Kegaduhan akibat kenaikan harga bahan bakar minyak merupakan salah satu peristiwa yang sedang ramai terjadi di Indonesia sejak Presiden Jokowi mengumumkan kenaikan harga BBM sebesar Rp. 2000,00. Disaat beberapa kalangan mahasiswa melakukan demontrasi penolakan kenaikan harga BBM, BEM FE UI mengambil sikap untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM pada Senin (17/11/2014) di Student Center FE UI.
Mulyawan , Ketua BEM FE UI 2014, menjelaskan poin-poin atas alasan penyikapan BEM FE UI 2014,” Subsidi BBM yang semakinmembengkak telah membebani APBN dan mengurangi fiscal space, padahal alokasi subsidi BBM sangat timpang dibandingkan alokasi untuk aspek lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial”. Ia menyayangkan bila kebijakan subsidi BBM dilanjutkan akan memperbesar tingkat ketimpangan pendapatan di masyarakat. “Sudah saatnya subsidi BBM direalokasikan menjadi sumber perbaikan multidimensi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi, penurunan ketimpangan pendapatan, dan pembangunan kualitas SDM yang semakin baik”, lanjut Mulyawan.
Pernyataan sikap BEM FE UI diakhiri dengan pemberian rekomendasi untuk Pemerintah Indonesia. Mulyawan menyarankan agar pengurangan subsidi BBM harus disertai pemberian cash transfer yang dapat menjaga daya beli masyarakat bawah dan kebijakan pengendalian harga, terutama pada komodistas pangan. Ia menekan bahwa pemerintah harus merealokasikan subsidi tersebut ke sektor-sektor produktif, seperti pembangunanan infrastruktur dan kualitas SDM melalui pendidikan dan kesehatan.
Kebijakan menaikan harga BBM harus dibarengi komitmen pemerintah melakukan transparansi dalam realokasi anggaran subsidi BBM. “Pemerintah harus jelas sektor mana yang mendapatkan alokasi dana dan berapa besarannya. Selain itu, pemerintah harus melakukan transparansi pengelolaan sumber energi di Indonesia, terutama fokus mengembangkan sumber energi alternatif”, tambah mahasiswa akuntansi angkatan 2011 ini.
“Kedepan setelah harga BBM dinaikan, BEM FE UI akan mengawalkan kebijakan program pengaman sosial untuk penduduk miskin”, ujar Mulyawan saat ditanya kelanjutan aksi setelah penyikapan ini. Hasil kajian dukungan kenaikan BBM dari BEM FE UI ini berkerjasama dengan BEM FEB Universitas Padjajaran.
Sementara BEM UI menyatakan sikap menolak kenaikan harga BBM. Ivan Riansa, Ketua BEM UI 2014, meyoalkan dalih pemerintah menyelamatkan APBN dari defisit dengan menaikkan harga BBM. “Permasalahan BBM terletak pada tata kelola migas itu sendiri, yang belum diikuti upaya diversifikasi energi”, ujar Ivan, Selasa (18/11/2014)
Penulis: Luqman Hakim
Discussion about this post