Apa itu Crowdfunding?
Crowdfunding memungkinkan pendiri usaha nirlaba, artistik, dan budaya untuk mendanai upaya mereka dengan memanfaatkan kontribusi dari sejumlah individu tanpa perantara keuangan standar1Mollick, E. (2014). The dynamics of crowdfunding: An exploratory study. Journal of Business Venturing, 29(1), 1–16. https://doi.org/10.1016/j.jbusvent.2013.06.005. Dari seluruh bentuk crowdfunding, proyek sosial atau proyek non profit seperti donasi cenderung lebih berhasil dibandingkan dengan bentuk yang lainnya dikarenakan adanya keterlibatan modal sosial2Buttice, V., Colombo, M. G., & Wright, M. (2017). Serial crowdfunding, social capital, and project success. Entrepreneurship Theory and Practice, 41(2), 183–207.. Proyek sosial mendapatkan audiens yang lebih besar sebab menonjolkan peranan modal sosial, yakni keseimbangan (equality), kepercayaan (trust), dan keadilan (fairness). Social crowdfunding memberikan efek keterikatan emosional secara mendalam kepada para donatur3Robiady, N. D., Windasari, N. A., & Nita, A. (2020). Customer engagement in online social crowdfunding: The influence of storytelling technique on donation performance. International Journal of Research in Marketing, xxxx, 1–9. https://doi.org/10.1016/j.ijresmar.2020.03.001. Melakukan donasi dapat membangun refleksi diri dan mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan tanpa pandang berbagai perbedaan. Saling berbagi sesama manusia juga merupakan ajaran yang dianjurkan oleh seluruh agama sehingga tak heran bila kegiatan donasi seperti ini terus berjalan di berbagai belahan dunia.
Kegiatan “urun dana” non profit dalam negeri melalui aplikasi maupun platform digital mengalami lonjakan yang sangat besar. Data dari World Giving Index 2018 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menempati urutan pertama di dunia dalam kegemaran berdonasi dengan indeks donasi uang sebesar 78%4Charity Aid Foundation (2018). World Giving Index 2018: A global view of giving trends. Retrieved October 2020, from https://www.cafonline.org/docs/default-source/about-us-publications/caf_wgi2018_report_webnopw_2379a_261018.pdf. Dalam studinya, Robiady et al (2019) menyatakan bahwa masyarakat Indonesia cenderung lebih mudah berdonasi dan melakukan aksi sosial ketika menghadapi masalah bersama.
Faktor Motivasi Berdonasi Masyarakat Indonesia
Kondisi perekonomian Indonesia yang masih tergolong dalam negara berkembang dan mayoritas penduduk yang termasuk dalam aspiring middle class5Kemenkeu. (2019). Kelas Menengah Penggerak Ekonomi Indonesia. Retrieved October 2020, from https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/kelas-menengah-penggerak-ekonomi-indonesia/ tidak membuat masyarakat mengurungkan niat mereka untuk saling berbagi satu sama lain. Berkat berkembangnya fintech, situs-situs penggalangan dana tersebar sangat cepat ke berbagai media sosial. Salah satu situs penyalur donasi Indonesia, Kitabisa.com, mencatat berhasil menggalang dana sebesar 490M untuk 17 ribu penggalangan dana daring pada tahun 20186Ramadhani, Y. (2018). Daftar Penggalangan Dana Kemanusiaan 2018 Netizen Via Kitabisa.com. Retrieved October 2020, from https://tirto.id/daftar-penggalangan-dana-kemanusiaan-2018-netizen-via-kitabisacom-dcTf.
Studi yang dilakukan oleh Kasri (2013) menunjukkan bahwa perilaku berdonasi secara signifikan dipengaruhi oleh persepsi keamanan finansial, kepentingan agama, perasaan tanggung jawab dalam membantu yang membutuhkan, keinginan untuk membuat perubahan, dan kepuasan diri dalam memberikan donasi. Agama dianggap sebagai faktor motivasi terkuat dalam melakukan donasi. Sebagian besar donatur percaya bahwa membantu orang lain merupakan kewajiban agama yang memiliki ajaran sejalan dengan semangat altruisme.
