Faktor yang Memengaruhi Persepsi Subjektif Harapan Hidup
Berapa banyak uang yang harus ditabung untuk masa pensiun? Jutaan orang menjawab pertanyaan ini dengan bantuan dari kalkulator pensiun, seperti yang diciptakan oleh Merrill Edge (dimiliki oleh Merrill Lynch dan Bank of America), para individu harus menjawab beberapa pertanyaan dasar tentang usia, pendapatan, dan tabungan. Namun, setelah penggunaan kalkulator keuangan, timbul pertanyaan yang lebih dalam, yaitu “Berapa lama seorang individu memiliki harapan hidup?”. Persepsi subjektif tentang umur panjang tidak hanya relevan untuk perencanaan pensiun, tetapi juga memainkan peran penting lainnya termasuk perawatan kesehatan, asuransi, dan banyak pilihan individu yang terkait dengan memaksimalkan kesejahteraan hidup seseorang1Hamermesh, D. S. (1985). Expectations, Life Expectancy, and Economic Behavior*. The Quarterly Journal of Economics, 100(2), 389–408. https://doi.org/10.2307/1885388. Namun, seringkali perkiraan individu tidak akurat, di mana bahkan individu dengan kondisi hidup yang serupa menunjukkan variabilitas tinggi dalam harapan hidup subjektif mereka2Elder, T. E. (2007). Subjective Survival Probabilities in the Health and Retirement Study: Systematic Biases and Predictive Validity. Michigan Retirement Research Center Research Paper No. WP 2007-159, University of Michigan. Misalnya, satu orang mungkin berharap untuk hidup hingga 91 tahun, sedangkan orang lain dengan karakteristik yang tampaknya serupa mungkin berharap untuk hidup hanya sampai berumur 79 tahun.
Pemikiran individu terhadap harapan hidupnya dapat dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian seperti optimisme3Fischhoff, B., Parker, A. M., Bruine De Bruin, W. B., Downs, J., Palmgren, C., Dawes, R., & Manski, C. F. (2000). Teen expectations for significant life events. Public Opinion Quarterly, 64(2), 189–205. https://doi.org/10.1086/317762 4Ludwig, A., & Zimper, A. (2013). A parsimonious model of subjective life expectancy. Theory and Decision, 75(4), 519–541. https://doi.org/10.1007/s11238-013-9355-6, baru-baru ini banyak penelitian serupa menunjukkan bahwa harapan hidup subjektif seorang individu sebagian dibangun oleh faktor-faktor situasional. Dalam penelitian yang dilakukan Mittal et al (2020) ini, faktor penting dan spesifik yang memengaruhi penilaian orang tentang harapan hidup mereka sendiri terbentuk oleh kombinasi lingkungan masa kecil mereka dan lingkungan mereka saat ini. Lingkungan masa kecil diketahui memengaruhi banyak perilaku dan kondisi individu di masa dewasa, dengan pengalaman dan ketersediaan sumber daya di masa kanak-kanak menjadi kontributor utama bagi kehidupan individu di kemudian hari.
Penelitian Mittal et al (2020) menyatakan bahwa tumbuh dengan kekayaan yang tinggi memiliki hubungan linear positif dengan harapan umur yang lebih panjang, begitu pula sebaliknya. Sementara, pengaruhnya lingkungan masa kecil individu tetap tidak terlihat tanpa pertimbangan yang menyertai orang tersebut di lingkungan dewasa saat ini. Artinya, lingkungan masa kecil pada awalnya tampaknya tidak memprediksi harapan hidup subjektif sekilas. Oleh karena itu, penelitian Mittal et al (2020) akan menjawab dan menunjukkan bahwa lingkungan masa kanak-kanak dapat memprediksikan umur yang diharapkan seorang individu dewasa di masa kini.
Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penelitian Mittal et al (2020), yaitu:
1. Peserta dan Desain Studi
Seratus dua puluh lima responden (53,7% perempuan; satu peserta tidak memberikan informasi gender; Mage=21.2, SD=1.6) di beberapa universitas di Amerika.
2. Harapan Hidup Subjektif
Penilaian harapan hidup subjektif individu menggunakan item yang sama seperti dalam studi pendahuluan5Griffin, B., Hesketh, B., & Loh, V. (2012). The influence of subjective life expectancy on retirement transition and planning: A longitudinal study. Journal of Vocational Behavior, 81(2), 129–137. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2012.05.005 6Ross, C. E., & Mirowsky, J. (2002). Family relationships, social support and subjective life expectancy. Journal of Health and Social Behavior, 43(4), 469–489. https://doi.org/10.2307/3090238. Peserta menunjukkan usia yang mereka harapkan untuk hidup. Jawabannya direkam pada skala slider mulai dari 18 hingga 100 tahun. Respon rata-rata adalah 85,9 tahun (SD=10.1). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki (M=84,9, SD=12.2) dan perempuan (M=86.6 tahun; SD=8.03; t(120)= -0.89, p=38).
