Banerjee et al. (2020) dalam penelitiannya membahas dampak bantuan tunai selama pandemi yang memanfaatkan eksperimen lapangan dengan Jaminan Pendapatan Dasar Semesta atau Universal Basic Income (UBI) yang telah dimulai sebelum pandemi di Kabupaten Bomet dan Siaya, Kenya. UBI secara sederhana merupakan bantuan pendapatan tunai, periodik, yang ditransfer kepada seluruh warga, dan tanpa adanya persyaratan tertentu. Dalam beberapa tahun terakhir, manfaat UBI telah diperdebatkan secara intens di negara berkembang dan maju. Pandemi COVID-19 memberikan kesempatan pembuktian perdebatan tersebut melalui penelitian ini.
Desain Eksperimen
Penelitian ini dilakukan di Bomet dan Siaya, dua daerah termiskin di Kenya. Dampak pandemi terbukti menurunkan pendapatan per kapita rumah tangga miskin dari 2,3 USD PPP pada akhir Februari 2020, menjadi 1,5 USD PP di Juni 2020. Dari sensus awal, 295 dari 325 desa terpilih secara random mencakup 14.674 rumah tangga dan 34.000 individu. Kemudian, dalam eksperimen lapangan ini diacak berdasarkan lokasi dan unit geografis di Kenya untuk diberi perlakuan sebagai berikut.
- Control : 100 desa (± 11.000 individu) tidak menerima transfer
- Long term UBI : 44 desa (± 5.000 individu); usia >18 tahun menerima US $0.75/hari selama 12 tahun
- Short term UBI : 80 desa (± 8.800 individu); usia >18 tahun menerima US $0.75/hari selama 2 tahun
- Lumpsum transfer UBI : 71 desa (± 8.800 individu); usia > 18 tahun menerima 1 kali pembayaran sebesar US $500
Baseline survey dilakukan terhadap 30 rumah tangga atau sekitar 8.850 individu dan diberikan handphone kepada setiap orang dewasa di rumah tangga sampel tersebut untuk kemudahan pelacakan selama penelitian. Setelah survei tersebut dilakukan, NGO GiveDirectly (GD) membuka pendaftaran program dan mengirimkan uang ke setiap orang dewasa yang diberi perlakuan. GD mengirimkan uang melalui sistem pembayaran digital yaitu Safaricom’s M-PESA mobile money system.
Endline survey dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2019. Sedangkan, dalam penelitian selama pandemi COVID-19 dilakukan melalui phone survey pada bulan April-Juni 2020. Dalam setiap survei, diwawancarai kepala rumah tangga atau jika tidak ada maka anggota keluarga dewasa lainnya yang kompeten untuk menjawab pertanyaan tentang semua aspek pengambilan keputusan rumah tangga. Survei mencakup lima topik inti: kesehatan, keamanan pangan, pendapatan, transfer dan dissavings, serta interaksi sosial. Dari 8.605 kepala keluarga sebagai bagian dari survei selama pandemi ini, termasuk rumah tangga migran yang dilacak untuk survei di lokasi baru mereka, berhasil diselesaikan wawancara sebesar 97,93% dari seluruh kepala keluarga tersebut.
Dampak UBI Selama Pandemi
1. Dampak terhadap kesejahteraan individu
Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa transfer (bantuan) dalam bentuk UBI cukup efektif dalam meningkatkan kesejahteraan inti selama pandemi. Dampak semakin besar ketika bantuan berbentuk jangka panjang. Hal ini konsisten dengan gagasan bantuan memiliki tambahan manfaat yang cukup penting terutama selama pandemi.
Terdapat efek signifikan secara statistik pada keamanan pangan selama pandemi (Tabel 5). Dari ketiga perlakuan, secara signifikan mereka lebih jarang mengalami kelaparan. Bahkan dampak penurunan kelaparan ini dua kali lebih besar untuk kelompok perlakuan jangka panjang. Selain itu, bantuan juga mengurangi insiden kelaparan ekstrem dalam anggota rumah tangga. Rumah tangga secara signifikan memiliki kemungkinan lebih kecil terjadinya anggota yang tidak makan selama sehari penuh (kolom 2).

