Pada hari Selasa, 18 Agustus 2015, penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (BPI-LPDP) menggelar konferensi pers mengenai program pelayanan dan pengembangan masyarakat yang bertajuk Menyapa Indonesia. Mereka tergabung ke dalam Program Persiapan Keberangkatan (PK) 38-40. Konferensi pers ini dimulai pada pukul 11.00 WIB yang dibuka dengan penjelasan singkat mengenai latar belakang dilaksanakannya program Menyapa Indonesia oleh salah satu penerima beasiswa yang bernama Putra, mewakili PK 38.
Putra menuturkan bahwa dilaksanakannya program Menyapa Indonesia ini dilatarbelakangi oleh niat independen para penerima beasiswa. Ini adalah bentuk terima kasih terhadap Indonesia yang telah mendukung mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Putra mengakui bahwa beberapa penerima beasiswa yang berasal dari PK 38 hingga PK 40 ini mungkin memiliki fokus dalam bidang pendidikan yang berbeda-beda, namun mereka memiliki satu tujuan yang sama, yaitu ingin membangun desa yang tertinggal.
Desa Ramea yang terletak di Kabupaten Pandeglang – Banten dipilih sebagai objek utama kegiatan mereka. Dengan jarak sekitar 130 km dari Ibukota Jakarta, waktu yang dibutuhkan untuk menuju kesana sekitar 4 jam. Setelah melakukan beberapa kali kunjungan dan berdiskusi dengan kepala desa setempat, para penerima BPI-LPDP PK 38-40 menyimpulkan bahwa Desa Ramea merupakan desa yang tepat untuk dikembangkan dalam program Menyapa Indonesia ini karena terdapat beberapa fakta yang memprihatinkan, khususnya dalam bidang kesehatan, pendidikan dan sosial-ekonomi. Sehingga, para penerima beasiswa ini membuat beberapa program pengembangan Desa Ramea yang difokuskan terhadap ketiga bidang tersebut, dimana PK 38 fokus pada bidang kesehatan, PK 39 fokus pada bidang pendidikan, dan PK 40 fokus pada bidang sosial-ekonomi.
Terdapat fakta yang memprihatinkan dalam bidang kesehatan di Desa Ramea. Dari 900 Kepala Keluarga di Desa Ramea, hanya terdapat 1 MCK Umum, dengan rata-rata kepemilikan MCK sebesar 7%. Sementara 93% warga lainnya masih melakukan kegiatan MCK di sungai, bawah pohon dan empang. Fakta ini membuat penerima beasiswa PK 38 untuk membuat program yang fokus pada pembangunan saluran mandi dan MCK disana. Sebagai tambahan, para penerima beasiswa ini juga membuat beberapa infografis mengenai informasi tentang pola perilaku sehat yang akan disebar dan ditempel di beberapa tempat di Desa Ramea untuk meningkatkan kepedulian warga Desa Ramea akan pentingnya kesehatan.
Selanjutnya, program pengembangan desa dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh PK 39 dijelaskan oleh penerima BPI-LPDP bernama Puja. Puja menuturkan bahwa letak geografis Desa Ramea yang jauh dari pusat kota Pandeglang menyebabkan fasilitas pendidikan di Desa Ramea cukup buruk. Selain itu, fasilitas pendukung pendidikan di Desa Ramea juga sangat minim, dimana metode pembelajarannya tidak menggunakan peralatan yang mencukupi, hanya secara verbal dari guru ke murid saja. Maka dari itu, PK 39 akan fokus dalam pembangunan fasilitas rumah baca Gema Mahardika di beberapa sekolah di Ramea.
Kemudian, penerima BPI-LPDP yang mewakili PK 40, Arsa, menjelaskan tentang program pengembangan Desa Ramea dalam bidang sosial-ekonomi. Fokus kegiatan dalam bidang ini ialah pada program Petani Sejahtera (PESAT), dimana penerima beasiswa PK 40 melihat bahwa petani di Desa Ramea memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan penghasilannya. Hal ini dikarenakan Desa Ramea kaya akan hasil pertaniannya seperti beras, cabai, cokelat, melinjo hingga kayu albasia. Namun sayangnya, terdapat hambatan yang dialami oleh petani-petani di Desa ramea dalam hal pengolahan, persediaan bibit, dan juga biaya logistik.
Ketiga program dalam bidang kesehatan, pendidikan dan sosial-ekonomi di atas yang dilaksanakan oleh PK 38 hingga PK 40 tentunya mengalami hambatan dalam menjalaninya. Salah satu dari perwakilan penerima beasiswa menuturkan bahwa jadwal kuliah dan keberangkatan dalam melanjutkan pendidikan yang berbeda-beda menjadi hambatan bagi mereka dalam menjalankan program yang bertajuk Menyapa Indonesia ini. Namun, karena didasari oleh keinginan independen yang kuat dari masing-masing penerima beasiswa dalam menjalankan program ini, maka hambatan apapun yang akan dihadapi nantinya bukan merupakan masalah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa yang tertinggal, khususnya Desa Ramea.
Penulis: Hilda Kurniawati
Discussion about this post