Beberapa waktu yang lalu, sebuah foto yang diunggah oleh akun Instagram bernama @jakarta.movement membuat publik gempar. Pasalnya, akun Instagram tersebut pada Minggu (24/1) mengunggah sebuah foto tangkapan layar dari unggahan @ariefrosyid.id yang memperlihatkan Leon dan beberapa perwakilan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sedang duduk mengelilingi meja yang sama. Dalam unggahan tersebut, akun @jakarta.movement menulis caption yang secara tidak langsung menuduh bahwa Leon Alvinda Putra, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) terpilih, melakukan politik uang pada kontestasi pemira yang dimenangkannya.
Jakarta Movement Membuat Gempar
Pada unggahan pertama Jakarta Movement, mereka menampilkan tangkapan layar dari kiriman akun Instagram milik Arief Rosyid–yang belakangan diketahui adalah Komisaris Independen Bank Syariah Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) periode 2013-2015–yang bernama @ariefrosyid.id. Publik mengaitkan kedekatannya dengan Leon lantaran Leon pernah menjabat sebagai Ketua Komisariat HMI FEB UI periode 2019/2020. Dalam unggahannya, Arief menjelaskan bahwa saat itu sedang dilakukan silaturahmi antara Leon dan beberapa pihak dari HMI.
Pasca unggahan foto tersebut, pada Senin (8/2) akun yang sama juga mengunggah foto yang bertuliskan “Wajah Mahasiswa UI yang Rusak Sebelah”. Kali ini, caption unggahan tersebut secara eksplisit menuduh BEM Vokasi UI, BEM FEB UI, BEM FIB UI, dan HMI Koordinator Komisariat UI telah terlibat dalam politik uang dalam memenangkan Leon sebagai Ketua BEM UI. Unggahan tersebut juga menuntut Kongres Mahasiswa UI untuk segera menggelar sidang istimewa untuk menurunkan Leon dari jabatannya saat ini. Untuk membuktikan tuduhan ini, Jakarta Movement menyatakan akan merilis tulisan yang mengungkap hal tersebut secara lebih lanjut. Namun hingga tulisan ini dimuat, keberadaan konten yang dijanjikan masih nihil. Bahkan, pihak Economica tidak kunjung mendapatkan respon atas permohonan wawancara terkait bukti tuduhan tersebut.
HMI sebagai Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus
HMI dapat digolongkan sebagai Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (Ormek). Ormek adalah organisasi yang tidak berada dibawah naungan lembaga kampus, melainkan berada diluar kampus secara independen atau di bawah naungan partai politik. HMI sendiri dapat dikategorikan sebagai ormek independen, mengingat sejak tahun 1947 organisasi ini diinisiasi oleh Lafran Pane dan beberapa mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI), yang kini menjadi Universitas Islam Indonesia (UII). Ormek seringkali beraktivitas diluar kampus, memiliki jaringan dan kepengurusan yang berjenjang hingga pengurus nasional. Selain HMI, terdapat ormek lain di Indonesia seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan lain-lain.
Setiap ormek memiliki visi dan misi masing-masing yang secara umum dapat dirangkum menjadi organisasi yang memiliki independensi, kreativitas, dan pemikiran kritis. Dengan tidak berada di bawah naungan dan tidak dibiayai perguruan tinggi, ormek dianggap dapat lebih mempertahankan nilai-nilai tersebut. Dalam naungan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 55 Tahun 2018, tentang Pembinaan Ideologi Bangsa dalam Kegiatan Kemahasiswaan di lingkungan kampus, ormek dapat bekerja sama dengan organisasi intra kampus di bawah pengawasan pimpinan perguruan tinggi. “Permenristekdikti ini diterbitkan sebagai upaya Kemristekdikti untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa akan ideologi bangsa dan mencegah paham-paham radikalisme dan intoleransi berkembang di kampus,” Ungkap Mohamad Natsir, Menristekdikti 2014-2019.
