Awal tahun 2017, National Aeronautics and Space Administration (NASA) mengejutkan publik internasional atas penemuan sistem yang menyerupai tata surya – The Transiting Planets and Planetesimals Small Telescope (TRAPPIST-1). Pasalnya, beberapa planet di dalam sistem TRAPPIST-1 memiliki kemiripan dengan karakteristik planet yang dapat dihuni manusia. Penemuan ini tentunya menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat – apakah terdapat kehidupan di sana. Hal ini dapat menjawab pertanyaan umat manusia, apakah sebenarnya terdapat kehidupan di luar semesta bumi yang kita tinggali. Pada tanggal 3 Maret 2017 lalu, Badan Otonom Economica berhasil mewawancarai Program Scientist NASA Head Quarters di Washington DC, Kartik Sheth.
Tiga dari tujuh planet dalam TRAPPIST-1 diduga dapat ditinggali makhluk hidup karena karakteristik yang mengindikasikan adanya air pada planet tersebut. “Temuan kemiripan ukuran dan massa jenis dengan bumi memperkuat praduga kami akan adanya air pada planet tersebut,” terang Sheth. Dari observasi dan penelitian yang telah dilakukan, kemiripannya dengan bumi mencapai 75%. Padatnya planet tersebut membentuk relief planet menjadi berbatu-batu, yang menyebabkan air terjebak di bawahnya.
Pembuktian hipotesis ini menjadi fokus penelitian lanjutan NASA. Penelitian ini akan ditunjang oleh teleskop James Webb yang mampu mendeteksi eksistensi air, metana, oksigen, ozon. Gas-gas tersebut berperan sebagai “tameng” dan merupakan unsur penting atmosfer yang mampu menunjang kehidupan. Mereka dapat mengurangi efek radiasi ultraviolet, sehingga memungkinkan organisme dapat hidup dan berkembang.
Sheth menekankan saat ini ilmuwan sedang dalam tahap identifikasi. “Kami tidak menemukan adanya tanda-tanda kehidupan, sehingga kami tidak bisa menjelaskan bagaimana kenampakan mereka,” terang Sheth. “Temuan tersebut adalah pertanyaan yang diajukan semua orang, namun kami belum dapat memberi kepastian dan jawaban akan keberadaan kehidupan lain.” tutupnya.
Penelitian ini didukung oleh keterlibatan berbagai pihak. Astronom di seluruh dunia saling bekerja sama dalam pencarian dan penelitian lebih lanjut. “Jumlah kami yang tidak banyak membuat kami saling mengenal dengan satu sama lain dan sering bekerja sama,” jelas Sheth. “Kontribusi dari semua pihak sangatlah berarti. Dalam melakukan penelitian dengan skala sebesar ini, kita butuh insinyur dan praktisi dari berbagai bidang.”
Menurut Sheth, penemuan ini membuka peluang baru bagi banyak industri, salah satunya komersialisasi pengembangan roket yang dapat dipakai berkali-kali oleh SpaceX. Kemajuan ini dapat mengurangi biaya penelitian secara signifikan. Sheth juga menegaskan bahwa sebagai lembaga riset, NASA tidak akan terlibat dalam proyek komersialisasi apapun. “Fokus kami adalah penelitian dan riset,” ujarnya. Sheth meragukan perjalanan ke planet yang jauh dapat dilakukan dalam waktu dekat sebab, masih banyak hal yang belum diketahui tentang ruang angkasa di luar tata surya kita. “Tentu saja hal tersebut mungkin terjadi di masa depan, mengingat pesatnya kemajuan teknologi,” ucapnya optimis.
Baca Juga: Penemuan Tujuh Planet Mirip Bumi Potensi Kembangkan Banyak Industri
Kontributor: Vibi Larassati
Editor: Silvia Adinda Tarigan
Discussion about this post