Selain itu, hadirnya donasi secara daring digemari oleh berbagai strata dan usia masyarakat karena pengaplikasiannya yang praktis dan instan. Awalnya, donatur hanya berasal dari golongan menengah ke atas. Namun, semenjak munculnya donasi daring, masyarakat menengah dan menengah ke bawah dapat memberikan donasi tanpa jumlah minimum. Studi Kasri (2013) juga menunjukkan bahwa meskipun sebagian donatur berusia muda, berpendidikan, dan berpenghasilan layak, tetapi individu yang berdonasi lebih banyak kemungkinan berasal dari mereka yang memiliki tingkat penghasilan rata-rata.
Kekuatan Storytelling dalam Social Crowdfunding
Donasi melalui platform daring memunculkan tantangan tersendiri untuk menginspirasi keterlibatan emosional dari audiens. Social crowdfunding perlu memanfaatkan elevasi dari teknologi dengan menampilkan visualisasi gambar dan caption pada setiap publikasi agar semakin persuasif. Studi Robiady et al (2019) menyatakan jalan cerita yang tertera pada caption publikasi pencarian dana menjadi sebuah mediator antara customer engagement dengan performa donasi. Teknik penceritaan yang ditulis dengan bahasa sehari-hari mampu menjangkau audiens lebih banyak. Penelitian tersebut menggunakan data sekunder, di mana para peneliti melakukan survei dari unggahan ajakan berdonasi di laman Facebook Kitabisa. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kisah nyata yang ditampilkan pada caption dapat menarik emosi dan empati para pembaca sehingga menimbulkan perasaan ingin berbagi dan meningkatkan keinginan untuk berdonasi. Foto nyata yang ditampilkan pada unggahan tersebut juga dapat lebih meningkatkan empati masyarakat untuk berdonasi. Fakta lain yang ditemukan dari penelitian ini adalah gaya cerita dengan sudut pandang orang pertama (direct storytelling) lebih memiliki pengaruh positif pada keinginan berdonasi.
Kesimpulan
Masyarakat Indonesia memiliki motivasi yang tinggi untuk berpartisipasi dalam social crowdfunding, meskipun mayoritas penduduknya termasuk dalam kelompok aspiring middle class. Motivasi ini dipengaruhi dari altruisme dan religiositas, pengaplikasian yang praktis, dan gaya bercerita untuk menarik lebih banyak masyarakat. Masyarakat Indonesia juga cenderung lebih mudah berdonasi dan melakukan aksi sosial ketika menghadapi masalah bersama.
Reviewed from:
Kasri, R. A. (2013). Giving behaviors in Indonesia: Motives and marketing implications for Islamic charities. Journal of Islamic Marketing, 4(3), 306–324. https://doi.org/10.1108/JIMA-05-2011-0044
Robiady, N. D., Windasari, N. A., & Nita, A. (2020). Customer engagement in online social crowdfunding: The influence of storytelling technique on donation performance. International Journal of Research in Marketing, xxxx, 1–9. https://doi.org/10.1016/j.ijresmar.2020.03.001
Kontributor: Aisha Rizqi Mahirani
Editor: Natsumi J. Putri, Fitri Nurjanah, Azaria Hashina
Illustrator: Yosia Manurung
Referensi
↵1 | Mollick, E. (2014). The dynamics of crowdfunding: An exploratory study. Journal of Business Venturing, 29(1), 1–16. https://doi.org/10.1016/j.jbusvent.2013.06.005 |
---|---|
↵2 | Buttice, V., Colombo, M. G., & Wright, M. (2017). Serial crowdfunding, social capital, and project success. Entrepreneurship Theory and Practice, 41(2), 183–207. |
↵3 | Robiady, N. D., Windasari, N. A., & Nita, A. (2020). Customer engagement in online social crowdfunding: The influence of storytelling technique on donation performance. International Journal of Research in Marketing, xxxx, 1–9. https://doi.org/10.1016/j.ijresmar.2020.03.001 |
↵4 | Charity Aid Foundation (2018). World Giving Index 2018: A global view of giving trends. Retrieved October 2020, from https://www.cafonline.org/docs/default-source/about-us-publications/caf_wgi2018_report_webnopw_2379a_261018.pdf |
↵5 | Kemenkeu. (2019). Kelas Menengah Penggerak Ekonomi Indonesia. Retrieved October 2020, from https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/kelas-menengah-penggerak-ekonomi-indonesia/ |
↵6 | Ramadhani, Y. (2018). Daftar Penggalangan Dana Kemanusiaan 2018 Netizen Via Kitabisa.com. Retrieved October 2020, from https://tirto.id/daftar-penggalangan-dana-kemanusiaan-2018-netizen-via-kitabisacom-dcTf |
Discussion about this post