontak mata dan invisibilitas hampir dua kali lipat dari kurangnya kontak mata dan kondisi visibilitas (M = 1.15 vs. 0.63; F = 4.73). Kombinasi kontak mata dan anonimitas, juga menghasilkan efek yang signifikan, kurangnya kondisi kontak mata dengan anonimitas menghasilkan atmosfer negatif yang lebih tinggi daripada kurangnya anonimitas (M = 0.94 vs. 0.75; F = 3.35). namun jika adanya kondisi kontak mata, anonimitas menghasilkan lebih sedikit suasana negatif daripada kurangnya anonimitas (M = 0.74 vs. 1.03).
Kesimpulan
Dalam penelitian ini, diperoleh hasil mengenai hubungan beberapa variabel seperti kontak mata, anonimitas, dan invisibilitas terhadap perilaku online disinhibition. Kontak mata menjadi faktor utama yang berperan besar dalam mempengaruhi perilaku online disinhibition. Dengan demikian, faktor anonimitas yang selama ini dianggap menjadi faktor penting oleh beberapa literatur, mungkin menyajikan definisi terlalu umum. Oleh karena itu, studi terkini menyarankan penggunaan konsep baru yaitu Online Sense of Unidentifiability. Istilah ini memiliki definisi yang lebih luas dari anonimitas, namun mencakup beberapa komponen tertentu seperti penyembunyian data personal, invisibilitas, dan keterbatasan kontak mata.
Article review from:
Lapidot-Lefler, N., & Barak, A. (2012). Effects of anonymity, invisibility, and lack of eye-contact on toxic online disinhibition. Computers in Human Behavior, 28(2), 434-443. https://doi.org/10.1016/j.chb.2011.10.014.
Referensi:
Christopherson, K. M. (2007). The positive and negative implications of anonymity in Internet social interactions: ‘‘On the Internet, nobody knows you’re a dog’’. Computers in Human Behavior, 23, 3038–3056. https://doi.org/10.1016/j.chb.2006.09.001.
Dyer, R., Green, R., Pitts, M., & Millward, G. (1995). What’s the flaming problem? or computer mediated communication–deindividuating or disinhibiting? In M. A. R. Kirby, A. J. Dix, & J. E. Finlay (Eds.), People and computers X (pp. 289–301). Cambridge, UK: Cambridge University Press.
Kabay, M. E. (1998). Anonymity and pseudonymity in cyberspace: Deindividuation, incivility and lawlessness verses freedom and privacy. Paper presented at the Annual Conference of the European Institute for Computers Anti-virus Research (EICAR), Munich, Germany.
Morahan-Martin, J., & Schumacher, P. (2003). Loneliness and social use of the Internet. Computers in Human Behavior, 19, 659–671. https://doi.org/10.1016/j.chb.2013.08.007.
Suler, J. (2004). The Online Disinhibition Effect. CyberPsychology & Behavior, 7(3), 321–326. https://doi.org/10.1089/1094931041291295.
Discussion about this post