Economica
  • Hard News
    • Soft News
  • Sastra
  • Majalah Economica
  • Mild Report
    • In-Depth
  • Penelitian
    • Kilas Riset
    • Mini Economica
    • Cerita Data
    • Riset
  • Kajian
No Result
View All Result
Economica
  • Hard News
    • Soft News
  • Sastra
  • Majalah Economica
  • Mild Report
    • In-Depth
  • Penelitian
    • Kilas Riset
    • Mini Economica
    • Cerita Data
    • Riset
  • Kajian
No Result
View All Result
Economica
Home Mini Economica

From Cradle to Grave: Bagaimana Lingkungan Masa Kecil Memengaruhi Harapan Hidup Subjektif Individu dan Pengambilan Keputusan

by Belinda Azzahra
22 November 2020
in Mini Economica, Penelitian

Faktor yang Memengaruhi Persepsi Subjektif Harapan Hidup

Berapa banyak uang yang harus ditabung untuk masa pensiun? Jutaan orang menjawab pertanyaan ini dengan bantuan dari kalkulator pensiun, seperti yang diciptakan oleh Merrill Edge (dimiliki oleh Merrill Lynch dan Bank of America), para individu harus menjawab beberapa pertanyaan dasar tentang usia, pendapatan, dan tabungan. Namun, setelah penggunaan kalkulator keuangan, timbul pertanyaan yang lebih dalam, yaitu “Berapa lama seorang individu memiliki harapan hidup?”. Persepsi subjektif tentang umur panjang tidak hanya relevan untuk perencanaan pensiun, tetapi juga memainkan peran penting lainnya termasuk perawatan kesehatan, asuransi, dan banyak pilihan individu yang terkait dengan memaksimalkan kesejahteraan hidup seseorang1Hamermesh, D. S. (1985). Expectations, Life Expectancy, and Economic Behavior*. The Quarterly Journal of Economics, 100(2), 389–408. https://doi.org/10.2307/1885388. Namun, seringkali perkiraan individu tidak akurat, di mana bahkan individu dengan kondisi hidup yang serupa menunjukkan variabilitas tinggi dalam harapan hidup subjektif mereka2Elder, T. E. (2007). Subjective Survival Probabilities in the Health and Retirement Study: Systematic Biases and Predictive Validity. Michigan Retirement Research Center Research Paper No. WP 2007-159, University of Michigan. Misalnya, satu orang mungkin berharap untuk hidup hingga 91 tahun, sedangkan orang lain dengan karakteristik yang tampaknya serupa mungkin berharap untuk hidup hanya sampai berumur 79 tahun.

Pemikiran individu terhadap harapan hidupnya dapat dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian seperti optimisme3Fischhoff, B., Parker, A. M., Bruine De Bruin, W. B., Downs, J., Palmgren, C., Dawes, R., & Manski, C. F. (2000). Teen expectations for significant life events. Public Opinion Quarterly, 64(2), 189–205. https://doi.org/10.1086/317762 4Ludwig, A., & Zimper, A. (2013). A parsimonious model of subjective life expectancy. Theory and Decision, 75(4), 519–541. https://doi.org/10.1007/s11238-013-9355-6, baru-baru ini banyak penelitian serupa menunjukkan bahwa harapan hidup subjektif seorang individu sebagian dibangun oleh faktor-faktor situasional. Dalam penelitian yang dilakukan Mittal et al (2020) ini, faktor penting dan spesifik yang memengaruhi penilaian orang tentang harapan hidup mereka sendiri terbentuk oleh kombinasi lingkungan masa kecil mereka dan lingkungan mereka saat ini. Lingkungan masa kecil diketahui memengaruhi banyak perilaku dan kondisi individu di masa dewasa, dengan pengalaman dan ketersediaan sumber daya di masa kanak-kanak menjadi kontributor utama bagi kehidupan individu di kemudian hari.

Penelitian Mittal et al (2020) menyatakan bahwa tumbuh dengan kekayaan yang tinggi memiliki hubungan linear positif dengan harapan umur yang lebih panjang, begitu pula sebaliknya. Sementara, pengaruhnya lingkungan masa kecil individu tetap tidak terlihat tanpa pertimbangan yang menyertai orang tersebut di lingkungan dewasa saat ini. Artinya, lingkungan masa kecil pada awalnya tampaknya tidak memprediksi harapan hidup subjektif sekilas. Oleh karena itu, penelitian Mittal et al (2020) akan menjawab dan menunjukkan bahwa lingkungan masa kanak-kanak dapat memprediksikan umur yang diharapkan seorang individu dewasa di masa kini.

Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam penelitian Mittal et al (2020), yaitu:

1. Peserta dan Desain Studi

Seratus dua puluh lima responden (53,7% perempuan; satu peserta tidak memberikan informasi gender; Mage=21.2, SD=1.6) di beberapa universitas di Amerika.

2. Harapan Hidup Subjektif

Penilaian harapan hidup subjektif individu menggunakan item yang sama seperti dalam studi pendahuluan5Griffin, B., Hesketh, B., & Loh, V. (2012). The influence of subjective life expectancy on retirement transition and planning: A longitudinal study. Journal of Vocational Behavior, 81(2), 129–137. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2012.05.005 6Ross, C. E., & Mirowsky, J. (2002). Family relationships, social support and subjective life expectancy. Journal of Health and Social Behavior, 43(4), 469–489. https://doi.org/10.2307/3090238. Peserta menunjukkan usia yang mereka harapkan untuk hidup. Jawabannya direkam pada skala slider mulai dari 18 hingga 100 tahun. Respon rata-rata adalah 85,9 tahun (SD=10.1). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki (M=84,9, SD=12.2) dan perempuan (M=86.6 tahun; SD=8.03; t(120)= -0.89, p=38).

3. Lingkungan Saat Kanak-Kanak.

Seperti dalam studi pendahuluan, penelitian ini menganalisis delapan item yang divalidasi untuk menilai childhood environment (Rindfleisch et al. 1997) masing-masing peserta. Peserta memberikan tanggapannya masing-masing item pada skala tujuh poin (1=Dukungan Tidak Memadai; 7=Dukungan Luar Biasa) dan dikumpulkan menjadi indeks sumber daya tenda anak (a=,91; M=5,99, SD=1,08).

Hasil

Menggunakan pendekatan model linier umum (GLM), penelitian mengkategorikan kondisi eksperimental sebagai variabel kategorikal dan masa kanak-kanak sebagai variabel continue mean-centered. Harapan hidup subjektif dimasukkan sebagai variabel continously dependent. Penelitian ini juga menguji semua prediksi utama penelitian menggunakan skor perbedaan usia seseorang berharap untuk hidup tanpa usia mereka saat ini sebagai variabel dependen, yang memberikan hasil yang sangat mirip. Penelitian Mittal et al (2020) memeriksa efek dari variabel kunci, yaitu kondisi lingkungan masa kanak-kanak pada harapan hidup subjektif di dua percobaan kondisi. Hasil mengungkapkan kondisi lingkungan masa kanak-kanak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkiraan individu terhadap umur harapan hidupnya.

Gambar 1. Pengaruh Sumber Daya Masa Kecil dan Kondisi Environmental Stressor pada Harapan Hidup Subjektif
Gambar 1. Pengaruh Sumber Daya Masa Kecil dan Kondisi Environmental Stressor pada Harapan Hidup Subjektif

Studi tersebut menunjukkan bahwa sumber daya masa kanak-kanak dan stressor lingkungan saat ini sebagai variabel analisis pendukung mempengaruhi harapan hidup subjektif. Konsisten dengan temuan dalam studi pendahuluan, tidak ada perbedaan dalam harapan umur antara orang-orang dari latar belakang kaya dan miskin dalam kondisi kontrol. Namun, penelitian ini mampu membuktikan dan menemukan efek lingkungan masa kanak-kanak menjadi pengaruh yang signifikan bagi individu dalam menilai umur harapan hidupnya. Individu dengan sumber daya material dan non material lebih sedikit selama menjalani masa kanak-kanak secara signifikan memiliki harapan hidup lebih pendek dibandingkan dengan orang yang tumbuh dengan lebih banyak sumber daya.

