Setelah melalui babak eksplorasi hingga debat, Pemilihan Raya (Pemira) IKM UI mulai memasuki tahapan akhir tahap pengambilan suara bersamaan dengan masa tenang sedari Sabtu (19/12) lalu. Masa tenang memang tenang, namun riak-riak air mulai timbul di awal masa pengambilan suara tepatnya pada Senin (21/12), terdapat sebuah unggahan yang bernada menggurui salah satu pasangan calon ketua dan wakil ketua BEM UI 2021, Kevin Aushaf Quds dan Putri Amalia (Kevin-Putmal). Unggahan tersebut memancing rentetan unggahan lainnya yang saling bergumul untuk menyerang ataupun membela pasangan calon ketua dan wakil ketua BEM UI 2021 yang masing-masing mereka jagokan. Melihat keramaian yang terjadi di dunia maya ini memicu tanda tanya besar: ada apa sebenarnya di antara kedua pasangan calon ketua dan wakil ketua BEM UI ini?
Terdengar desas-desus yang beranggapan sepertinya tindak tanduk keramaian para warganet UI ini sengaja dibuat oleh tangan-tangan yang tidak terlihat. Maka dari itu, Economica berusaha untuk mewawancarai kedua pasangan calon ketua dan wakil ketua BEM UI 2021 serta pihak Pemira UI 2020.
Menelisik Drama di tengah Masa Tenang
Pada Rabu (23/12) sore, Economica mencoba menghubungi ketiga belah pihak, yaitu pihak Leon Alvinda Putra dan Yogie Sani (Leon-Yogie), Kevin-Putmal, serta pihak Pemira UI 2020. Leon selaku bakal calon ketua BEM UI nomor urut satu turut menanggapi isu penggerakan key opinion leader untuk mendukung dirinya dan Yogie, “Gue (dan) Yogie bisa pastikan kita gak ada mengarahkan atau meminta mereka (untuk mengunggah) karena kita menghargai masa pemungutan suara,“ ungkap Leon. Lalu berkaitan dengan unggahan di media sosial yang bernada menyerang pihaknya, Leon tidak ambil pusing. Pasalnya, itu merupakan hak mereka dan boleh saja mereka membuat publikasi seperti itu, dan menganjurkan kepada pihak siapapun termasuk kepada pihak Kevin-Putmal atau pihak lain yang merasa ada indikasi publikasi tersebut merupakan bentuk kampanye yang tidak sesuai dengan ketentuan maka Leon mendorong untuk melaporkan hal tersebut.
Alih-alih membahas mengenai kenapa terjadi perseteruan antara para pendukung dua kubu ini, Leon memilih untuk memberikan pembelaannya terkait unggahan yang menyerang dirinya mengenai Grand Design (GD) yang berbentuk makalah tidak ada pada laman pemira.ui.ac.id dalih yang diutarakan Leon kepada Economica, karena GD tersebut bukanlah sebuah kewajiban yang disampaikan Kongres Mahasiswa UI, “Kita emang udah mulai nyusun GD makalah. Tapi balik lagi karena kita berpegang pada arahan Kongres untuk tidak mengumpulkan GD dalam bentuk makalah. Jadi ya emang kita hold, agar gak cuma sekedar penjelasan GD PPT yang ada aja tetapi juga bisa mengakomodasi berbagai masukan publik,” lanjutnya, “Boleh confirm juga ke panitia, kok bisa mereka nerima GD makalah padahal di ketentuan tambahan itu seharusnya gak ada,“
Pada tanggal 22 Desember, sekitar pukul 13.00 WIB terdapat unggahan atau publikasi yang menyinggung Campaign Manager (CM) dari paslon Kevin-Putmal dan sorenya terdapat juga unggahan yang bernada menyerang paslon Kevin-Putmal. Dari situ terbesit pertanyaan apakah ada campur tangan dari Leon dan tim mengenai hal ini? Leon membantah dengan menjelaskan bahwa ia telah menegaskan kepada timses serta CM untuk menjaga etika kampanye. “Bisa dilihat sendiri baik dari gue, Yogie, dan timses-timses resmi kita udah gak pada ngepost apa-apa terkait Pemira kan,” bantah Leon mengenai tudingan tersebut.
Ketertutupan dan Keterbatasan Informasi di Balik Layar
Karena keterbatasan informasi, Economica mencoba mewawancarai Yosia Setiadi selaku Ketua Kongres Mahasiswa UI 2020 untuk diminta pendapatnya terkait dengan kisruh GD yang menjadi salah satu bahan bakar keributan di beranda media sosial. Ia membenarkan bahwa GD non-makalah adalah salah satu dokumen untuk pengembalian berkas sesuai dengan hasil kongres Mahasiswa UI, “Terkait persyaratan, memang sesuai dengan hasil kongres kemarin, ditentukan bahwa GD yang akan dijadikan sebagai dokumen untuk pengembalian berkas hanyalah GD non-makalah, sehingga seharusnya yang diterima oleh Pemira IKM UI adalah GD non-makalah,“ tutur Yosia pada Kamis sore hari.
Menurutnya keberadaan GD non-makalah yang diterima oleh pihak Pemira IKM UI merupakan salah satu bentuk ketidaknetralan dan keberpihakan karena merugikan salah satu calon, “Saya sendiri menyayangkan terjadinya hal seperti ini, dikarenakan adanya diskriminasi informasi yang merugikan salah satu paslon, sehingga saya saat ini juga sedang mencoba untuk menelusuri terus terkait hal ini. Karena seharusnya pemira ini bersifat netral dan terbuka, serta konsisten dengan apa yang ditentukan sejak awal, sehingga pantas sebagai sebuah institusi yang mewadahi demokrasi yang bersih ini,” tutup Yosia.
Perihal kejadian yang sama, Kevin Aushaf Quds selaku paslon dengan nomor urut dua menolak untuk memberikan jawaban, “Saya masih menghormati masa tenang jadi untuk saat ini saya belum bisa memberikan keterangan apa-apa,” tuturnya. Terlepas dari kejelasan kisruh di media sosial yang ada serta timbulnya dugaan salah satu panitia Pemira yang turut menunjukkan keberpihakannya—diduga akun tersebut dimiliki salah satu koordinator di Pemira UI—hingga tulisan ini terbit pihak Pemira UI yaitu Fariz Rizaldi, Fadel Syahfatzal dan juga Nensi selaku pengurus inti Pemira UI masih belum memberikan tanggapannya kepada Economica terkait hal ini.
Editor: Fadhil Ramadhan, Tahtia Sazwara
Foto: Laksana Ardhie
Discussion about this post