Selanjutnya, dampak UBI terhadap kesehatan mental dan fisik dapat dilihat pada Tabel 6. Kolom 1 dan 2 menunjukkan seluruh kelompok perlakuan mengalami penurunan pada jumlah anggota keluarga yang sakit. Maksud dari “sakit” di sini adalah anggota rumah tangga yang mengalami penyakit atau gejala seperti demam, mual, dsb yang menyebabkan mereka tidak merasakan “dirinya yang biasa” baik secara fisik maupun mental. Di ketiga kelompok perlakuan, kemungkinan anggota keluarga jatuh sakit turun 3,6% hingga 5,7%.
Sedangkan, di kolom 6 menunjukkan dampak terhadap depresi yang diukur dengan skala standar Center for Epidemiological Studies Depression (CES-D). Skala ini berkisar dari 0-60, rata-rata skor CES-D di kelompok kontrol memiliki skor 16 atau dikatakan mengalami depresi. Adapun Skor CES-D di ketiga kelompok selama pandemi mengalami penurunan yang berarti menunjukkan peningkatan kesehatan mental, meskipun di sini efeknya tampak terbatas pada kelompok yang mendapat UBI jangka pendek dan jangka panjang.

2. Dampak terhadap kesehatan publik
Dalam keadaan yang lebih normal, terdapat bukti substansial bahwa bantuan perlindungan sosial dapat memengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan. Sebelumnya (Tabel 6, kolom 3), ditemukan penurunan signifikan penerima bantuan untuk berkonsultasi kesehatan di rumah sakit. Hal ini menarik karena kontras dengan hasil literatur lainnya, yang secara umum menemukan bahwa bantuan tunai meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan. Efek ini dapat mencerminkan fakta bahwa rumah tangga lebih memilih untuk mengurangi interaksi mereka dengan layanan kesehatan selama pandemi.
Kemudian, studi Banerjee et al. (2020) juga menjelaskan apakah bantuan ini memengaruhi interaksi sosial? Mengingat transfer biasanya membuat penerima bergerak untuk mengambilnya dan kemudian membelanjakannya. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa transfer perlindungan sosial selama pandemi tidak menghasilkan peningkatan besar dalam interaksi sosial yang dapat mempercepat penularan penyakit. Efek ini pada prinsipnya dikarenakan transfer yang dilakukan melalui pembayaran digital, yang berarti bahwa penerima berpotensi menggunakan uang digital yang mereka terima untuk membayar barang tanpa meninggalkan rumah mereka. Meskipun dalam kasus ini mereka perlu mengambil tanda terima dari setiap pembelian
pada Tabel 7 dapat dilihat dampak UBI terhadap interaksi sosial selama pandemi. Secara umum, bantuan tersebut mengurangi interaksi untuk tujuan sosial selama pandemi. Bantuan secara signifikan mengurangi interaksi sosial untuk kelompok perlakuan jangka pendek dan lumpsum, di mana frekuensi kunjungan ke rumah tangga lain menunjukkan penurunan (kolom 1). Secara signifikan bantuan juga mengurangi indeks integrasi sosial sebesar 0.095 dan 0.065 selama pandemi (kolom 3).

Selanjutnya, Tabel 8 mengkaji dampak UBI terhadap ukuran frekuensi kepala rumah tangga meninggalkan rumah untuk mengunjungi lokasi komersial seperti pasar, pusat kota, pusat perbelanjaan, dan halte bus (Kolom 1-6) atau untuk bekerja (Kolom 6-8). Hasil menunjukkan interaksi untuk alasan komersial umumnya tidak signifikan secara statistik. Meskipun tidak signifikan, koefisien bernilai positif dalam perjalanan ke pasar dan pusat kota, karena diduga penerima bantuan melakukan perjalanan ke tempat-tempat ini untuk melakukan pembelian. Sedangkan, tujuan pergi keluar rumah untuk bekerja tidak signifikan karena ada kebijakan pembatasan dan bekerja dari rumah (Work from Home).

