Habis, habis berguguran bunga mawar itu
Jatuh bagai tak bertangkai
Memenuhi tanah yang penuh noda
Memusnahkan keindahan semerbaknya
Habis, habis berguguran bunga mawar itu
Habis dimakan api yang entah dari mana datangnya
Api, yang memakan segala bentuk keelokannya
Mengubahnya menjadi abu yang tak berarti
Kuterdiam sejenak….
Memandang sekelilingku
Tak percayaku melihatnya
Anak tak berdosa turun ke jalanan
Menyeru-nyerukan kebencian macam dirasuk kedengkian
Kulihat pula orang berlomba-lomba
Menjadi bintang dengan kekuasaan
Lagi…
Kumenengok ke lain arah
Kembali kudengar para provokator
Berusaha menjatuhkan pemerintahan
Ya, untuk menghancurkan
Hatiku semakin geram saat menyaksikan para pencuri uang rakyat
Menghabiskannya tak peduli dengan jutaan orang di luar sana yang butuh makan
Rasanya hatiku hancur oleh keadilan
Yang perlahan hilang dihembus angin
Di mana negara yang katanya
Berbeda-beda tetapi tetap satu?
Kejujuran?
Kelemahlembutan?
Di mana keadilan yang harusnya diagung-agungkan?
Tunggu…
Apa itu generasi penerus?
Ataukah hanya mimpi belaka yang nampak kelam?
Semakin ironis
Siapakah teladannya?
Jika yang ada sekarang hanyalah bayang-bayang negatif nan mengenaskan
Mungkinkah anak cucuku masih bisa melihat
Indonesia yang katanya elok seelok
Bunga Mawar itu?
Katanya…
Editor: Rani Widyaningsih
Foto: Cynthia Young, Unsplash
Discussion about this post