Mengutip jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ginanjar Gesang Bayu Bisma, “Dalam segi peran, ormek justru memiliki peran yang besar khususnya dalam proses demokratisasi kampus. Melalui gerakannya, ormek menjadi bagian dalam gerakan demokrasi di ranah kampus maupun dalam skala regional maupun nasional. Ormek menjadi ujung tombak di ranah kampus dalam membangun iklim yang demokratis dalam kegiatan politik”1Bisma G. (2021). ORGANISASI MAHASISWA EKSTRA KAMPUS ISLAM DI UNIVERSITAS AIRLANGGA (PANDANGAN TENTANG WACANA PROSPEK DEMOKRASI DAN RELASI NEGARA AGAMA). Retrieved 23 February 2021, from http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpm5643f4c899full.pdf. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ormek Islam di Unair mempunyai sumbangsih besar terhadap distribusi wacana, pergolakan ideologi, dan praktik demokratisasi. Proses kaderisasi, pendistribusian isu aktual dan penanaman ideologi menjadi strategi ormek dalam menjalankan perannya. Hal ini berlaku bagi HMI. Sebagai organisasi yang aktif menyelenggarakan kaderisasi bagi mahasiswa, HMI turut berpengaruh dalam dinamika politik kampus. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan HMI mencetak beberapa pemimpin organisasi mahasiswa seperti Ketua BEM UI 2021 Leon Alvinda Putra dan Dzulfian Syafrian, Ketua BEM FEB UI 2011.
Bagai pedang bermata dua, keberadaan ormek bisa saja memberikan dampak negatif. Dilansir dari Republika.co.id, Heri Santoso selaku Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan kampus dikhawatirkan akan menjadi ajang pertarungan kekuasaan dari luar kampus melalui jalur alumni. Sejalan dengan Heri, sebagian besar responden dari survey yang dilakukan oleh Universitas Airlangga juga memandang ormek masih menjadi organisasi sayap (onderbouw) dari politik praktis sehingga mereka memilih untuk tidak bergabung dengan ormek2Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. (2019). Opini Mahasiswa Terhadap Kebijakan Kemenristekdikti Terkait OKP Masuk Kampus S1 Retrieved 27 February 2021, from http://sosiologi.fisip.unair.ac.id/opini-mahasiswa-terhadap-kebijakan-kemenristekdikti-terkait-okp-masuk-kampus/. Isu keberadaan ormek memang masih menuai beberapa perdebatan di masyarakat. Saat ini pun, kedekatan Leon dengan beberapa pihak HMI saat terpilih menjadi Ketua BEM UI 2020/2021 dijadikan pemicu oleh Jakarta Movement untuk menuduh terjadinya politik uang antara Leon dan HMI.
Jakarta Movement, Buzzer di Balik Topeng Pencari Keadilan?
Ditilik dari riwayat unggahannya, Jakarta Movement memang cukup aktif menyuarakan berbagai isu sosial politik di tengah masyarakat. Akun media sosial ini telah berdiri sejak tahun 2018 dan telah mengangkat isu-isu yang cukup hangat diperbincangkan oleh mahasiswa. Isu-isu yang pernah diangkat oleh Jakarta Movement adalah revisi UU KPK, Omnibus Law, Isu UKT, dan lain-lain.
Dalam isu-isu tersebut, Jakarta Movement kerap kali menyerukan aksi yang mengajak netizen untuk mengkritik pemerintah, organisasi mahasiswa–yang diketahui pula dari berbagai unggahannya, Jakarta Movement menentang eksistensi Organisasi Mahasiswa (Ormas) kampus melalui tagar #BubarkanOrmasKampus, dan highlight Instagram “#HANCURKANBEMSI”–, atau organisasi ekstra kampus dengan berdemonstrasi atau meramaikan sosial media dengan tagar tertentu. Hingga tulisan ini diterbitkan, tidak ada informasi yang jelas mengenai siapa dalang dibalik akun Jakarta Movement.
