COVID-19 atau virus corona dikonfirmasi telah masuk ke Indonesia pada Senin, 2 Maret 2020 lalu. Salah satu dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si, M. Eng., tengah berupaya menemukan alternatif penangkalan dan pencegahan virus corona melalui pengembangan senyawa propolis, cinderamata lebah Tetragonula biroi aff Indonesia.
Ditemui di Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Indonesia pada Senin, 9 Maret 2020, Dr. Sahlan memaparkan penemuannya pada Economica. Bersama tim peneliti FTUI, Dr. Sahlan mencoba mencari alternatif penangkal virus corona dengan menggunakan propolis yang khas dari Indonesia. Penelitian ini dilakukan atas nama UI dan bekerja sama dengan peneliti dari berbagai negara, termasuk Universitas Shizuoka di Jepang. Propolis sendiri adalah getah yang dikumpulkan oleh lebah madu dari berbagai pohon, aliran getah, atau sumber botani lainnya, yang digunakan oleh lebah untuk menutupi atau memperbaiki celah pada sarangnya. Tiap propolis memiliki perbedaan karena getah yang dihasilkan oleh lebah beragam, sesuai dengan jenis pohon dan berbagai faktor lainnya.
Mengapa Harus Propolis?
Pemilihan propolis sebagai obat alternatif virus Covid-19 didasari oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Dr. Sahlan sembilan tahun belakangan ini. Dari hasil penelitiannya, ditemukan senyawa-senyawa baru di dalam propolis yang diberi nama sulawesins-A dan sulawesins-B. Senyawa ini kemudian diuji coba dengan metode molecular docking, yaitu metode untuk mengukur interaksi antar molekul atau senyawa. Hasilnya, ditemukan bahwa kekuatan kedua senyawa tersebut masing-masing sebesar -7.9 dan -7.5, hanya berbeda 0,1 dari senyawa N3—senyawa yang diyakini dapat menghambat virus corona agar tidak menempel pada sel inang—dengan kekuatan -8,0 yang dikembangkan oleh Prof. Yang dari Shanghai University, China. Semakin kecil angkanya, semakin bagus untuk memblok virus corona. Sehingga, semakin memperkuat potensi propolis sebagai alternatif penyembuhan virus corona.
Propolis yang diteliti menjadi obat alternatif Covid-19 berasal dari lebah Tetragonula biroi aff, lebah endemik khas Sulawesi. Setiap senyawa propolis yang dihasilkan dari lebah memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung pada faktor-faktor lingkungan seperti sumber tanaman, metode ekstraksi, dan lokasinya.
Cara kerja Propolis
“Struktur protein Covid-19 ini harus menempel pada sel inang yang hidup, yaitu paru-paru untuk dapat berkembang biak. Senyawa propolis ini berfungsi sebagai blocker atau penahan dari virus ini, sehingga tidak akan menempel di paru-paru,” ujar Dr. Sahlan. Namun, menurutnya, ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum propolis ini bisa dijadikan obat, salah satunya uji klinis. Akan tetapi, saat ini uji klinis belum dapat dilakukan karena belum ada sampel dari Covid-19 untuk dijadikan objek penelitian. Menurutnya, perlu dilakukan riset lanjutan untuk mengetahui sifat dari senyawa propolis itu sendiri.
Dr. Sahlan berharap bahwa dari hasil penelitiannya ini dapat berguna untuk menjadi alternatif untuk menyembuhkan pasien dari Covid-19. Selain itu beliau juga berharap agar penelitian ini dapat dilanjutkan kepada uji klinis untuk mengetahui efek lebih lanjut dari senyawa propolis, dan pengujian langsung terhadap pasien yang terinfeksi Covid-19.
Foto oleh Pressfoto, diambil dari freepik.com
Editor: Rani Widyaningsih, Philipus Susanto, Fadhil Ramadhan, Tesalonika Hana, Haikal Qinthara
Discussion about this post