Apakah Transfer Mengurangi atau Memperbesar Guncangan Agregat?
Pada jangka panjang, kebijakan asuransi sosial yang efektif harus melihat pengaruhnya akan resiliensi masyarakat melawan guncangan agregat, baik yang bisa diprediksi seperti perubahan musim tanam dan tidak bisa diprediksi seperti pandemi ini. Secara teoritis, hal ini cukup ambigu, bergantung dengan keadaan. Perbedaan sifat risiko rumah tangga serta kondisi pasar asuransi dan kredit yang tidak sempurna membuat kesimpulan lebih sulit diambil. Sebagai contoh, rumah tangga yang risk lover akan menggunakan uang bantuan untuk investasi yang berisiko (meningkatkan sensitivitas pendapatan dan konsumsi) sementara mereka yang risk averse akan menabung uang tersebut (mengurangi sensitivitas konsumsi).
1. Dampak terhadap pendapatan
Bantuan secara umum, terutama bantuan dalam jangka panjang, cenderung mendorong aktivitas berisiko yang lebih sensitif terhadap guncangan. Sebelum terjadinya pandemi (dan di musim kemarau pertanian), rumah tangga dari tiga kelompok perlakuan secara signifikan lebih mungkin untuk menjalankan usaha non-pertanian (Tabel 9, kolom 4). Sedangkan, sedikit bukti bahwa rumah tangga memilih usaha pertanian. Adapun, selama pandemi, rumah tangga masih memilih usaha non-pertanian meskipun signifikan hanya di kelompok perlakuan jangka pendek dan lumpsum.

Efek pada pendapatan menunjukkan pola yang sama dari diversifikasi awal ke aktivitas dengan return lebih tinggi (tetapi juga berpotensi berisiko lebih tinggi). Pada survei endline (Tabel 10 pada kolom 1, 4, dan 7) terdapat pola sesuai pilihan pekerjaan (Tabel 9). Keuntungan usaha non-pertanian meningkat untuk ketiga kelompok perlakuan dengan efek secara signifikan pada kelompok jangka panjang dan lumpsum. Sementara itu, tidak ada yang signifikan pada pendapatan tenaga kerja dan hanya kelompok jangka pendek yang signifikan pada peningkatan pendapatan pertanian.

Sedangkan, selama pandemi terdapat penurunan pada pendapatan tenaga kerja pada kelompok perlakuan jangka panjang dan uniknya peningkatan penjualan usaha pertanian signifikan di seluruh kelompok perlakuan. Jika dilihat dari efek perubahannya, maka kelompok jangka panjang dan lumpsum signifikan menunjukkan penurunan pada keuntungan usaha non pertanian dan justru signifikan pada peningkatan penjualan usaha pertanian.
Hal ini menunjukkan bahwa ekspektasi UBI di masa depan mendorong investasi yang lebih besar di usaha non-pertanian, tetapi investasi ini juga rentan terhadap efek lockdown (serta guncangan lainnya).
2. Dampak terhadap konsumsi utama
Transfer mengurangi sensitivitas terhadap kelaparan akibat fluktuasi musim dan/atau akibat pandemi. Kelompok kontrol mengalami peningkatan kejadian kelaparan lebih sering daripada kelompok perlakuan. Kelompok yang menerima bantuan jangka panjang mengalami kejadian kelaparan paling jarang. Hal ini dapat disebabkan penerimaan bantuan yang tidak berhenti saat pandemi. Kelompok bantuan jangka pendek, yang sudah tidak menerima bantuan lagi, tetap dapat mengurangi kelaparan mereka dari penjualan aset. Hal ini terlihat ada peningkatan penjualan ternak serta komoditas pertanian. Aset ini diduga dibeli dari dana bantuan sebelumnya.

Kesimpulan
Penelitian Banerjee et al. (2020) memanfaatkan eksperimen lapangan yang sudah dijalankan untuk mengevaluasi dampak dari beberapa perlakuan bantuan tunai program UBI. Secara keseluruhan, bantuan memberikan dampak positif pada keamanan pangan, kesehatan jasmani, dan kesehatan mental serta mengurangi kejadian penyakit dan mendorong pembatasan sosial. Namun, bantuan mengurangi frekuensi pemanfaatan rumah sakit. Dalam menghadapi shock, penerima bantuan mengalami peningkatan kelaparan yang lebih sedikit tetapi tetap merasakan penghasilan yang berkurang. Implikasi kebijakannya ketika terjadi shock tidak terduga seperti pandemi ini adalah akses terhadap bantuan tunai yang universal (UBI) dapat membantu mempertahankan kesejahteraan secara umum. Akan tetapi, kecenderungan UBI untuk mendorong aktivitas berisiko harus diperhatikan lebih lanjut.
Article Review from:
Banerjee, A., Faye, M., Krueger, A., Niehaus, P., & Suri, T. (2020). Effects of a universal basic income during the pandemic. Working Paper.
Kontributor : Fitri Nurjannah
Editor : Natsumi J. Putri
Illustrator : Yosia Manurung
Discussion about this post