Kesimpulan

Lingkungan masa kanak-kanak bisa menimbulkan efek yang tahan lama pada penilaian, keputusan, dan perilaku individu. Hasil penelitian Mittal et al (2020) menunjukkan bahwa lingkungan masa kanak-kanak memengaruhi harapan hidup subjektif seseorang, yang kemudian memengaruhi pengambilan keputusan mereka di masa dewasa. Ini menunjukkan bahwa pengaruh kehidupan awal, yaitu masa kanak-kanak merupakan pertimbangan penting dalam pemahaman menyeluruh tentang keputusan individu. Apalagi mengingat satu alasan mengapa orang tumbuh dengan sumber daya minim membuat mereka tidak cukup menabung untuk masa pensiun dan menyebabkan mereka berekspektasi untuk memiliki harapan hidup yang lebih pendek, begitu pula sebaliknya. Penelitian Mittal et al (2020) memberikan berbagai implikasi kebijakan dan paradigma baru untuk penelitian masa depan tentang bagaimana lingkungan masa kanak-kanak memengaruhi penilaian life expentancy individu dan pengambilan keputusan di kemudian hari.

 

Reviewed from:

Mittal, C., Griskevicius, V., & Haws, K. L. (2020). From Cradle to Grave: How Childhood and Current Environments Impact Consumers’ Subjective Life Expectancy and Decision-Making. Journal of Consumer Research, 47(3), 350–372. https://doi.org/10.1093/jcr/ucaa003

 

Kontributor : Belinda Azzahra

Editor : Natsumi J. Putri

Ilustrasi oleh: Batrisyia Izzati Ardhie

Referensi[+]

Referensi
↵1 Hamermesh, D. S. (1985). Expectations, Life Expectancy, and Economic Behavior*. The Quarterly Journal of Economics, 100(2), 389–408. https://doi.org/10.2307/1885388
↵2 Elder, T. E. (2007). Subjective Survival Probabilities in the Health and Retirement Study: Systematic Biases and Predictive Validity. Michigan Retirement Research Center Research Paper No. WP 2007-159, University of Michigan
↵3 Fischhoff, B., Parker, A. M., Bruine De Bruin, W. B., Downs, J., Palmgren, C., Dawes, R., & Manski, C. F. (2000). Teen expectations for significant life events. Public Opinion Quarterly, 64(2), 189–205. https://doi.org/10.1086/317762
↵4 Ludwig, A., & Zimper, A. (2013). A parsimonious model of subjective life expectancy. Theory and Decision, 75(4), 519–541. https://doi.org/10.1007/s11238-013-9355-6
↵5 Griffin, B., Hesketh, B., & Loh, V. (2012). The influence of subjective life expectancy on retirement transition and planning: A longitudinal study. Journal of Vocational Behavior, 81(2), 129–137. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2012.05.005
↵6 Ross, C. E., & Mirowsky, J. (2002). Family relationships, social support and subjective life expectancy. Journal of Health and Social Behavior, 43(4), 469–489. https://doi.org/10.2307/3090238
Tweet160

Discussion about this post

POPULER

  • Pancasila di antara Sosialisme dan Kapitalisme

    6412 shares
    Share 2565 Tweet 1603
  • Program dan Kebijakan Kesehatan Mental, Tanggung Jawab Siapa?

    6319 shares
    Share 2528 Tweet 1580
  • Over-socialization: Is Social Media Killing Your Individuality?

    3938 shares
    Share 1575 Tweet 985
  • Pendidikan Seks di Indonesia: Tabu atau Bermanfaat?

    3722 shares
    Share 1489 Tweet 931
  • Indikasi Kecurangan Tim Futsal Putri FT UI dalam Olim UI 2019

    3238 shares
    Share 1295 Tweet 810
  • Tentang
  • Kontak
  • Kebijakan Privasi
  • id Indonesian
    ar Arabiczh-CN Chinese (Simplified)nl Dutchen Englishfr Frenchde Germanid Indonesianit Italianpt Portugueseru Russianes Spanish

© 2019 Badan Otonom Economica

No Result
View All Result
  • Hard News
    • Soft News
  • Sastra
  • Majalah Economica
  • Mild Report
    • In-Depth
  • Penelitian
    • Kilas Riset
    • Mini Economica
    • Cerita Data
    • Riset
  • Kajian
Situs ini menggunakan cookie. Dengan menggunakan situs ini Anda memberikan izin atas cookie yang digunakan.

Selengkapnya Saya Setuju
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT
id Indonesian
ar Arabiczh-CN Chinese (Simplified)nl Dutchen Englishfr Frenchde Germanid Indonesianit Italianpt Portugueseru Russianes Spanish