Pasca viralnya unggahan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) bertajuk “Jokowi: The King of Lip Service” yang diunggah di kanal media sosial resmi BEM UI, pihak Rektorat Universitas Indonesia (UI) pada hari Minggu (27/05) mengeluarkan surat undangan pemanggilan terhadap beberapa pengurus inti BEM UI untuk menyampaikan keterangan dan penjelasan terkait narasi yang disampaikan melalui unggahan tersebut.
Dalam pertemuan tersebut turut pula diundang perwakilan Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Indonesia (DPM UI) untuk mendampingi BEM UI dalam pertemuan yang dilaksanakan di Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) UI ini.
Pertemuan Berlangsung Hampir Tiga Jam
Pemanggilan mahasiswa dilakukan terhadap pengurus inti BEM UI yang dinilai bertanggung jawab atas unggahan tersebut, yaitu Leon Alvinda Putra selaku Ketua BEM UI, Yogie Sani selaku Wakil Ketua, Ginanjar Ariyasuta Eka selaku Koordinator Bidang Sosial Politik, Oktivani Budi Nur Fajri selaku Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi, Christopher Christian selaku Kepala Departemen Kajian Strategis, Syahrul Badri, dan Masagus Achmad Fathan Mubina selaku Kepala dan Wakil Kepala Departemen Aksi dan Propaganda
Selain itu terdapat juga jajaran Ketua dan Wakil Ketua DPM UI, Yosia Setiadi Panjaitan, Muffaza Raffiky, dan Muhammad Taqyuddin Abdurrosyid Zaida yang diundang dalam pertemuan tersebut.
Adapun, pihak Rektorat UI yang hadir dalam pertemuan tersebut diwakilkan oleh Tito Latif Indra selaku Direktur Kemahasiswaan UI yang turut didampingi oleh jajarannya Achmad Solechan selaku Kasubdit Kesejahteraan Mahasiswa UI, serta dihadiri juga oleh Abdi Kurnia Djohan selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Asrama Mahasiswa UI, serta Kepala UPT Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK) UI, Ach. Mukhtarul Huda.
Pertemuan tersebut berlangsung hampir tiga jam, dimulai pada pukul 15.00 WIB dan diketahui berakhir sekitar pukul 17.49 WIB. Hingga berita ini diterbitkan, hasil dari pemanggilan tidak dipublikasikan di media sosial manapun, termasuk di media sosial resmi UI, BEM UI, maupun DPM UI.

BEM UI Menolak Permintaan Takedown
Melalui pesan suara, Leon Alvinda Putra, Ketua BEM UI, mengungkapkan bahwa unggahan tersebut bermaksud untuk mengkritik Presiden Joko Widodo atas inkonsistensi dari perkataan dan perbuatannya selama menjabat sebagai Presiden RI. “Kita sampaikan propaganda itu kritik terhadap Presiden Joko Widodo yang selama ini banyak mengeluarkan perkataan, tapi kemudian realita lapangannya tidak sesuai,” ungkap Leon.
Terkait respon rektorat, Leon mengaku bahwa sempat ada permintaan agar unggahannya diturunkan, “Memang ada permintaan untuk takedown konten tapi tidak ada larangan untuk kajian serupa/lanjutan.” Pernyataan ini juga dibenarkan oleh Yosia Setiadi, Ketua DPM UI yang turut dipanggil oleh pihak Rektorat UI bersama Leon, “Sempat juga diminta (saat pertemuan) apakah memungkinkan untuk di-takedown (unggahan yang bersangkutan).”
Lebih lanjut, Leon menegaskan bahwa BEM UI tidak akan menurunkan unggahan “Jokowi: The King of Lip Service” karena menurutnya unggahan tersebut telah melalui proses pengkajian terlebih dahulu. “Kita (BEM UI) akan tetap mempertahankan post-nya karena sudah dikaji dulu masalah yang dipropagandakan (meliputi) UU ITE, UU KPK, Omnibus Law, represivitas aparat itu sudah kita lakukan.”
Rektorat Tidak Menyangkal Substansi Unggahan
Dalam pertemuan pihak rektorat dan mahasiswa, Yosia mengungkapkan bahwa pihak rektorat meminta keterangan dari BEM UI terkait tujuan dan maksud dari unggahan tersebut. “Pembahasan cukup santai dan dari rektorat gak begitu melarang sebenarnya—lebih ke persuasif saja.” ucap Yosia kepada Economica melalui sambungan telepon pada Senin (28/6).
Yosia juga menambahkan bahwa sebenarnya pihak rektorat tidak menyangkal isi dari unggahan tersebut, tetapi lebih kepada menyayangkan metode propaganda BEM UI yang terkesan seperti serangan personal. “Untuk substansinya (menurut pihak Rektorat UI) memang bagus dan tidak bisa disangkal, cuma memang secara propagandanya yang dipermasalahkan, seakan-akan menyerang secara personal—menyerang personifikasi dari seorang presiden. Tapi secara substansinya mereka (pihak rektorat) cukup sepakat,” ungkap Yosia.
Terlebih, Yosia juga menerangkan bahwa motif pemanggilan dari pihak rektorat yang terkesan terburu-buru dilatarbelakangi oleh cuitan Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman, “Mereka bilang-nya karena mereka merespon kalau dibilang ada banyak tekanan apalagi menanggapi postingan Twitternya Fadjroel Rachman; Juru Bicara Presiden yang bilang kalau tindakan BEM UI yang bertanggung jawab pimpinan UI, jadi memang merespon hal tersebut.”
Pertemuan Tidak Membuahkan Hasil
Terkait dengan hasil pertemuan tersebut, Yosia mengatakan bahwa diskusi yang terjadi tidak membuahkan hasil, tetapi Ia meyakini bahwa akan ada pertemuan lebih lanjut. “Hasil dari rapat tadi tidak ada hasil—tidak ada kesepakatan yang tercapai, sehingga menurut gue pribadi sih akan ada diskusi lebih lanjut lagi. (Tetapi) belum ada perjanjian formal disitu.”
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Leon juga mengatakan bahwa akan ada pertemuan lanjutan untuk membahas terkait peraturan universitas, ”Dari pihak rektorat akan membahas lebih lanjut karena berkaitan dengan peraturan universitas.”
Editor: Haikal Qinthara, Muhammad Zaky Nur Fajar, Muhammad Ramadhani, Hafsha Pia Sheridan
Ilustrator: Shahifa Assajjadiyyah, Elizabeth Alvita S
Economica telah mencoba menghubungi Direktur Kemahasiswaan, Tito Latif Indra pada Minggu (27/6). Namun, sampai berita ini diterbitkan Economica belum menerima tanggapan.
Discussion about this post