Berdasarkan aktivitas yang dilakukannya, Jakarta Movement sejalan dengan definisi buzzer menurut Enda Nasution, seorang pengamat media sosial. saat diwawancarai Kompas.com, Enda menjelaskan bahwa buzzer pada umumnya merupakan kelompok orang yang tidak jelas siapa identitasnya, lalu kemudian biasanya memiliki motif ideologis atau motif ekonomi di belakangnya dan kemudian menyebarkan informasi. Dilansir dari Kompas.com, buzzer dapat mengakibatkan kebingungan di masyarakat dan membuat masyarakat terjebak dalam popularism, kepercayaan bahwa yang seolah-olah yang paling populer adalah yang paling benar3Media, K. (2021). INFOGRAFIK: Mengenal Apa Itu Buzzer?. Retrieved 23 February 2021, from https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/06/081800865/infografik–mengenal-apa-itu-buzzer-.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) pada tahun 2017 terkait fenomena buzzer di Indonesia menjelaskan bahwa sejak tahun 2009 buzzer lumrah digunakan oleh beberapa korporat untuk mempromosikan produknya. Hanya saja, penggunaan buzzer pada peristiwa politik seperti pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2012 dan 2017, serta pemilihan presiden tahun 2019 untuk menyebarkan konten fitnah dan ujaran kebencian telah meresahkan masyarakat. Hal ini membuat pandangan masyarakat terhadap buzzer menjadi negatif4Di Balik Fenomena Buzzer: Memahami Lanskap Industri dan Pengaruh Buzzer di Indonesia – Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG). (2021). Retrieved 23 February 2021, from https://cipg.or.id/id/publication/buzzer/.
Riset tersebut juga menjelaskan bagaimana cara kerja buzzer sehingga dipakai untuk menyampaikan informasi bahkan menggiring opini masyarakat. Seorang buzzer dapat mempengaruhi orang lain dalam suatu jaringan sosial yang luas karena memiliki kemampuan membuat konten persuasif. Dalam pembuatan konten persuasif tersebut terdapat beberapa strategi yang diterapkan. Mereka juga membuat konten dengan tagar unik dan membangun percakapan secara alami atau rekayasa. Selain itu, mereka memanfaatkan situs berita untuk meningkatkan kredibilitas konten mereka. Kemudian, mereka memanfaatkan jaringan yang mereka miliki dengan menyebarkan konten di aplikasi pesan singkat.
Strategi tersebut tampaknya berhasil dilakukan oleh Jakarta Movement. Akun tersebut begitu lihai dalam memanfaatkan perdebatan isu keberadaan ormek seperti HMI di dalam kampus, lalu menambah sebuah narasi yang mencengangkan publik. Kelihaian tersebut sukses membuat dua unggahan mereka menarik perhatian massa dan mendapat berbagai respon dari warganet. Akan tetapi, kejanggalan pun timbul ketika Jakarta Movement berjanji untuk mengungkap fakta hingga memancing keramaian publik, tetapi tak kunjung memberikan validasi. Melihat kenyataan yang ada di lapangan, apakah Jakarta Movement akan mengungkap bukti tuduhan tersebut atau isu ini akan berhenti sampai sini saja?
Editor: Tahtia Sazwara, Nismara Paramayoga, Maurizky Febriansyah, Haikal Qinthara
Ilustrasi oleh: Shahifa Assajjadiyyah
Referensi
↵1 | Bisma G. (2021). ORGANISASI MAHASISWA EKSTRA KAMPUS ISLAM DI UNIVERSITAS AIRLANGGA (PANDANGAN TENTANG WACANA PROSPEK DEMOKRASI DAN RELASI NEGARA AGAMA). Retrieved 23 February 2021, from http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpm5643f4c899full.pdf |
---|---|
↵2 | Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. (2019). Opini Mahasiswa Terhadap Kebijakan Kemenristekdikti Terkait OKP Masuk Kampus S1 Retrieved 27 February 2021, from http://sosiologi.fisip.unair.ac.id/opini-mahasiswa-terhadap-kebijakan-kemenristekdikti-terkait-okp-masuk-kampus/ |
↵3 | Media, K. (2021). INFOGRAFIK: Mengenal Apa Itu Buzzer?. Retrieved 23 February 2021, from https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/06/081800865/infografik–mengenal-apa-itu-buzzer- |
↵4 | Di Balik Fenomena Buzzer: Memahami Lanskap Industri dan Pengaruh Buzzer di Indonesia – Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG). (2021). Retrieved 23 February 2021, from https://cipg.or.id/id/publication/buzzer/ |
Discussion about this post