3. Lingkungan Saat Kanak-Kanak.
Seperti dalam studi pendahuluan, penelitian ini menganalisis delapan item yang divalidasi untuk menilai childhood environment (Rindfleisch et al. 1997) masing-masing peserta. Peserta memberikan tanggapannya masing-masing item pada skala tujuh poin (1=Dukungan Tidak Memadai; 7=Dukungan Luar Biasa) dan dikumpulkan menjadi indeks sumber daya tenda anak (a=,91; M=5,99, SD=1,08).
Hasil
Menggunakan pendekatan model linier umum (GLM), penelitian mengkategorikan kondisi eksperimental sebagai variabel kategorikal dan masa kanak-kanak sebagai variabel continue mean-centered. Harapan hidup subjektif dimasukkan sebagai variabel continously dependent. Penelitian ini juga menguji semua prediksi utama penelitian menggunakan skor perbedaan usia seseorang berharap untuk hidup tanpa usia mereka saat ini sebagai variabel dependen, yang memberikan hasil yang sangat mirip. Penelitian Mittal et al (2020) memeriksa efek dari variabel kunci, yaitu kondisi lingkungan masa kanak-kanak pada harapan hidup subjektif di dua percobaan kondisi. Hasil mengungkapkan kondisi lingkungan masa kanak-kanak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkiraan individu terhadap umur harapan hidupnya.

Studi tersebut menunjukkan bahwa sumber daya masa kanak-kanak dan stressor lingkungan saat ini sebagai variabel analisis pendukung mempengaruhi harapan hidup subjektif. Konsisten dengan temuan dalam studi pendahuluan, tidak ada perbedaan dalam harapan umur antara orang-orang dari latar belakang kaya dan miskin dalam kondisi kontrol. Namun, penelitian ini mampu membuktikan dan menemukan efek lingkungan masa kanak-kanak menjadi pengaruh yang signifikan bagi individu dalam menilai umur harapan hidupnya. Individu dengan sumber daya material dan non material lebih sedikit selama menjalani masa kanak-kanak secara signifikan memiliki harapan hidup lebih pendek dibandingkan dengan orang yang tumbuh dengan lebih banyak sumber daya.
Kesimpulan
Lingkungan masa kanak-kanak bisa menimbulkan efek yang tahan lama pada penilaian, keputusan, dan perilaku individu. Hasil penelitian Mittal et al (2020) menunjukkan bahwa lingkungan masa kanak-kanak memengaruhi harapan hidup subjektif seseorang, yang kemudian memengaruhi pengambilan keputusan mereka di masa dewasa. Ini menunjukkan bahwa pengaruh kehidupan awal, yaitu masa kanak-kanak merupakan pertimbangan penting dalam pemahaman menyeluruh tentang keputusan individu. Apalagi mengingat satu alasan mengapa orang tumbuh dengan sumber daya minim membuat mereka tidak cukup menabung untuk masa pensiun dan menyebabkan mereka berekspektasi untuk memiliki harapan hidup yang lebih pendek, begitu pula sebaliknya. Penelitian Mittal et al (2020) memberikan berbagai implikasi kebijakan dan paradigma baru untuk penelitian masa depan tentang bagaimana lingkungan masa kanak-kanak memengaruhi penilaian life expentancy individu dan pengambilan keputusan di kemudian hari.
Reviewed from:
Mittal, C., Griskevicius, V., & Haws, K. L. (2020). From Cradle to Grave: How Childhood and Current Environments Impact Consumers’ Subjective Life Expectancy and Decision-Making. Journal of Consumer Research, 47(3), 350–372. https://doi.org/10.1093/jcr/ucaa003
Kontributor : Belinda Azzahra
Editor : Natsumi J. Putri
Ilustrasi oleh: Batrisyia Izzati Ardhie
Referensi
↵1 | Hamermesh, D. S. (1985). Expectations, Life Expectancy, and Economic Behavior*. The Quarterly Journal of Economics, 100(2), 389–408. https://doi.org/10.2307/1885388 |
---|---|
↵2 | Elder, T. E. (2007). Subjective Survival Probabilities in the Health and Retirement Study: Systematic Biases and Predictive Validity. Michigan Retirement Research Center Research Paper No. WP 2007-159, University of Michigan |
↵3 | Fischhoff, B., Parker, A. M., Bruine De Bruin, W. B., Downs, J., Palmgren, C., Dawes, R., & Manski, C. F. (2000). Teen expectations for significant life events. Public Opinion Quarterly, 64(2), 189–205. https://doi.org/10.1086/317762 |
↵4 | Ludwig, A., & Zimper, A. (2013). A parsimonious model of subjective life expectancy. Theory and Decision, 75(4), 519–541. https://doi.org/10.1007/s11238-013-9355-6 |
↵5 | Griffin, B., Hesketh, B., & Loh, V. (2012). The influence of subjective life expectancy on retirement transition and planning: A longitudinal study. Journal of Vocational Behavior, 81(2), 129–137. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2012.05.005 |
↵6 | Ross, C. E., & Mirowsky, J. (2002). Family relationships, social support and subjective life expectancy. Journal of Health and Social Behavior, 43(4), 469–489. https://doi.org/10.2307/3090238 |
Discussion about this post