Melodi
Suaramu datang dari jauh
Datang perlahan menghampiri
Mengembalikan memori yang rapuh
Rapuh ditelan waktu
Rapuh menyisakan ambigu
Antara kesenanganmu
Atau egoku
Ego yang aku pelihara
Sejak pertama kita bersapa
Ego yang kau lekatkan
Dengan senyum bibir tipis kemerahan
Dan kejora pun tersipu melihat senyummu
“Tidak becus aku jadi bintang,” ucapnya malu,
“ada benda bumi yang lebih pantas menemani gelapnya malam.”
Lalu ia pergi dan menetap di matamu
Mata yang selalu membekukan mataku
Kau pikir aku tidak malu sering kepergok menatapmu?
Apalagi saat ditambah dengan senyum itu
Sungguh perpaduan yang pas untuk membuatku tergugu
Apa kabar Melodi?
Sepertinya tangan yang kupegang kemarin
Sudah menjadi milik orang lain
Kisah yang dahulu kita berdua lantunkan
Sungguh alunan nan merdu
Sampai egoku membuatnya tak karuan
Tapi setidaknya aku masih dapat melihat senyummu
Sayangnya kompas kita menunjukkan arah yang berbeda
Aku ke utara kamu ke selatan
Aku sibuk mengembara
Kamu bersamanya membuat ikatan
Andai kata pensilku dapat berbicara
Ia pasti marah aku terus menuliskan cerita
Cerita tentangmu yang membuatku jatuh cinta
Tanpa pernah menyatakan yang sebenarnya
Editor: Madina Fiscarine
Discussion about this post